Tidak diragukan lagi. Bahkan dirinya sendiri menyatakan kalau dia adalah Laura Jacquelin Zulvi—si tokoh antagonis yang mati mengenaskan di dalam novel online. Namun, menyadari tubuh ini masih bisa berdiri tegak, rasanya waktu kembali berputar mundur. Ya, ia menjadi seorang Laura yang berusia lima belas tahun dan baru saja resmi lulus dari SMP kemarin.
Ini begitu aneh, Laura sangat sadar dirinya saat ini, tapi ia tidak juga melupakan kehidupannya yang menjadi mahasiswa biasa itu. Ia masih bisa mengingat jelas rasa lelah mencari ide skripsi untuk semester depan. Bahkan obrolan ibu-ibu di KRL tadi masih membekas di kepalanya. Namun bagaimana pun, sekarang dia bukan lagi mahasiswa biasa itu, tapi seorang putri semata wayang ZL Group—Laura.
Padahal yang ia lakukan waktu itu hanya menekan notifikasi update novel online di ponsel. Lalu tiba-tiba saja terbangun di kamar tidur mewah sebagai Laura. Ah, tidak, dia memang Laura dari awal. Laura memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit karena begitu banyak kilasan memori yang terjadi dalam sekali waktu.
Ingatan seorang mahasiswa biasa dan ingatan Laura saling tumpang tindih.
Cermin di depannya menampilkan sosok yang selama ini digambarkan di novel itu. Meski begitu, Laura tidak merasa asing. Tentu saja! Ia memiliki wajah itu sejak lama. Rambut yang bergelombang, pipi yang selalu memerah, dan alis tebal dengan mata yang agak dalam.
Laura membanting tubuhnya ke kasur. Apa ia akan mengalami akhir mengenaskan seperti Laura yang dulu juga? Mati karena kecelakaan mobil. Bukan hanya mengendarai mobil secara ilegal—karena pastinya Laura belum punya SIM waktu itu—tapi ia juga mati konyol karena cinta pertamanya. Masih jelas kata-kata yang dibacanya, kalau Dylan berlari untuk menyelamatkan Bulan dari hantaman mobil yang dikendarai Laura. Laura tidak ingin melukai Dylan yang begitu dicintainya. Ia pun memilih untuk membanting setir dan membunuh dirinya sendiri.
Tubuh Laura merinding, sampai ia memeluk dirinya sendiri. Laura pun duduk di kasur dengan wajah serius. Karena sekarang dirinya adalah bukan Laura yang itu, tentu ia tidak boleh mati konyol seperti itu. Ia ingin menjadi CEO perempuan sukses dan melanjutkan perusahaan papa. Ia harus melanjutkan sekolah di luar negeri!
"Oke! Semua udah jelas!" Laura mengepalkan tangannya dengan semangat.
Dengan langkah lebar, Laura berjalan ke meja belajar yang penuh dengan buku persiapan ujian nasional dan masuk perguruan tinggi. Laura mengambil selembar kertas di laci meja belajar. Kemudian, dikeluarkan spidol berwarna merah dari kotak pensilnya dan satu-dua goresan mulai tergambar. Ya, inilah saatnya menyusun rencana. Rencana demi kehidupan Laura Jacquelin Zulvi yang cemerlang!
***
Entah berapa lama waktu yang Laura habiskan di meja belajar. Ketika ia sadar, langit di luar kamar sudah mulai gelap. Lehernya pun terasa kaku, sampai tulang ekornya sedikit nyeri. Meski begitu, Laura tersenyum lebar melihat rencana yang tersusun rapi di selembar kertas itu.
Rencana pertama, ia harus menghindari dua tokoh utama, yaitu Bulan dan Dylan. Dua tokoh utama itu bisa bertemu karena Laura. Ia adalah sahabat Bulan, juga cewek yang dijodohkan dengan Dylan. Karena Laura yang terlalu bucin, ia jadi agresif ketika Dylan bersama Bulan. Oleh sebab itu, demi menghilangkan kebucinan ini, Laura harus menghindari dua tokoh utama itu.
Namun, setelah dipikir lagi, ini tidak semudah yang dibayangkan. Jadi, Laura menyusun rencana kedua.
"Gue harus masuk SMA negeri," ucap Laura pada dirinya sendiri. Tangannya mengepal erat spidol merah yang dipakainya untuk menulis tadi.
Dalam novel, mereka bertemu di SMA yang sama, yang dikelola oleh keluarga Pramodjo—keluarga Dylan. Rencana pertama tidak akan berhasil kalau rencana kedua ini tidak dilakukan Laura terlebih dulu. Ia harus membujuk papa untuk mengizinkannya masuk SMA negeri. Lagi pula, banyak kok SMA negeri yang bagus. Ia saja dulu lulusan SMA negeri dan bisa masuk perguruan tinggi negeri dari jalur undangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Villain
Teen Fiction[Laura adalah tokoh antagonis yang memiliki akhir hidup menyedihkan.] Aku tidak mau menjadi Laura yang seperti itu---itu adalah tekad yang pasti ketika aku sampai di dunia ini. Aku ingin mengubah jalan hidup Laura. Laura harusnya menjadi wanita kar...