Jangan pergi

87 8 0
                                    

Jangan pergi lagi.
Pergimu adalah sebuah luka.
Tetaplah disini
Kembalilah ciptakan tawa
Bersamaku
Aku dan kamu
-
-
-
-
-
-

***

"Caaaaa"
Panggil Nadine pada ica yang sedang asyik membaca buku matematika nya.
Karna 2 hari lagi. Ica akan pergi untuk olimpiade dibidang itu.

"Caaaa lo gacape apa ngeliatin angka terusss, Kantin yukkk"
Ajak Nadine.

Ica menutup bibir Nadine dengan jari telunjuk nya.
"Sssttt! Shut up Nadine ica lagi fokuss"

"Gue bosen dikelas terus caa...
Feby sakit. Lo sibuk__"
Nadine menghela Nafas.
"Ervano juga ngilang"
Cicit Nadine pelan...

"Tapi Nadine, Ica disuruh ngisi soal sama Bu Ratna nih. Maapin Ica yaaa"
Ucap Ica menyodorkan beberapa lembar soal berisi banyak angka itu.

Nadine menghela nafas.
Dan tiba tiba ekor matanya menangkap seseorang yang hendak keluar kelasnya dengan tatapan datar.

"Tumben yo ga gangguin si Ica"
Ledek Nadine.
Ya! Seseorang itu adalah Aryo.
Musuh bebuyutan Ica katanya

Aryo melirik kerah Ica.
"Lagi sibuk sama X dan Y nya"
Ucap Aryo lalu berjalan keluar kelas.

"Gajelas!"
Ucap Ica kesal.

Nadine berdehem.
"Kayanya ada yang mau diperhatiin tuh"

"Siapa?"

Nadine mengedika bahunya lalu berdiri.
"Cari tau aja sendiri"

Ica mendengus
"Nadine mau kemana?"

"Gue mau kerooftop. Kalo guru nanya bilang aja gue ke uks. Oke?"
Ucap Nadine yang membuat ica mendelik tajam.

"Dosa tauuu boongin guruu!"

"Sekalimah gapapa kali hehe"
Nadine pun berjalan menuju Rooftop meninggalkan Ica yang sibuk dengan latihan soalnya.

Disinilah Nadine duduk dilantai Rooftop menikmati sebuah ketenangan.
Angin yang berhembus seakan membuat Ketenangan untuk Nadine.

Hingga sekotak susu coklat dingin yang ditempelkan pada pipinya membuat lamunannya buyar.

Nadine tersenyum melihat susu coklat itu.
Nadine mengetahui siapa seseorang ini. Pasti seseorang yang sama yang selalu memberinya susu coklat setiap hari.

"Alvin"
Ucap Nadine lalu membalikan badannya kearah belakang.

Tubuh Nadine seakan kaku saat ia mengetahui bahwa yang memberi susu coklat itu bukanlah Alvin.
Melainkan Ervano.

"Ervano?"
Nadine bangkit dari duduknya menatap lekat kearah Ervano.

"Lo kemana aja?"

Ervano tersenyum kecut.

"Nih"
Ervano menyodorkan susu coklat kearah Nadine.

"Lo kemana aja?"
Tanya Nadinr lagi.

"Lo butuh Alvin kan? Tar gue panggilin"

"Van! Nggaa apaan sih lo?"
Bantah Nadine.

"Bukan tadi udah jelas? Kalo lo butuh Alvin kan? Yaudah tar gue kasih tau dia"
Ervano tersenyum.
Sebuah senyum kekecewaan lalu berbalik badan berjalan meninggalkan Nadine.

"Vann!"
Panggil Nadine namun Ervano seperti menulikan pendengarannya.

Hingga langkahnya terhenti saat seseorang memeluknya dari belakang.

Pelangi Untuk Vano [Selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang