Alena tersenyum sambil menatap Aliya yang sedang mengelus perut buncitnya. Alena merasa iri dengan sang Adik, Allah karunia kan anak kembar pada Aliya. Sedangkan Alena? Ia sedang menunggu Allah memberikannya kepercayaan itu, ia juga ingin, ingin memiliki seorang anak dan menjadi orang tua, seperti wanita diluaran sana. Hanya saja, Allah belum memberikan kepercayaan itu, Allah menyuruh Alena untuk bersabar dan terus berusaha.
"Kak."
"Eh, iya?"
"Bengong aja. Lagi ada masalah?" tanya Aliya.
Alena mendekati Aliya. "Gapapa kok. Hem ... Kakak mau ngelus perut kamu, boleh?"
"Boleh dong. Sini."
Alena mengelus perut buncit Aliya. Sungguh, ia ingin merasakan bagaimana rasanya mengandung.
"Kak Alena harus sabar. Jangan bosan berdoa dan meminta pada Allah," ucap Aliya seakan tahu, apa yang Alena pikirkan.
"Iya Dek. Kamu tau aja apa yang kakak pikirkan."
"Dari tatapan Kakak, menggambarkan bahwa Kakak sedang merasa sedih."
"Iya, Kakak juga ingin merasakan apa yang kamu rasakan. Pak Liam juga, dia sangat mengharapkan kehadiran dia di sini."
"Kalau sudah waktunya, In syaa Allah, Allah kasih kepercayaan. Mungkin sekarang, Allah ingin Kakak menghabiskan waktu berdua dengan Kak Liam, biar banyak waktu luang berdua."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Eh, Ibu, Papa?"
"Masuk Bu, Pa."
"Maaf, ibu baru sempat ke sini" ucap Nina
"Gapapa kok, Bu."
"Ada Alena juga, sudah lama, Nak?"
"Setengah jam yang lalu, Bu," jawab Alena sambil bersalaman dengan Nina.
"Papa gak kerja?"
"Gak, hari ini Papa libur. Ibu merengek minta temenin ke rumah kamu, jadi papa temenin deh."
"Iya, syukur Papa kalian ini lagi libur. Kalau mengharap Nessa tahun depan ibu bisa ke sini, dia sibuk banget."
"Nessa naik jabatan kan, Bu?" tanya Alena.
"Iya. Itu yang semakin membuatnya sibuk. Aduh ... duh ... sudah besar perut kamu."
"Alhamdulillah Bu. Gak lama lagi ibu jadi nenek."
"Iya ya. Ih gak nyangka," ucap Nina bahagia.
"Dan gak lama lagi, Alena akan nyusul," ucap Rama.
"Aamiin, Pa In syaa Allah."
"Aamiin," sambung Nina.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Eh ada Papa," ucap Liam berdiri di depan pintu.
"Masuk dulu, Pak," ucap Alena.
Liam masuk ke dalam, lalu bersalaman dengan Rama.
"Kalian mau ke mana? Kok rapi banget?" tanya Rama.
"Kami mau ke acara pernikahan Dara, Pa"
"Oh iya, baru ingat kalau hari ini Dara nikah," ucap Nina
"Ibu mau pergi gak? Biar sama kami. Kalau Nessa, dia mau langsung ke rumah Dara dari kantor."
"Gak deh, ibu baru sampai sudah pergi. Titip salam untuk dia ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General Fiction15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...