"Enak ya sekarang udah ada kepala UGD, gak perlu pusing lagi soal dokter yang standby disini" ujar Santi.
"Iya dong, apa lagi dokternya galak gini"
"Apaan sih, Za" Wajah Casi memerah karena malu.
"Tapi emang harus galak sih dok, aku mendukung" tambah Santi. "Eh tumben gak liat dokter Daffa, biasanya ngintil terus sama dokter Ahza"
Casi tersedak makanannya saat mendengar Santi berbicara. "Yang bener dong makannya" ucap Ahza sambil mengusap punggung Casi.
"Hm. Baru di omongin udah dateng aja tu orang" Santi berucap. "Bareng suaminya dokter tuh, ih emang sok banget orang yang satu itu. Aku duluan deh dok males liat mukanya, bye dokter"
Santi pergi, dia tidak memperhatikan Casi yang bersikap aneh sejak pertama kali dia membahas Daffa karena memang tidak ada orang di rumah sakit ini yang tahu cerita lama Casi dan Daffa.
Arka mengarahkan duduk di meja dengan Ahza, mereka berdua sudah membawa nampan yang berisi makanannya.
Saat Daffa menyadari bahwa mereka akan duduk dengan Casi, Daffa menghela nafas. "Gw kenyang, gw duluan deh"
"Eh lo katanya laper tadi" sergah Arka.
"Daf, lo makan aja gw yang pergi lagian gw udah beres. Bye guys" Tanpa melihat wajah siapapun Casi mengambil nampannya lalu pergi.
Daffa duduk setelah Casi menghilang. "Lo jahat banget sih"
"Gw? Gak salah disini gw yang jahat?" Daffa mulai memakan makanannya, dengan lahap karena emosi.
"Tadi bilang gak laper" goda Ahza.
"Bodo!" Daffa membiarkan dia menggodanya. "Bye the way, weekend ini ada reuni angkatan kedokteran kita kan?"
"Oiya?" Tanya Arka.
"Iya Mas, aku dapet kok emailnya"
Arka mengangguk. "Kita mau dateng?"
"Iya dong, udah lama gak ketemu yang lain. Lo dateng kan Daf?"
"Of course! Kesempatan ketemu cewe cantik itu" Daffa bersemangat. Ahza menggeleng, dia rasa sabahatnya sekarang mulai jadi gila.
...
Pagi ini Ahza mengumpulkan beberapa dokter bagiannya di lorong. "Siapa yang piket semalam?" Ujarnya, tapi tidak ada yang menjawab.
Jika emosi Ahza muncul berarti ada pasien yang kondisinya kurang baik karena kurangnya perhatian dari dokter atau perawat.
Semua dokter dan suster di rumah sakit sudah tahu, jangan pernah bermain-main dengan Ahza. Dia bisa jadi senior manis dan sebaik malaikat tapi dia juga bisa jadi sangat menakutkan bila satu langkah saja diambil tanpa di diskusikan terlebih dahulu dengannya, apa lagi jika pasien itu dibawah perawatannya.
"Siapa yang kasih obat penurun panas untuk pasien Tina di 12?" Tanyanya lagi. "Kamu?"
Beberapa dokter yang ditanyanya menggeleng. "Kalo gitu kamu?"
"Bukan saya dok, saya bahkan belum tau wajahnya"
"Ya kalian sibuk tidur sampai memberi obat demam tanpa tau wajahnya!" Teriak Ahza. "Berani-beraninya kalian memberinya obat tanpa pertimbangan! Pengen jadi cenayang atau kalian pengen terkenal?"
Ahza memijat keningnya. "Bilang sekarang kalo memang gak mau jadi dokter! Jangan buang waktu saya untuk mengajari kalian sedangkan sikap kalian saja seperti ini!"
Tanpa menunggu jawaban mereka, Ahza pergi dan masuk ke ruangan pasien kembali, disana ada Santi yang menunggunya.
"Pantau terus kondisinya, harusnya pasien ini udah bisa masuk ke ruang perawatan biasa hari ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor
Romance"Ternyata menikah enak ya.." Kehidupan Arka yang seorang dokter jungkir balik saat ternyata dia di jodohkan dengan Ahza sabahatnya sendiri yang sudah terjalin 15 tahun. Selamat membaca 🙃 (18+) All pictures: Pinterest