Empat

25.1K 1.5K 14
                                    

Sebelum membaca, luangkan waktu untuk memberikan vote pada cerita ini, 1 vote dari kalian adalah sumber semangat saya untuk terus melanjutkan cerita ini. Hayuk di vote... Gak maksa, kalian hanya membaca saja pun saya sudah senang. 😄😄😄
.
.
.
Happy reading
.
.

Sepulang dari kantor, aku menyempatkan untuk berkumpul bersama sahabatku di salah satu tempat langganan kami untuk bertemu, bercerita dan melepas rindu. Tidak sering kami berkumpul seperti ini, karena kami sibuk dengan pekerjaaan masing-masing.

"Len, gimana rasanya menikah?"

"Biasa aja," jawabku sambil mengaduk minumanku dengan sedotan.

"Gimana malam pertama?" tanya Nessa

Aku berdecak kesal mendengar pertanyaan itu karena tidak akan ada malam pertama yang terjadi di antara kami.

"Woi jawab!"

"Mau tau rasanya? Nikah."

"Sebenernya aku mau aja nikah tapi gak ada yang mau."

"Kasihan lo, dah sama mang Ujang aja," ucap Dara

"Siapa mang Ujang?"

"Pembuat kopi di kantor, Len."

"Gila saran lo, yang iya aja aku menikah dengan dia," ucap Nessa.

Tiba-tiba mataku tertuju pada beberapa wanita diluar sana, mereka antara ingin masuk ke kafe dan aku kenal siapa wanita itu. Dia adalah Mama namun, setelah aku perhatikan, mereka tidak jadi masuk ke kafe ini, mungkin karena Mama tahu ada aku di kafe ini. Mama rela tidak jadi masuk ke kafe dibandingkan harus satu kafe denganku.

Bagaimana perasaan kalian, jika ibu kandung kalian sendiri membenci kalian? Bukankah sedih? Banget, sedih, nyesek, di marahin ibu saja sudah membuat kita sedih, apalagi di benci. Aku pun tidak tahu, kenapa Allah memberikan takdir seperti ini, aku tidak tahu, kenapa aku harus menerima semua ini, sedih, sedih dan sedih yang sering aku rasakan. Kapan aku bahagia? Itulah yang selalu aku tanyakan pada diriku sendiri. Aku juga ingin bahagia, sama seperti mereka, aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya di sayangi, dicintai oleh orang yang aku cintai. Apa aku tidak di izinkan untuk bahagia?

Aku kira, setelah aku pergi meninggalkan rumah orang tuaku, aku akan merasakan kebahagiaan namun, nyatanya tidak! Aku tidak menemukannya, aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan dan aku harapkan. Pernikahanku tidak menimbulkan kebahagiaan, seperti apa yang aku harapkan. Bolehkah aku iri? Aku iri dengan wanita diluaran sana yang hidup bahagia dengan suaminya, kesana-kemari bersama, tidur bersama, saling mencintai, saling menyayangi, saling peduli, saling terbuka, aku iri dengan mereka! Sering aku bertanya kenapa hidupku tidak seberuntung mereka?

"Len."

"Iya?"

"Bengong aja. Ada masalah?"

"Gak ada kok, aku baik-baik aja."

"Mau pesan makanan gak?" tanya Dara

"Gak, aku kenyang."

"Pulang nanti aku ikut kamu ya, Len," ucap Nessa

"Oke, sekalian aku mau ke rumah kamu."

"Iya, lama kamu gak ke rumah."

"Itulah, aku juga akhir-akhir ini sibuk banget."

"Kalian gak honeymoon?"

"Mau sih tapi gak bakalan terjadi."

"Eh, kenapa?"

"Kami sama-sama sibuk."

"Kamu berubah Len."

"Berubah jadi power ranger?"

Kesempatan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang