CHAPTER 16 - My Doctor

8.2K 377 12
                                    

Seharian ini Ahza sudah mengamati kondisi Bilqis dan melihat hasilnya bahwa ini tidak akan berjalan baik, entah kenapa baru kali ini pada Balqis perasaan Ahza menjadi sensitif.

Apa karena aku terlalu banyak mengobrol dengan Balqis jadi aku merasa seperi ini, pikir Ahza.

Sambil mengamati dan mengontrol Balqis Ahza memang lebih banyak bermonolog sendiri, bahkan Santi yang sudah 3 tahun bersama dengannya sampai aneh sendiri melihat kelakuan seniornya itu.

"Di dalam jantung terdapat 4 katup yang berfungsi mencegah agar darah tidak kembali saat mengalir keluar dari jantung, beberapa bayi yang baru lahir ada beberapa yang kasusnya menderita satu atau dua katupnya bocor atau mengecil, jalan terbaiknya itu harus di operasi" Ahza menjelaskan pada orang tua Balqis.

"Jujur saja kasus Balqis ini bisa dibilang jarang terjadi ini diperkuat juga setelah saya sudah diskusi dengan dokter spesialis lain perihal ini"

"Kondisi katup ke empatnya bocor, saya sudah cek di tes kromosom tapi tidak ada kelainan. Sekarang jantung Balqis tidak mampu mengalirkan darah keluar dari jantung jadi darah terus berbalik didalam, terutama aliran di katup Aorta itu sangat parah sehingga sulit dipasangkan paru-paru buatan.."

Ahza berhenti memberikan jeda agar mereka bisa sedikitnya bernafas sambil mengetahui kenyataan ini, dia dengan berat hati harus menyampaikan kondisi putri mereka.

"Selain itu Balqis mengalami cedera pada otaknya, saya kurang tau apakah itu resusitasi jantung pada saat dibawa ke rumah sakit ini atau cacat bawaan karena tidak bisa diketahui saat ini"

"Sekarang ini curah jantung atau jumlah volume darah yang dipompa sangat lemah, saya harus memberikan banyak obat diuretik agar Balqis bisa buang air kecil, Edema parunya pun parah sehingga sulit jika diberi terus obat" jelas Ahza.

"Operasi jantung dilakukan agar pasien membaik dan untuk kasus Balqis sendiri memang tidak ada jalan selain operasi, meski hasilnya sulit diprediksi, tapi ini juga tergantung dari Ibu dan Bapak silahkan dirundingkan terlebih dahulu, jika sudah ada keputusan bisa panggil saya atau dokter Santi ya, saya permisi"

Ahza berjalan ke ruangannya setelah menjelaskan panjang lebar, dadanya terasa sesak. Selain melihat keadaan bayi malang itu, dia harus melihat gurat keputus asaan dimata orang tuanya.

Terlihat Arka duduk di sofa saat dia masuk ke ruangan, seperti biasa Arka selalu menunggunya jika Ahza masih ada pekerjaan di rumah sakit.

Arka menghampiri Ahza yang terdiam dekat pintu dengan ekspresi wajah sedih lalu memeluknya. "Balqis ya?" Ahza mengangguk sebagai jawaban.

"Mas bantu do'a dan kalo orang tuanya memutuskan untuk operasi kamu juga harus berusaha keras tapi jika hasilnya tidak baik jangan salahkan diri kamu"

Ahza mengangguk lalu menghela nafas berat. "Lapeerr"

"Mas udah tau kamu pasti laper, nih nasi goreng disebrang, gak apa-apa kan?" Ahza tersenyum lebar lalu mengangguk.

"Pantesan pas masuk wangi nasgor, ayo makan laper banget"

Dengan gerakan yang tidak sabar Ahza duduk di sofa. "Mas gak makan?" Saat melihat hanya ada 1 bungkus nasi goreng.

"Liat kamu makan aja Mas udah kenyang"

Ahza mulai melahap nasi gorengnya. "Ihh kesel banget apaan sih jawabannya"

Terdengar tawa dari mulut Arka. "Makan ya makan aja jangan sambil ngomong tuh nasinya keluar dari mulut" sambil mengelap bibir Ahza. "Mas tadi udah makan bareng Daffa, maaf ya makan duluan soalnya laper banget"

"It's okay, yang penting Mas makan, makasih yaa" ucapnya sambil menyuapkan sesendok penuh nasi goreng.

...

My Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang