Tentang kita

52 5 0
                                    

Kita adalah dua nama yang satukan dalam sebuah cerita.
Dan kini hancur karna sebuah keegoisan.
Haruskah aku pergi, atau bertahan dengan semua beban?

***

Seorang gadis duduk dibalkon kamarnya, Memandang bintang yang bersinar terang malam ini.
Lengannya memeluk erat sebuah boneka berbentuk burung hantu kesayangannya.
Gadis itu, Nadien.

Terhitung 4 hari sudah Ervano menjauh, semenjak kejadian hari itu Ervano selalu menghindar,
Segala usaha telah Nadien lakukan untuk menjelaskan kesalahfahaman. Namun, semuanya sia sia.

"Owl," Ucap Nadien menatap boneka burung hantunya dengan sendu.
"Tolong bilang ke Vano, Kalo semuanya salah Faham, tolong bilang ke dia, Maaf aku gak jujur dari awal sama semua yang terjadi, aku cuma gamau nambah beban Vano, Dia udah terlalu banyak nerima luka," Nadien mengusap air matanya yang jatuh,

"Aku cuma mau dia bahagia," Nadien memejamkan matanya, menahan sesak yang kini menghinggapi rongga dadanya.

***

Pagi ini, Nadien sudah berada didepan gerbang sekolahnya. Seperti hari- hari kemarin, Nadien pergi pagi-pagi dan menunggu Ervano didepan gerbang.

Sudah terhitung 15 menit Nadien menunggu, hingga akhirnya ia tersenyum saat melihat motor yang amat ia kenali berjalan kearahnya.

Namun senyuman Nadien tiba tiba luntur saat diketahuinya bahwa Ervano tidak sendiri, Siapa gadis itu? Siapa gadis yang duduk dibelakang motor Ervano?

"Vano?" Panggil Nadien lalu matanya beralih menatap gadis dengan rambut sebahu itu,"Dia siapa?"

Ervano menatap Nadien dengan tatapan tajamnya, selalu seperti ini. Ervano seakan kembali kepada sosoknya yang dulu, Cowo yang dingin dengan tatapan tajamnya,"Penting buat lo tau urusan gue?"

Nadien terdiam, "Van, Mungkin kamu bosen dengernya. Tapi untuk kali ini biarin aku jelasin semuanya, Aku___"

"Bisa lo pergi?" Ucap Ervano dingin, "lo mikir gak sih kalo kehadiran lo itu cuma bikin gue risih,"
Entah, ini untuk ke sekian kalinya Ervano berkata kasar.

"Aku cuma minta waktu kamu sebentar Van, aku__"

"Gue bilang ngga ya enggak! Gue gapeduli lo sekarang mau sama dia atau gimana, gue gapeduli lo mau kaya gimana, jalanin hidup kita masing masing. Anggap aja gue sama lo gapernah deket,"

Bagaimana caranya Nadien melupakan Ervano semudah ini?
"Van__"

"Oh iya satu lagi," Ucap Ervano memotong pembicaraan "Lo tadi nanya kan, siapa cewek ini?" Ervano menggenggam erat lengan gadis disampingnya

"Dia pacar gue," Sontak saja itu membuat Nadien sangat terkejut dengan perkataan Ervano. "Dan gue minta sama lo, stop ngejar ngejar gue lagi, Karna apapun yang bakal lo lakuin, Gue gapeduli!" Ervano berjalan meninggalkan Nadien.

"BOHONG!" Teriak Nadien yang membuat Ervano menghentikan langkahnya.

Ervano berbalik menatap Nadien, "Gue bukan Lo, Nadien" Ucap Ervano lalu benar benar pergi meninggalkan Nadien.
Ervano sudah mengklaim Nadien sebagai pembohong besar, apapun yang akan Nadien katakan semuanya tidak akan pernah dipercayainya lagi.

***

Nadien berjalan kekelasnya dengan wajah lesu, Sungguh Ia sangat tidak bersemangat sekarang.

Feby dan Ica yang melihat raut wajah sedih sahabatnya merasa Iba,

"Dia jahatin lo lagi kan?" Tanya Feby

"Gue yang jahatin dia Feb," Ucap Nadien

"Kenapa sih, lo selalu nyalahin diri lo sendiri?! Jelas jelas yang salah itu dia bukan Lo!"

"Kalo aja gue jujur dari awal, semua bakal baik- baik aja Feb,"
Benar, semuanya itu salahnya.
Feby dan Ica sudah mengetahui apa yang terjadi pada Nadien. Alvin yang menceritakan semuanya, Alvin bilang bahwa Nadien tidak bisa menyimpan semua lukanya sendiri.

"Apa yang buat lo gak jujur sama dia?"

Nadien terdiam sejenak, "Gue cuma msu Vano liat gue sebagai pelanginya, Lo tau kan Feb? Pelangi itu indah, Dia punya banyak warna yang buat siapa saja yang melihatnya akan merasa bahagia, Dan gue cuma itu. Kebahagiaan buat Vano,"

Feby dan Ica terdiam, Lalu beralih memeluk erat Nadien, dengan air mata yang kini sudah jatuh dari pelupuk matanya.

"Kenapa Lo bego banget sih," Ucap Feby disela pelukannya. "Lo selalu ngorbanin diri Lo demi kebahagiaan orang lain, "

"Kalo Nadien kaya gitu terus, Kapan Nadien bisa bahagia?" Kini Ica angkat bicara

"Gue bahagia, saat ngeliat orang yang gue sayang juga bahagia,"

***

Kini Ervano sedang berada dimarkas The Rexus, tidak ada yang hal penting yang dilakukan semenjak kejadian itu.
Seperti kehilangan sesuatu dalam dirinya, kehilangan semangatnya, kehilang separuh kebahagiannya.

"Kaya kehilangan semangat hidup tau gak dia," Ucap Fahmi menatap Ervano sendu.

"Lo jugakan yang bikin dia gitu," Celetuk Diki. Fahmi menatap kesal kearah Diki,"Gue cuma ngasih tau apa yang gue liat,"

"Yang lo liat juga belum tentu bener," Ucap Bagas

"Tapi Ervano juga liat sendiri kan?" Ucap Fahmi

"Yang Ervano liat juga belum tentu bener,"  Ucap Diki

"Aishhh tau lah, terus gimana gue kesel liat Kondisi Ervano yang kaya gitu," Ucap Fahmi frustasi.

"Biarin aja, manusia gaakan ngerasa puas kalo belum ngerasain nyesel," Ucap Bagas membuat Diki dan Fahmi menghela nafas

Tringggg terdengar suara ponsel Ervano berbunyi drngan segera Ia mengengkatnya.
Setelah menerima panggilan dari seseorang, Ervano bersiap sap pergi meninggalkan markas.

"Mau kemana Lo? "

"Airin," Ucap Ervano

"Airin?" Tanya mereka bertiga

"Sepupu gue, pulang sekolah tadi dia minta dianter ke mall, sekarang minta jemput,"

Bagas tersenyum miring,"Jadi, cewe yang lo jadiin pacar pura-pura ternyata sepupu lo sendiri?" Bagas terkekeh, "Bego"

"Gue cuma mau dia pergi dari kehidupan gue,Gue pengen buat dia nyesel, " Ervano melangkahkan kakinya keluar markas.

"Gue yakin, disini yang bakal nyesel itu bukan Nadien, Tapi Lo Ervano"

Pelangi Untuk Vano [Selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang