Hari ini Alena ke rumah sakit ingin menjenguk Alina sekalian ada obat yang ingin ia beli di rumah sakit itu. Ia rutin membeli obat di sana, satu bulan sekali pasti ia ke rumah sakit itu.
"Ibu Alena."
Alena langsung mengambil obat, lalu setelah itu, melangkah menuju kasir.
"Alena."
"Eh Emran. Tadi aku ke ruangan, eh kamunya belum datang. Kok telat?"
"Tadi ke Dinas kesehatan dulu. Kenapa gak kasih tau aku aja sih, biar aku yang belikan, sekalian aku mau ketemu anak-anak."
"Aku ke sini sekalian mau jenguk Alina."
"Oh Alina, iya dia masih di rawat, bukan aku sih yang nanganin, pernah liat dia. Salut aku sama kamu, walaupun Alina jahat sama kamu, kamu masih bisa berbuat baik padanya."
"Aku memang mudah untuk memaafkan tapi aku kesulitan untuk melupakan apa yang dia perbuat."
"Tetap jadi Alena seperti ini ya," pinta Emran
"In syaa Allah. Nanti setelah aku jenguk Alina, aku ke ruangan kamu."
"Bagus, aku tunggu."
"Oke. Aku pergi dulu," ucap Alena melangkah pergi menuju kasir.
Setelah membayarnya, Alena pergi menuju ruangan tempat Alina di rawat, tiba-tiba saja Alena mengkhawatirkan keadaannya dan andai ia bisa untuk menjaga Alina, sudah pasti ia lakukan, tapi keadaannya tidak mendukung.
Tok tok tok
Alena masuk ke dalam ruangan itu. Alina terkejut melihat siapa yang datang.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Alina
"Aku cuma khawatir dah hilangkan rasa gengsi kamu."
Ini sudah hari ke empat Alina di rawat di rumah sakit. Keadaannya masih belum stabil, sehingga ia belum diperbolehkan untuk pulang.
"Kenapa lo gak mati?"
"Mengharapkan aku mati?"
"Gara-gara kabar lo mati, Liam jadi gila!"
Alena terkejut mendengarnya, ia menatap Alina. "Gi-gila?"
"Iya, dia sangat merasa bersalah, gara-gara dia kawin sama gue, lo pergi dan meninggal. Dia juga merasa menyesal sudah menyia-nyiakan lo."
Alena benar-benar tidak menyangka Liam menjadi seperti itu karenanya. Alena kira, Liam akan bahagia, karena ia sudah tidak ada lagi di kehidupannya.
"Astaghfirullah. Aku tidak menyangka akhirnya seperti ini."
"Lagian kenapa pura-pura mati segala sih?"
"Aku gak tenang, orang suruhan Pak Liam ada di mana-mana mencari ku dan hanya dengan cara itulah mereka berhenti mencari keberadaan ku."
"Pintar juga lo ya."
"Terus Pak Liam ada di mana?"
"Luar negeri, menjalani pengobatan di sana."
Lagi dan lagi Alena terkejut. Liam gila karenanya? Dan ia harus menjalani pengobatan di luar negeri? Tiba-tiba Alena merasa bersalah atas apa yang sudah ia lakukan, ia tidak menyangka, Liam menjadi seperti itu.
"Kak.k
Alena terdiam mendengar suara itu, ia mematung dan tidak berani bergerak.
"Ada tamu. Teman Kakak ya?" tanya Aliya.
Alena menggigit bibirnya. Sebentar lagi Aliya pasti akan mengetahui dirinya.
Aliya menghampiri Alina yang tengah berbaring, sedangkan Alena? Ia persis berada di samping Aliya. Karena Alena memakai kacamata hitam, Aliya tidak bisa melihat mata Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General Fiction15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...