Keputusan Haru

415 53 8
                                    

Saeki Mahoro mengerjap beberapa kali ketika keheningan melanda ruangan yang mereka pakai untuk berbincang dan membahas perihal kasus yang sedang dihadapi.

"Katou-san juga...?"

Kanbe Suzue menelan ludah. "Bila benar begitu, mungkin saja mereka sudah tahu kalau kalian itu bersama sekarang."

Katou Haru menggelengkan kepalanya. "Tidak. Daisuke yang sempat melupakanku, apalagi karena tekanan dari apa yang telah terjadi pada Sayuri-san, akan membuat Shigemaru-san memikirkan keselamatan Daisuke dan istrinya."

"Haru-"

"Aku gak peduli soal itu, Daisuke." Surai hitam itu mendapati Haru memandangnya serius. "Kau sudah mengingatku dan itu cukup. Namun saat ini bukan untuk itu."

Kambe Daisuke mengeryit. "Kita benar-benar harus mengetahui apa yang sedang terjadi pada ayah." Haru mengangguk membenarkan ucapan Daisuke.

"Aku berharap dia baik-baik saja hingga kini."

Mereka menatap Haru yang bergumam pelan. "Tapi bila dia menggantikan posisimu agar kau tidak diincar dengan menjadi tumbal...berarti ayahmu tahu seluk beluk senjata yang mereka maksud ini."

Suzue mengeryit. "dan mungkin saja Shigemaru-san membantu dalam proses pembuatan senjata ataupun menutupi rahasia sebenarnya yang belum terungkap." Haru mengangguk.

"Kita harus segera mengecek wilayah itu. Kapan kita ada waktu bisa melakukannya, Suzue?"

"Kita ada waktu kosong pada hari sabtu dan minggu. Setelah persiapan dengan HEUSC selesai, kita bisa melakukannya pada hari yang dimaksud." Daisuke mengangguk mantap.

"Tunggu, bagaimana dengan jadwalku?"

"Kau pikir aku melewatkannya? Aku tahu kemarin kau libur dan tidak ada kelas dan pergi sendirian karena ada urusan, Haru." Haru mengerjap terkejut saat Daisuke menyatakannya dengan tegas.

Daisuke mendesah pelan. "Aku tidak tahu kemana pastinya kau pergi, tapi setidaknya, aku tahu kabarmu, Haru."

Haru mengeryit. Haru membenci perhatian yang diberikan oleh Daisuke, yang terasa begitu istimewa padanya. Bila Haru tidak memiliki perasaan khusus untuknya, dia akan merasa senang dan malu karena Daisuke dengan gamblang menyatakannya. Namun karena Haru mencintai Daisuke, dia harus menutupi rasa senangnya itu.

"Oh ya, kau punya si canggih itu ya."

Haru tersenyum gigi dan Daisuke membalasnya dengan senyuman.

"Maafkan kami, Haru-san, Saeki-san, saya dan Daisuke-sama masih ada acara yang harus dihadiri." Suzue yang bangkit mendapat ekspresi protes dari Daisuke.

"Kenapa kita harus menghadirinya?" Daisuke terlihat tidak ingin berpisah dengan Haru.

Suzue hanya mendesah pelan. "Anda masih calon penerus kepala keluarga, Daisuke-sama."

Daisuke mendesah panjang sebelum bangkit berdiri. "Kau benar juga." Daisuke melirik Haru yang memasang ekspresi polos padanya.

"Sampai jumpa, Haru."

"Ah."

Haru dan Saeki yang ditinggal pun, membuat Haru mendesah panjang di atas meja dengan wajah yang tertumpu pada kedua lengannya. Saeki mengerjap sebelum angkat bicara.

"Kamu tidak mengatakan yang sebenarnya, Katou-san?"

"Huh?"

Haru mendongak dan terkejut mendapati Saeki menatapnya lembut. Sekaligus dengan kesedihan di dalamnya.

Reason to be a Hero Once Again - Fugou KeijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang