PROLOG

6.2K 431 246
                                    

Hai, for coming to my first story><
Jadi sebelumnya, aku mau ngasih tau kalo di cerita ini banyak mengandung kata-kata kasar. Jadi,  bijaklah dalam memilih bacaan. Buat yang nggak suka, bisa segera tinggalkan lapak ini.

O iya, ambil sisi positifnya, yah. Dan, satu lagi, cuma mau bilang mohonn maaf bila terjadi kesamaan nama tokoh, tempat, dan yang lainnya.

Happy reading and i hope you like my story .🔥❣️

∆∆∆

‍‍‍‍‍‍Semilir angin berhembus pelan. Menerbangkan aroma petrichor yang masih tercium meskipun hujan sudah lama reda.

Ditengah taman bermain yang dipadati oleh anak-anak berusia sekitar enam tahunan, nampak seorang pria muda yang tengah berseteru dengan sosok bocah perempuan berbibir pucat. Usianya kurang-lebih sekitar 6-7 tahunan.

"Daddy, pengin es krim," rengek bocah perempuan tersebut dengan bando Mickey mouse menghiasi kepalanya.

"Nggak boleh. Minta yang lain aja," balas pria bergaris rahang tegas. Tatapannya yang tajam ia layangan kepada sang bocah.

"Nggak mau, Daddy! Isya pengin es krim ...! Huaa!" Bocah perempuan itu menangis keras, membuat tangan pria yang dipanggilnya dengan sebutan Daddy itu terkepal kuat.

"Diam, Isyana! Daddy gak suka sama anak pembangkang ...! Jangan cengeng!" bentaknya dengan otot wajah yang menegang.

Kicauan burung terdengar saling bersahutan. Matahari yang baru menampakkan separuh cahayanya, kini kembali bersembunyi, menyisakan awan kelabu memayungi bumi.

"Daddy ... kenapa Isya gak boleh makan es krim?" tanyanya, diiringi buliran air mata yang terus berjatuhan.

"Kamu boleh minta apapun. Asal jangan yang manis-manis."

"Apapun?" tanya bocah tersebut, memastikan.

"Ya."

"Okay ... kalo gitu Isya pengin sekolah. Gak mau belajar sama guru private lagi. Isya pengin kayak anak-anak lainnya. Isya pengin main bareng mereka. Isya mau bebas, Daddy! Apa Daddy sanggup memenuhi permintaan Isya?!" Teriakan tersebut berhasil membuat Bagas naik pitam.

"Isyana! Siapa yang mengajarkan kamu berbicara seperti itu?! Gak seharusnya kamu berteriak kepada orangtua!"

"Jawab, Daddy, jawab!"

"Kamu penyakitan, Isyana! Kamu gak akan pernah bisa hidup seperti anak lainnya ...! Kamu nggak memiliki harapan untuk bisa sembuh! Penyakit kamu itu ... kutukan! Jadi stop! Gak usah iri sama mereka yang bisa bermain di luar dengan bebas!"

∆∆∆

Jadi gini ... mungkin disini aku akan sedikit ngebacot, ya, Gengs. Kalo kalian scroll komentar, tetapi komentar tersebut tidak nyambung dengan isi teks ini, itu karena prolognya aku ubah. Tentu ada alasannya. Menurutku, prolog yang kemarin-kemarin itu kurang menarik. Banyak yang bilang, prolog itu harus dibuat semenarik mungkin, supaya bisa memikat minat readers untuk membaca karya kita. So, jadinya prolog ALEXSYA ku ubah lagi biar bikin kalian greget dan penasaran. Udah, ah, kepanjangan. Bye!

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang