Sebuah pesan masuk bahwa sore ini akan diadakan pertemuan untuk membahas pasien dengan kasus pengelihatan yang tiba-tiba menghilang, pertemuan ini di pimpin oleh Arka dari bagian bedah saraf.
Para dokter sudah berkumpul lalu terlihat Arka naik ke podium untuk memulai diskusi, sepanjang pertemuan itu Ahza hanya memperhatikan wajah Arka, tidak teralihkan sedetikpun ke hal lain bahkan sampai dia tidak memperhatikan diskusinya.
"Yaaa biasa aja kali liatinnya, dia gak akan kabur juga"
Ahza tertawa pelan mendengarnya. "Takut dia ngilang"
"Arka udah cerita semua ke lo?"
"Udah Daf, emang beneran kejadian ya?" Ahza menatap Daffa yang mengangguk.
"2 tahun lalu, jadi tahun yang sangat berat buat doi"
"Kok lo gak cerita ke gw?"
"Gw bukan orang yang berhak cerita kalo orang yang bersangkutan ogah nginget lagi"
"Iya sih, tapi sialan banget tu cewe satu, gw pites juga"
Daffa tertawa geli, jika Ahza baru sekarang kesal tengang hal ini lain lagi dirinya yang sudah ingin marah dari 2 tahun yang lalu. "Gw lebih pengen pites tuh bapak satu"
"Wakil direktur?"
"Yoi, eh tuh udah beres kita samperin mumpung orangnya ada disana, sasaran empuk"
Ahza mengangguk lalu mereka berjalan ke podium menghampiri Arka, disana ada beberapa dokter lain termasuk wakil direktur yang sedang membanggakan keponakannya ada disampingnya.
"Oh halo dokter Ahza, udah lama gak ketemu ya" ucap wakil direktur.
"Halo pak, oh siapa ini? dokter baru ya"
"Oh waktu itu kayaknya dokter Ahza gak ikut pertemuan ya, kenalkan kenalkan ini dokter Faya, baru bergabung di rumah sakit ini lagi di bagian bedah saraf" ucapnya bangga.
"Oh jadi ini dokter Faya, saya banyak dengar dari yang lain, halo salam kenal saya Ahza" mereka berjabat tangan, Ahza menatapnya sambil tersenyum manis.
"Tapi Pak, saya denger beberapa omongan miring mengenai dokter Faya ini, saya harap itu hanya gosip ya" Ahza tersenyum simpul. "Oh ya dokter Faya ini bukannya keponakan bapak ya?"
Terkejut, sangat terlihat jelas dari raut wajah wakil direktur karena informasi Faya adalah keponakannya itu sebuah rahasia, tidak boleh ada orang yang membicarakannya jika tahu orang itu harus menutup mulutnya.
Arka dan Daffa tersenyum geli, sudah bukan hal aneh melihatnya melakukan hal gila atau frontal seperti itu, malah pernah lebih parah dari ini.
Tapi bagi Ahza itu tidak sama sekali mengganggunya, tidak ada yang membuat dirinya takut, dia memang sangat percaya diri didalam hal apapun konteksnya dia benar dan semua dokter bahkan petinggi rumah sakit mengakui kehebatan Ahza dibidang kedokteran terutama diruang operasi.
"Ahh itu hanya gosip dokter Ahza, tidak perlu khawatir, kalo gitu saya permisi dulu ada keperluan mendadak, mari semuanya"
Wakil direktur pergi dengan meninggalkan sebuah informasi pada dokter yang sedang berkumpul, bahwa Faya adalah keponakannya. Faya sendiri tak lama pergi menyusul sang paman.
"Wahh dokter Ahza, keren dok!" Ucap salah satu dokter sambil mengacungkan jempolnya.
"Jadi dokter Faya itu keponakannya wakil direktur kita? Wahh baru tau saya"
"Dokter Ahza gak takut kena masalah?" Beberapa dokter berbisik.
"Buat apa takut" sambil tersenyum tipis. "Dari pada tanya ke saya mending tanya langsung ke wakil direktur bener gak dia keponakannya, nanti saya salah ngomong ah. Yasudah saya permisi" ucapnya sambil melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor
Romance"Ternyata menikah enak ya.." Kehidupan Arka yang seorang dokter jungkir balik saat ternyata dia di jodohkan dengan Ahza sabahatnya sendiri yang sudah terjalin 15 tahun. Selamat membaca 🙃 (18+) All pictures: Pinterest