.
.
.
.
SELAMAT MEMBACA
.
.
.Liam sedang membereskan baju-bajunya dan memasukkannya kedalam koper. Hari ini juga ia harus kembali ke kota. Beberapa menit yang lalu ia mendapatkan kabar bahwa sang Ibu jatuh sakit, dan di rawat di rumah sakti, itulah alasannya kenapa ia harus pulang juga.
"Loh, Pak kenapa?" tanya Alena yang baru saja memasuki kamar.
"Saya harus pulang. Kamu mau ikut? Ibu sakit."
"Astaghfirullah."
"Kamu mau ikut gak?" tanya Liam sambil memasukan baju-bajunya.
"Saya ikut!" ucap Alena langsung menuju lemarinya, mengambil beberapa pakaian.
Liam tersenyum, tanpa terpaksa Alena mau ikut dengannya.
Tidak lama kemudian mereka sudah selesai memasukkan baju-baju mereka masing-masing. Alena hanya membawa tas kecil, yang berisi beberapa lembar pakaian.
"Ayo."
"Saya ngasih tau Ummi dulu," ucap Alena menuju dapur.
"Alena mau ke mana?"
"Alena mau ke kota Mi, Ibu sakit."
"Inalillahi. Ibu Aina?"
"Iya, Mi."
"Pergilah. Hati-hati nyetirnya."
"Terima kasih Ummi, terima kasih sudah mengizinkan saya tinggal di sini," ucap Liam
"Iya Liam."
"Kami pergi dulu Ummi. Assalamu'alaikum" ucap Alena
"Wa'alaikumussalam"
Mereka berdua langsung melangkah keluar.
"Kak Alena mau ke mana?"
"Kakak mau ke kota, Ibu kakak sakit"
"Kak Alena pasti pulang ke sini kan?" tanya Nia
Alena terdiam, ia pun tidak tau, ia akan pulang atau tidak. "Kakak pergi dulu ya. Jangan nakal! Dengar kata Ummi, Ibu dan Kakak-kakak lainnya"
"Iya, Kak."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab anak-anak.
Alena masuk ke dalam mobil Liam. Perlahan, mobil Liam pergi meninggalkan kawasan panti itu. Waktu yang dibutuhkan untuk bisa sampai di kota hanya dua jam saja, tidak membutuhkan banyak waktu untuk bisa sampai di sana.
"Terima kasih sudah mau ikut saya pulang."
"Saya mau pulang karena Ibu yang sakit," jawab Alena.
Apapun alasannya, hal itu mampu membuat Liam bahagia, ia harap Alena mau tinggal lagi bersamanya, melanjutkan kisah yang sempat terhenti karena orang ketiga.
Keadaan di dalam mobil kembali hening. Liam fokus pada jalan dan Alena menatap kearah luar jendela, melihat kolam-kolam ikan yang ada di depan rumah warga.
Setelah hampir dua jam di perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di rumah sakit. Liam dan Alena bergegas keluar dan menuju ruangan tempat Aina di rawat. Tidak lupa, Alena memasang kecamatan hitam, ia takut jika ada orang yang mengenalinya, karena ia masih dalam masa penyamaran dan belum waktunya ia menunjukkan dirinya.
"Kenapa pakai kacamata?"
"Gapapa," jawab Alena
Liam melangkah sangat laju. Ia tidak sabar ingin melihat sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General Fiction15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...