Jeno bangun karna ribuan cahaya dari jendela kamarnya yang terbuka menyerang dirinya. Tangan Jeno meraba kasurnya mencari Jaemin. Namun Jaemin tidak ada.
Dengan cepat Jeno duduk dan memaksa untuk membuka matanya. Dia langsung bangun terburu mencari Jaemin.
Kakinya cepat menuruni anak tangga, dan saat hampir berada di lantai satu dia mencium bau harum dan mendengar suara Wajan dengan spatula terdengar beradu di arah dapur.
Kakinya dengan perlahan melangkah menuju dapur, di sana ada Jaemin dan beberapa maid yang sedang memasak.
"Na?" Panggil Jeno, Jaemin langsung menoleh. Para maid tadi menunduk saat Jeno datang.
"Pagi Jeno, sudah bangun?" Tanya Jaemin, dia sudah siap menggunakan seragam.
"Hmm, masak apa?" Tanya Jeno, dia mengambil duduk di meja makan dan merebahkan kepalanya di meja makan itu. Masih ngantuk.
"Nasi goreng telur. Kau mandi dan siap-siap sana, nanti kita telat." Jeno menurut, dia bangkit dan langsung berjalan dengan gontai lagi menuju kamarnya.
Jaemin melihat itu tersenyum memandangi Jeno. Dia juga sedikit berbincang dengan para maid sambil nyajiin makanannya.
"Permisi, Tuan Jaemin. Ada kiriman." Salah satu maid mendatangi Jaemin dengan sebuah kotak berukuran sedang di tangannya.
"Oh? Dari siapa?" Tanya Jaemin, maid itu mengatakan tidak tau. Jadi Jaemin mengangguk dan menerima kotak itu. Dia minta tolong para maid untuk menyusun makanan tadi di meja makan. Dan dia pergi ke kamarnya.
Saat di kamarnya Jaemin menaruh kotak tadi di meja belajarnya. Dia memasang dasi juga nyiapin bukunya dulu. Lalu setelah siap, Jaemin ngambil kotak tadi dan duduk di kasurnya.
Gak ada nama pengirim di kotak itu, dia jadi bingung ini hadiah kiriman siapa. Akhirnya dia buka kotak itu. Jaemin kaget dengan isi kotaknya dia langsung ngebuang kotak tadi ke lantai. Napasnya gak beraturan sekarang.
Di dalam kotak itu ada beberapa foto Yuta dan Winwin yang berlumuran darah, juga tulisan besar dengan darah. "Pembunuh."
Kepala Jaemin seketika pusing dia memegang kepalanya yang kini berputar hebat.
"Nana..."
Jaemin mendongak dan melihat Winwin ibunya di depan sana. Namun pandangan Winwin beda, seperti penuh kebencian. Jaemin tidak bisa menerima itu, dia menangis melihat Winwin seperti itu."Buna..." Panggil Jaemin air matanya terus berjatuhan, Winwin mendekat. Dan tiba-tiba berteriak di depan Jaemin.
"Pembunuh! Kau memang pembunuh!!!" Teriak Winwin, Jaemin langsung menutup telinganya.
"Tidak, Nana bukan pembunuh Buna... Nana bukan pembunuh!" Jaemin menggeleng sambil menutup kedua telinganya, napasnya tersengal.
"Iya Jaemin, kau yang membunuh Appa dan Buna. Ini semua karna mu!" Jaemin membuka matanya saat suara Yuta terdengar di telinga nya. Benar saja Yuta ada di depannya bersama Winwin memandang benci dirinya.
"Appa, Nana bukan pembunuh. Nana anak Buna dan Appa. Nana sayang kalian..."
"Kau pembunuh." Kata-kata itu terus terdengar di telinga Jaemin dari kedua orang tuanya yang kini berdiri di depannya.
"Tidak! Nana bukan pembunuh! Tidak!!!" Jaemin memejamkan matanya menutup telinganya dan terus menjerit dengan kencang.
Jeno yang baru turun dari kamarnya tadi langsung berlari menuju ke kamar Jaemin saat mendengar jeritan Jaemin.
"Nana! Hey, Nana." Jeno mengguncang tubuh Jaemin yang kini bergetar hebat seperti ketakutan. Jaemin membuka matanya.
"Hey... Stttth tenang Na, aku ada disini." Jeno langsung memeluk tubuh Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN'S FAMILY || End ✓
FanfictionHanya kisah keluarga bahagia Jung Jaehyun dan Lee Taeyong, yang di karuniai dua anak tampan Mark dan Jeno. Perjalanan keluarga mereka, melalu semua cobaan kehidupan, percintaan, kesedihan, kebahagiaan dan lainnya. Cara Jaehyun membina keluarga nya...