CHAPTER 29 - My Doctor

6.3K 328 3
                                    

Seperti yang telah direncanakan pagi ini Ahza dan Arka kembali bertemu dokter Vivi untuk melakukan pengecekan, hasilnya tidak ada masalah tentang kesuburan, baik Ahza maupun Arka sehat.

Vivi hanya memberi Ahza multivitamin, sebelumnya Arka sudah menelpon Vivi terlebih dahulu jika hasilnya baik tolong diberikan saran kepada Ahza agar tidak terlalu khawatir perihal momongan.

Untungnya Vivi mau diajak kerja sama, Arka tidak ingin Ahza terus-terusan bersedih. Dia sendiri sudah berserah pada yang diatas, dia lebih ikhlas mungkin dirinya belum layak untuk menjadi seorang ayah dan masih banyak yang harus dia pelajari.

Arka : Malem ini kita makan diluar ya.
Kabarin Mas kalo udah beres.

Ahza : Okay.

Setelah memasukan ponselnya ke dalam jas dokter, Ahza berjalan lunglai ke area perawatan pasian, sekarang jadwalnya dia mengecek kondisi pasien yang ditanganinya.

Saat Ahza masuk Santi sudah bersiap disitu sambil membawa beberapa berkas, dibelakangnya ada 3 orang dokter junior yang mengikutinya, seperti biasa Ahza akan menanyakan beberapa pertanyaan pada dokter junior tentang pasiennya dan pengetahuan ilmunya.

Santi menghela napasnya pelan saat Ahza sudah berlalu, para dokter junior itu tetap mendapatkan teguran dari Ahza padahal Santi sudah memberikan intruksi jangan sampai ada kesalahan jika tidak ingin kena omel karena dari pagi dia sudah melihat mood Ahza sedang jelek.

"Udah dikasih tau moodnya lagi jelek, makanya belajar dan pelajari pasien yang bener. Apa yang diminta dokter Ahza barusan report dulu ke saya sebelum ke dokter Ahza, jangan lama" omel Santi.

...

"Halo, siapa ini? Dokter boleh tau namanya?" Ucap Daffa saat melihat pasien umur 3 tahun yang duduk malu dibelakang ibunya.

"Namanya Tari, dok" ujar sang ibu. "Dari kemarin ngeluh sakit perut terus sekarang jadi demam"

"Udah buang air besar?" Tanya Daffa.

"Belum, dok"

Daffa mengangguk pada sang ibu lalu mengalihkan pandangan pada Tari. "Nama dokter, dokter Daffa" sambil tersenyum lembut.

"Tari perutnya sakit ya dari kemarin?" Bukannya menjawab, Tari malah semakin menyembunyikan dirinya dibelakang tubuh sang ibu.

Daffa masih tersenyum manis pada Tari. "Suster?" Daffa meminta suster yang ada dibelakangnya agar duduk dipinggirnya.

"Suster juga perutnya sakit ya?"

Suster tersenyum pada Tari. "Iya dokter, perut suster cakit" ujarnya dengan suara anak-anak.

"Nah boleh ya dokter periksa dulu" Daffa mengarahkan stetoskop ke perut suster. "Engga sakit kan ya suster?"

"Engga sakit dokter" sang suster tersenyum pada Tari.

"Nah sekarang giliran ibu" ucap Daffa pada sang ibu. "Ibu juga sakit ya, coba dokter periksa dulu"

"Iya dokter" ujar sang ibu bekerja sama. "Engga sakit dokter" katanya lagi.

Daffa kembali tersenyum pada Tari. "Sekarang giliran Tari, mau dokter periksa engga, biar nanti perutnya gak sakit lagi"

Tari tersenyum lalu mengangguk. "Nah, ayo sini dokter periksa ya. Tari cantik banget sih, rambutnya juga bagus panjang, temen-temennya pasti pada ngiri ya liat rambut Tari"

Sambil mengecek Daffa mengalihkan perhatian Tari ke hal yang lain, suster tadi pindah kembali kebelakang Daffa. Sudah bukan hal aneh jika Daffa akan bersikap sangat hangat pada anak kecil.

My Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang