30

23.8K 1.3K 20
                                    

Liam sedang ikut menikmati makan malam bersama anak-anak yatim-piatu. Ia bahagia, bisa berkumpul bersama mereka semua. Baru beberapa jam yang lalu Liam di rumah itu, anak-anak sudah akrab dengannya dan mereka senang bermain dengan Liam. Ya, Liam sudah mengajak mereka bermain, Liam pintar mengambil perhatian mereka, tidak hanya itu, Liam juga memberikan banyak sekali makanan ringan yang sudah ia beli di kota untuk mereka semua. Sungguh senang mereka mendapatkan jajanan dari Liam.

"Ditambah lagi, Nak," ucap Laila

"Sudah kenyang Mi. Nih siapa yang masak, kok enak banget?"

"Siapa lagi kalau bukan yang di samping ibu," jawab Erna sambil menyenggol lengan Alena.

"Dia bisa masak?"

"Gak tau kan selama ini saya bisa masak?" ucap Alena

"Alena tidak pernah memasakkan makanan untuk kamu?" tanya Laila menatap Alena.

"Gak, Mi soalnya di rumah ada Bibi," jawab Alena

"Oh pantesan. Setelah ini minta masakan Alena."

"Iya, Ummi pasti," jawab Liam sambil tersenyum.

"Kak Liam lama gak di sini?" tanya Nia

"Besok Kak Liam pulang kok," jawab Alena

"Eh gak, in syaa Allah Rabu Kak Liam pulang."

Alena terkejut mendengarnya, ia berharap besok Liam pulang, tapi nyatanya, pria itu akan pulang tiga hari lagi.

"Yeee ... bisa main sama Kak Liam lagi."

"Nanti main petak umpet lagi ya, Kak."

"Oke!"

"Main barbie sama kami aja Kak," ucap Nia

Alena tertawa mendengar permintaan Nia. "Hahaha..."

"Alena," tegur Erna

"Upss ... " Alena menutupi mulutnya, lalu melanjutkan makannya.

Setelah selesai makan malam, anak-anak di arahkan untuk langsung ke kamar dan berisitirahat. Sedangkan Alena dan yang lainnya, membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Alena, ajak Liam ke kamar kamu."

"Lah, ngapain Ummi?"

"Ya tidurlah."

"Tidur sama Alena?"

"Iya Alena uuy."

"Kan ada kamar kosong, kok gak di sana aja Mi?"

"Masa suami disuruh tidur di kamar tamu. Gak mau satu ranjang suami?" tanya Laila

"Jangan gitu Alena. Masa Liam di suruh tidur di kamar lain," ucap Erma

"Iya-iya Ummi, Ibu."

"Dah sana ajak dia tidur. Liam ikuti Alena."

Liam mengangguk, lalu mengikuti Alena. Liam sangat bahagia, malam ini ia akan tidur satu kamar dengan Alena hal yang belum pernah ia lakukan selama ini, karena mereka tidak pernah tidur satu kasur.

Ceklek

Alena memasuki kamarnya yang tidak terlalu besar.

"Di sini gak ada Ac. Tanggung sendiri kalau kepanasan, semoga kapok dan besok pulang," ucap Alena.

"Gapapa, asal tidur satu kasur," jawab Liam

"Siapa bilang satu kasur? Bapak di bawah sini, nih selimut sama bantal."

"Tega banget, masa suami disuruh tidur di bawah? Alena ... saya sedang membuka hati saya untuk mencintai kamu, saya akan mencoba membahagiakan kamu dan saya akan berusaha untuk tidak membuat hati kamu terluka. Izinkan saya masuk ke dalam hati kamu. Alena, jika saya salah, tolong tegur saya, jika saya khilaf, tolong ingatkan saya, saya faqir ilmu agama, saya benar-benar dan bersungguh-sungguh ingin menjadi suami yang baik untuk kamu."

Kesempatan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang