50

16K 881 25
                                    

Alena terdiam menatap testpack yang saat ini ada ditangannya. Sudah sejak tadi ia terdiam seperti itu. Ini bukan pertama kalinya ia menggunakan benda itu, bahkan sudah lebih lima kali namun, hasilnya? Allah belum memberikan apa yang saat ini mereka inginkan.

"Sayang," ucap Liam menghampiri Alena yang sedang duduk di atas kasur. Setelah itu ia mengambil testpack yang ada di tangan Alena.

Liam terdiam sambil menatapnya.

"Gapapa, kita usaha lagi. Yang penting kita jangan putus asa tetap ikhtiar dan tawakal. Belum rezeki sayang." Liam mengecup kening Alena.

Alena melingkarkan tangannya di perut Liam. "Maafkan saya Pak, saya belum bisa memberikan apa yang Bapak inginkan."

"Hei, jangan seperti itu. Itu Allah yang memberikannya sayang, mungkin belum waktunya. Jangan merasa bersalah seperti itu. Kita usaha lagi, kalau gagal usaha terus dan jangan lupa, berdoa!"

"Iya Pak. Semoga Allah segera mengabulkan keinginan kita."

"Aamiin ya Allah. Dah jangan sedih lagi, kalau kamu sedih saya juga ikut sedih."

"Ekhem ... Mas sudah makan siang?"

"Apa?"

"Gak bisa di ulang," jawab Alena sambil memanyunkan bibirnya.

"Gapapa, nanti pasti mendengar kata itu lagi. Yakin nih mau manggil itu?"

Alena mengangguk. "Gapapa kan?"

"Gak masalah! Saya senang dan bahagia."

"Saya sudah memutuskan untuk mengganti nama panggilan Bapak," ucap Alena. Sebenarnya sudah lama ia ingin mengganti panggilan itu, namun ia malu untuk mengatakannya dan sekarang, ia mulai membiasakan diri untuk memanggil Liam dengan sebutan 'Mas'

"Alhamdulillah ... sudah lama saya menunggu panggilan itu untuk saya. Dan sekarang kita ganti kata saya dengan aku, sepakat?"

"Iya, setuju. Kenapa pulang cepat?"

"Rindu kamu." Liam menyenderkan kepalanya di bahu Alena.

"Aku serius."

"Aku juga serius."

"Kenapa pulang cepat?"

"Rindu kamu."

Alena merapikan rambut Liam yang sedikit berantakan. "Rambut sudah mulai panjang, nanti potong ya."

"Kamu aja ya yang motongin?"

"Boleh, kalau aku yang motongin, sehelai rambut panjang tidak akan terlihat lagi, alias ku gundul!"

"Eh, jangan, nanti hilang kegantengan ku kalau di gundul. Nanti malam aku potong."

"Hem ... ada sesuatu yang Mas inginkan?"

"Gak ada. Kamu di sini aja."

"Aku mau berenang."

"Aku ikut."

"Ayo," ucap Alena beranjak dari kasur, begitu juga dengan Liam.

Mereka berdua melangkah pergi meninggalkan kamar menuju kolam renang yang ada di bawah. Jam sudah menunjukan pukul 3 masih ada waktu untuk berenang sebelum sholat Ashar. Cuaca di luar sana panas, membuat Alena merasa gerah dan ingin membuat tubuhnya terasa segar. Liam pulang lebih cepat dari biasanya, sehingga ada temanya berenang, biasanya Alena berenang sendiri.

"Eh Tuan, bibi baru saja mau ke atas manggil Tuan."

"Ada apa, Bi?"

"Ada Pak Tuan di ruang tamu,"

Kesempatan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang