Na?

17.5K 2.2K 109
                                    

Johnny duduk di sofa kosong sebelah Jeno sambil naruh cookies yang tadi di bawakan Ten.

"Jadi bagaimana?" Tanya Johnny, Jaehyun terdiam sambil Mandang Taeyong yang kini sedang mengelus Surai Jeno dengan perasaan campur aduk. Antara sedih, dan khawatir.

"Kita pergi ke rumah lama Jaemin, aku rasa akar masalahnya akan ada di sana." Ucap Jaehyun.

"Kau tau rumahnya?" Jaehyun tidak menjawab tapi matanya mengarah pada Jeno.

"Apa gak berbahaya mengajak Jeno? Jae aku khawatir." Taeyong menyela. Jeno seketika duduk tegak menatap Mommynya itu.

"Kalau kita tidak bergerak, semua akan semakin bahaya mom. Percaya sama Jeno sama Daddy ya?" Ucap Jeno, Taeyong tak kuasa menahan tangisnya lagi dia langsung meluk putra bungsu nya itu.

"Jeno... Maafin mommy." Taeyong gak tau harus bilang apa. Dia iba akan masa remaja Jeno yang di penuhi berbagai ancaman.

"Aigoo, Jeno sudah tumbuh dewasa ya?" Puji Johnny.

"Tentu, dia sudah bisa menjaga mommy nya om." Sahut Mark yang baru turun dari anak tangga habis mengantar Haechan tadi.

"Mark, di rumah ya? Jagain mommy sama Haechan juga Jaemin." Mark mengangguk. Jaehyun, Johnny juga Jeno langsung bersiap untuk pergi.

"Hati-hati ya kalian..." Pesan Taeyong. Mereka mengangguk serempak. Tenang saja mereka semua aman.

Kalian tau kenapa mereka tidak lapor pada polisi? Kalian tau kan keluarga Jung adalah orang dengan jabatan serta posisi yang tinggi. Ketika mereka mengatakan ini pada polisi otomatis publik juga pasti akan tau.

Taeyong mengambil langkah ini untuk kebaikan mereka, tepat nya juga Jaemin. Dia takut Jaemin akan semakin tertekan keadaan. Sebab itu mereka menyelidiki nya dengan orang terpercaya saja.

"Mark, kau ke atas dulu ya. Temani Haechan dengan Jaemin. Mommy ingin melihat sesuatu." Ucap Taeyong waktu triple J udah pergi. Mark mengangguk patuh. Yang dimana dia langsung naik lagi ke lantai tiga tanpa melihat cookies yang ada di meja.

***

Johnny menyetir arah mobilnya sesuai dengan pentunjuk Jeno. Tapi entah kenapa dia sangat familiar dengan jalan ini.

"Kau yakin Jeno?" Tanya Jaehyun, Jeno mengangguk.

"Iya dad, waktu itu Jeno antar Nana pulang." Sahutnya. Jaehyun yang duduk di kursi belakang langsung melihat ke luar jendela. Itu taman, taman yang dulu mereka jadikan tempat yang romantis untuk Yuta melamar Winwin.

"Jaehyun-ah... I think..."

"Yes, i do."

"Om, belok kiri rumah di depan." Johnny menurutin ucapan Jeno dan seketika baik dirinya juga Jaehyun langsung terkejut.

"Yuta?" Ucap keduanya.

***

Taeyong masuk ke dalam kamar tamu yang di jadikan kamar Jaemin sebelumnya. Percahan beling dari kaca masih bertebaran di sana. Dia belum menyuruh maid untuk bersih-bersih. Entah kenapa dia ingin melihat kamar ini.

Matanya langsung mengarah pada bongkahan batu yang besar dengan gulungan kertas bertulisan tadi.

"Pembunuh?" Tanya Taeyong pada dirinya sendiri saat matanya membaca tulisan di kertas itu.

Dia berdiri, lalu mengelilingi sudut kamar. Taeyong membuka buku tulis yang dengan sampul biru di atas meja belajar Jaemin. Saat dirinya tertarik ke arah sana.

Tulisan Jaemin, itu buku diary milik Jaemin.

Taeyong mengambil nya. Tapi entah tangannya licin atau kenapa buku itu terjatuh tepat ke tepi ranjang. Dia pun berjongkok mengambilnya, namun matanya menangkap objek lain.

JAEHYUN'S FAMILY || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang