CHAPTER 21 - My Doctor

7.3K 365 4
                                    

Rumah sakit tempat Ahza bekerja dikejutkan oleh kecelakaan tabrakan beruntun yang terjadi di tol dalam kota pagi ini, 2 mobil ambulance sudah membawa 2 orang pasien yang terluka dan informasi yang didapatkan masih ada 4 mobil ambulance yang akan datang.

Mobil ambulance terakhir datang, beberapa dokter yang berjaga di UGD dengan sigap membantu pasien turun dari mobil.

"Ini yang paling parah, saya rasa dia dokter disini" ucap petugas ambulance.

"Loh dokter Ahza?" Kaget saat melihat siapa yang terbaring dengan bersimbah darah. "Dokter Santi! Pasien ini dokter Ahza" teriaknya.

Saat mendengar teriakan itu Santi bergegas menghampiri dan betul saja saat diliat dia adalah seniornya. "Vital?"

"Detak jantungnya teratur, saya rasa ada cedera dibagian tulang belakang dan kepalanya terbebtur"

"Oke, disebelah sini" arah Santi, tak lama Daffa bergabung setelah beri kabar bahwa Ahza menjadi salah satu pasien kecelakaan.

"Ahza?" Daffa mengecek kondisinya, dibantu suster yang membersihkan luka disekitar tubuh Ahza.

"Lakukan Scan CT dan MRI, kemungkinan ada luka dalam atau di kepala. Vital?" Daffa mengecek monitor. "Masih bagus, coba kita cek.."

Daffa dan Santi melakukan pengecekan pada Ahza, sedangkan dokter lain yang berjaga di UGD membantu pasien lain, pagi itu menjadi pagi yang sangat sibuk.

Orang tua Ahza datang saat dikabari pihak rumah sakit bahwa anak mereka menjadi korban kecelakaan, dengan terburu-buru mereka masuk ke ruang UGD menanyakan kondisi anaknya, seorang suster mengarahkannya pada Daffa.

"Daffa..." ucap ibu yang menangis. "Mana Ahza? Gimana kondisinya?"

Daffa mengarahkannya pada kasur yang sudah terbaring Ahza dengan beberapa alat terhubung di tubuhnya dan beberapa memar terlihat di kepala, wajah, lengan dan kakinya.

"Sudah dilakukan pengecekan, terjadi cedera kepala dan cedera tulang belakang, apabila tidak segera dilakukan operasi akan berakibat fatal, lalu tulang kering bagian kanannya retak"

Ibu yang mendengarnya tak kuasa menahan tangis, dia menangis histeris dipeluk oleh suaminya, sedangkan sang ayah, dia sangat mengerti kondisi putrinya karena dia pun seorang dokter.

"Lakukan operasi saja, apapun saya setuju, sebelah mana saya harus mengurus administrasinya?" Ayah melepaskan pelukannya lalu mengikuti seorang suster untuk mengurus operasi Ahza.

"Daffa.." ibu Ahza masih menangis ditenangkan oleh Daffa. "Tolong tante, tolong.. Ahza, dia selamatkan.."

"Saya akan berusaha menyelamatkannya tante"

"Arka.. Arka, dia masih di pesawat, ba-baru akan sampe jam 11 siang nanti, dia sangat bersemangat tadi pas pergi dari rumah ka-karena akan bertemu su-suaminya"

Daffa tercekat, tentu saja, sahabatnya ini sangat bersemangat bukan hanya tadi pagi saja tapi dari kemarin, Daffa sendiri sudah di pusingkan oleh Ahza yang bersemangat akan bertemu suaminya hari ini, tidak disangka sekarang akan berakhir seperti ini.

Monitor di tubuh Ahza menunjukan penurunan. "San, cepat bawa ke ruang operasi, gak ada waktu lagi, ayah Ahza lagi urus administrasinya jadi sekarang bisa masuk duluan"

"Baik, dok"

Sang ibu ditinggalkan sendiri dengan tangan yang membekap ke mulutnya menahan isak tangis, dia sangat takut terjadi hal yang buruk pada anak semata wayangnya itu.

...

Drrtt ...

"Assalamualaikum pah?" Arka mengangkat sebuah panggilan saat diberjalan turun dari pesawat, baru saja menyalakan ponselnya.

My Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang