Sebelum membaca tinggalkan jejak dulu dengan memberikan vote pada cerita ini, gak maksa kok, yang udah makasih 😘😘😘
.
.
.
.
Selamat Membaca 😚Alina sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, setelah hampir seminggu di rawat di rumah sakit, kini ia sudah di perbolehkan untuk pulang. Tidak ada siapa-siapa yang menjemputnya, seakan ia tidak mempunyai keluarga, sungguh Malang nasibnya. Ia berniat untuk kembali ke rumah Liam, uangnya mulai menipis karena bayar administrasi rumah sakit yang sangat mahal dan saat ini Alina butuh seseorang untuk menjaga dan merawatnya karena kesehatannya belum benar-benar stabil.
Alina masuk kedalam taksi yang ia pesan. Taksi itu menuju kediaman Liam, mungkin dengan ia tinggal di sana, ada orang yang akan merawat dan menjaganya, jika ia kembali ke rumahnya sendiri, tidak ada siapa-siapa yang bisa membantunya.
Tidak lama kemudian, taksi memasuki halaman rumah Liam. Alina membayar taksi, lalu keluar dari taksi itu.
"Gue terpaksa kembali ke sini," lirih Alina
Ting tong ...
Wanita paruh baya membukakan pintu itu, ia terdiam sambil melihat Alina.
"Alena?"
"Saya bukan Alena, saya Alina."
Aina terkejut mendengarnya. "Oh ini Alina? Kamu kan yang menghancurkan rumah tangga Alena?"
Alina terdiam sambil menatap Aina. "Saya tidak menghancurkannya tapi Liam yang ingin menikahi saya."
"Alena sudah menceritakan semuanya tentang kamu, masuklah, aku izinkan kamu tinggal di sini sampai waktunya tiba aku akan mengusir mu," ucap Aina lalu pergi meninggalkan Alina.
"Dia Ibu Liam?" tanya Alina
Alina melangkah masuk ke dalam rumah itu.
"Nyonya Alina?"
"Saya kembali Bi."
"Loh, anak Nyonya?"
"Saya keguguran."
"Astaghfirullah. Nyonya istirahatlah, kamar sudah Bibi bersihkan."
Alina mengangguk, lalu melangkah menuju kamarnya, kamarnya dengan Liam.
Sampai di kamar, Alina duduk disisi ranjang, sambil menatap fotonya bersama Liam. Ia pun tidak tahu, apakah ia akan bertahan atau memilih pergi, Alina tidak ingin memiliki suami gila seperti Liam, kemungkinan untuk sementara waktu sambil menunggu Liam pulang, ia akan tinggal di rumah itu.
Tok tok tok
Bibi masuk ke dalam kamar Alina sambil membawakan air untuknya.
"Minum dulu Nya. Kalau mau apa-apa panggil saja Bibi."
"Terima kasih, Bi."
Bibi mengangguk, lalu pergi meninggalkan kamar Alina.
Alina mengambil obat-obatan yang ada di dalam tasnya, ia harus mengkonsumsi obat itu agar ia cepat pulih, ia muak dengan keadaanya saat ini, ia ingin cepat-cepat sembuh dan beraktifitas seperti biasanya, berkumpul bersama teman-temannya.
"Apes banget hidup lo Lin, sudah keguguran, gak bisa punya anak lagi dan suami? Gila!" ucap Alina sambil meneguk obat itu.
"Syukur ibu tua itu mau menerima gue, kalau gak? Luntang-lantung deh."
Setelah meminum obat, Alina merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Alina menatap langit-langit kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General Fiction15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...