[19] Ice Cream or Boy?

37.7K 4.5K 173
                                        

Dylan mengetukkan kelima jarinya ke atas meja. Ia terus saja melihat ke arah jalan raya di sana, menanti seseorang. Untungnya, ia memilih meja di luar, jadi tidak perlu berurusan dengan tatapan menyindir dari pelayan kafe es krim ini. Desahan kesepuluh diembuskannya. Padahal ia sudah sengaja menyuruh Abang ojol untuk ngebut, tapi cewek itu malah sengaja datang telat. Detik jam berlalu, sekarang sudah enam menit Dylan duduk menunggu di sini.

Kalau bukan Laura yang memintanya secara langsung, Dylan pasti tidak akan mau datang jauh-jauh ke kafe es krim yang terletak di dekat SMA 26 ini. Belum lagi ketika mengetahui kafe ini super girly untuk ukuran seorang Dylan. Lihat saja, jika dalam satu menit ke depan Laura tidak muncul, ia akan membuat cewek itu menghabiskan seluruh es krim yang di sini.

Mengalihkan pandangan dari jam, akhirnya Dylan pun melihat sosok Laura di ujung sana. Namun, niat untuk menghampiri Laura dan memarahinya habis-habisan harus ditahan, ketika melihat Laura tidak sendiri. Ia berjalan bersama seorang cewek. Dylan berdecak ketika menyadari kalau cewek itu adalah Bulan. Membanting tubuhnya kembali duduk di kursi, Dylan hanya memperhatikan dua cewek yang sedang mengobrol itu dengan dahi berkerut.

Sepertinya Bulan tidak sadar kalau ia sedang menguji kesabaran Dylan. Ia selalu berhasil mencuri perhatian Laura. Terlebih tadi, ketika teman Laura dengan iseng membuat panggilan video, berani-beraninya Bulan menyentuh wajah Laura seperti itu! Kejengkelan Dylan pun semakin menjadi ketika melihat Laura malah tersenyum manis sebagai balasan.

Di saat seperti itu, Dylan ingin sekali pindah sekolah agar Bulan tidak lagi merebut perhatian Laura.

"Hai, Dyl," sapa Laura, sambil meletakkan tasnya di kursi.

Dylan melirik ke arah jalanan sana. Bulan ternyata sudah pergi. "Kenapa bareng dia?"

"Dia?" ulang Laura. "Ah ... Bulan maksudnya?"

Dylan tidak menyahut. Matanya terus menatap lurus Laura.

"Dia selalu pulang lewat sini, jadi sekalian aja." Laura mengangkat bahunya dengan ringan. "Lagi pula Pak Yanto belum jemput. Daripada sendirian 'kan, ya, mending sama teman."

Laura, yang sama sekali tidak terganggu dengan aura dingin Dylan, malah kembali berkata dengan nada ceria. "Udah pesan belum?"

Dylan tidak sempat mengajukan argumennya karena cewek itu sudah beranjak dari kursi dan masuk ke dalam. Ia meninggalkan tasnya di kursi, membuat Dylan mendesah. Mengikuti Laura masuk, Dylan pun sekalian membawa masuk tas itu.

Seperti tampilan luarnya, interior kafe ini pun "cewek banget". Kebanyakan yang datang adalah anak-anak berseragam, mungkin sebagian besar adalah murid SMA 26. Laura berdiri di depan kasir dengan ekspresi ceria. Melihat itu, Dylan tidak kuasa untuk kembali menyuarakan kejengkelannya. Benar, karena kali ini Laura yang mengajaknya untuk makan es krim, Dylan tidak boleh mengacau.

"Gue ngidam banget makan Big Bowl ini!" Laura menunjuk banner yang terpasang di sebelah kasir. "Tapi nggak ada yang bisa temenin hari ini. Hana harus bantuin mamanya karena ada arisan di rumah. Mou ada English Club, Radit juga latihan Taekwondo, Alvin latihan basket. Jadi, gue yang nganggur ini harus mengalah."

Big Bowl yang ditunjuk Laura adalah sebuah mangkuk besar es krim dengan berbagai topping. Disebutkan di banner itu kalau ada tiga macam es krim dalam satu Big Bowl—Choco Mint, Tiramisu, dan Choco Avocado. Hanya membacanya saja sudah membuat dahi Dylan berkerut, apalagi mencobanya langsung.

Kenapa Laura mau nyoba kombinasi aneh es krim ini, sih?

"Lo mau pesan yang lain?"

VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang