20

26.8K 1.6K 157
                                    

Seorang wanita paruh baya berjalan menyusuri mall. Wanita itu sedang berbelanja. Sudah lama sekali ia tidak menginjakan kaki di mall itu, ia baru saja pulang dari Australia setelah bertahun-tahun menetap di sana, dan beberapa hari yang lalu ia pulang ke Indonesia.

Pak

Belanjaan yang ia pegang erat tiba-tiba terjatuh kelantai, ia langsung mengambil belanjaannya. Tiba-tiba ada seorang wanita yang membantunya mengambil barang itu.

"Terima kasih," ucap wanita itu sambil menatap wanita yang menolongnya.

"Sama-sama. Ini Ibu Aina Brian kan?" tanya wanita berhijab hitam itu.

"Iya. Apakah kita pernah bertemu?"

"Iya, Bu. Kita pernah bertemu."

"Pantas familiar. Terima kasih sudah bantuin saya."

"Iya Bu. Sama-sama. Kalau gitu saya pamit."

Wanita yang bernama Aina itu mengangguk sambil tersenyum. Banyak orang yang kenal dengan Aina karena Aina adalah salah satu wanita yang sukses dalam berbisnis, hartanya banyak dan bergelimang harta tapi ia tidak sombong, wanita itu baik sangat baik. orang-orang yang tidak kenal siapa dia akan beranggapan bahwa ia sombong, padahal nyatanya, ia tidak seperti apa yang orang pikirkan tentang dirinya.

Aina kembali melangkah mencari barang yang ingin ia beli, ada satu barang lagi yang belum ia dapatkan.

"Ibu Aina?"

"Alana, kan?"

"Iya, saya Alana. Apa kabar, Bu? Kapan balik?"

"Alhamdulillah saya baik. Kemarin saya sampai Indonesia. Ini siapa?"

"Ini Aliya, anak saya yang terakhir."

"Ya Allah, sudah besar dia."

Aliya langsung bersalaman dengan Aina.

Hari ini Alana meminta Aliya untuk ikut dengannya, jalan-jalan ke Mall karena hanya Aliya anak yang Alana miliki. Alina? Wanita itu kembali menghilang, entah kemana lagi Alina pergi dan Alana sudah tidak peduli karena sifatnya yang jahat itu, membuat Alana membenci Alina. Alana rasa, apa yang Alina lakukan pada Alena sudah sangat keterlaluan.

Alana mengajak Ainan untuk ngobrol-ngobrol di sebuah kafe yang ada di mall itu. Ada banyak yang ingin ia ceritakan pada Aina.

"Saya turut berduka cita atas meninggalnya Alena."

"Terima kasih, Bu."

"Anak kamu satunya lagi?"

"Saya tidak tau, dimana dia sekarang."

"Sayang sekali, saya tidak sempat bertemu Alena, padahal saya ingin sekali bertemu dengan dia. Alana, saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi."

"Saya sudah memaafkannya, mungkin ini sudah kehendakNya dan semua sudah menjadi masa lalu yang sudah berlalu," ucap Alana. Aliya yang mendengarnya menjadi kagum, Aliya harap, sang Mama bisa berubah menjadi lebih baik lagi, dan memaafkan kejadian masa lalu.

"Andai Kak Len ada, apakah Mama akan seperti ini?" lirih Aliya

Tidak ada gunanya menyesali segala yang telah terjadi di masa lalu, menyesal tidak akan merubah keadaan, yang ada memperburuk keadaan, yang hanya bisa dilakukan adalah, menerima, dan berdamai dengan ketetapanNya.

Setelah lama ngobrol-ngobrol, Aliya dan Alana melanjutkan jalan-jalan mereka, begitu juga dengan Aina.

"Mama mau beli apa?"

"Kamu mau apa? Biar Mama yang belikan"

"Beneran nih?"

"Iya, mau apa?"

Kesempatan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang