Sudah dua hari sifat Alena dan Liam tiba-tiba berubah, setelah kejadian waktu itu. Mereka berdua seperti canggung untuk berbicara. Mereka pun tidak tau, apa yang terjadi dengan mereka masing-masing. Liam berfikir Alena marah karena ia menciumnya dan Alena berpikir, Liam marah karena ia belum mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan.
Siang ini Alena ikut ke dapur untuk memasak makanan makan siang mereka. Untuk dirinya, bibi dan juga sopir, karena Liam kerja, biasanya Liam makan di luaran, ia tidak pernah pulang untuk makan siang di rumah.
"Ini bawangnya, Nya."
"Makasih, Bi."
"Iya Nya."
"BI INAH."
"Siap Nya! eh siap Nya."
"Lagi chating sama siapa tuh?" tanya Alena.
Inah langsung meletakkan hpnya di atas meja. "Gak kok Nya. Bukan siapa-siapa, tadi cuma ngontrol facebook."
"Siapa tau ada yang inbox ya," ucap Lina
"Eh gak. Kamu ini."
Alena menggelengkan kepalanya melihat bibi yang ada di rumah itu aktif menggunakan sosial media. Bahkan mereka berteman dengan Alena di facebook dan instagram.
Dengan memasak lah cara Alena menghilangkan rasa jenuh dan bosan. Andai mamanya ada di rumah sudah pasti ia ke rumah, tapi, kedua orang tuanya sedang berada di luar kota. Sedangkan rumah Aliya? Baru kemarin nya ia ke rumah Aliya.
Alena memindahkan masakannya yang sudah masak ke dalam mangkuk. Aroma wangi dari masakan itu sangat menggoda.
"Namanya tadi apa Nya?"
"Cumi masak asem pedas Bi." Alena meletakan cumi itu di atas meja,
Lina, Ina menyiapkan nasi, sedangkan Inah membuatkan air, dan dua bibi lainnya memindahkan lauk yang masak ke dalam piring.
"Nyonya duduk aja. Lagian sudah siap."
"Iya Bi. Kita makan bareng-bareng. Mang Agus dan Mang Soleh panggil Bi, suruh makan bersama," ucap Alena.
"Baik Nya."
Seperti itu lah Alena. Jika Liam tidak ada, bibi dan sopir ia ajak makan bersama di meja makan, namun jika Liam ada, mereka makan masing-masing setelah tuan rumah makan.
"Eh ada Tuan."
"Pak?"
"Saya ngambil tablet ketinggalan."
"Makan siang dulu Tuan. Nyonya Alena sudah masak banyak."
Liam mendekati meja makan.
"Ini kamu yang masak?"
"Gak, di bantu Bibi juga. Si-sini Pak."
Liam segera mengambil tempat duduk, lalu duduk di kursi sebrang Alena.
Alena mengambilkan nasi untuk Liam.
"Mau apa Pak?"
"Semua lauk. Saya penasaran yang mana aja yang enak," jawab Liam.
Alena langsung mengambil lauk-pauk yang ada di depannya. Setelah itu, ia meletakkan piring nasi itu di depan Liam. Para Bibi pergi meninggalkan dapur dan membiarkan Alena dan Liam makan bersama. Berhubung Liam ada, Alena tidak jadi makan siang bersama Bibi, dan sopir.
Alena mengambil nasi untuk nya sendiri. Ia sudah sangat lapar dan tidak sabar menikmati masakannya.
"Enak gak Pak?" tanya Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
Aktuelle Literatur15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...