Assalamu'alaikum, selamat datang ke cerita saya. Semoga suka ya, dan jika ada kesalahan dalam pengetikan, mohon di ma'afkan, dan saya ingin koreksi dari kalian, jika ada kesalahan penulisan, mohon di tandai, biar saya edit. Mohon saran dan kritikannya juga, tegur jika ada kesalahan dalam cerita ini. Dan maaf jika terdapat kesamaan nama tokoh, judul, atau lainnya, namun cerita ini murni dari pikiran dan imajinasi saya. Mohon dukungannya juga dengan menekan tombol Bintang di bawah.
Mohon jangan berkomentar kasar!! karena hal itu bisa membuat semangat saya luntur, kalau gak suka yaudah stop! Jangan di lanjutin baca dan jangan berkomentar kasar, Paham?
.
.
Happy reading
.
.
.Seorang wanita tinggi, berambut panjang dan berwajah cantik itu keluar dari lift, kini ia melangkah menuju meja, tempatnya bekerja. Wanita itu berprofesi sebagai sekretaris Direktur yang ada di perusahaan itu. Alena itulah nama panggilannya. Alena memiliki sifat yang cuek, tidak banyak memiliki teman, pendiam? Orang yang tidak mengenalnya akan berpendapat seperti itu, padahal nyatanya ia orang yang asik dan banyak bicara jika dengan orang-orang yang sangat akrab dengannya.
Tahun ini umurnya sudah menginjak usia 27 tahun, tidak akan lama lagi ia akan memasuki kepala tiga, jika umurnya panjang, katanya.
Alena meletakan handbag di atas meja, lalu ia duduk di kursinya yang berhadapan langsung dengan ruangan Direktur.
"Pagi, Alena," sapa teman sekantornya
"Pagi," jawab Alena sambil tersenyum tipis.
"Masuk ke ruangan saya!" ucap pria itu tanpa menatap Alena dan terus berjalan masuk ke dalam ruangan yang ada di depan maja Alena.
Alena segera masuk ke dalam dan tidak lupa ia menutup pintu itu.
"Iya Pak?"
"Jadwal hari ini padat?"
"Tidak, Pak hanya ada dua pertemuan saja," jawab Alena.
"Pertemuan dengan siapa?" tanyanya sambil melipat lengan bajunya.
"Pak Farit jam sepuluh nanti dan Pak Husni jam dua siang."
"Meeting?"
"Tidak ada."
"Oke, keluar."
Alena mengangguk, lalu ia pergi meninggalkan atasannya itu.
"Pak Daniel ada?"
"Ada, masuk aja."
Wanita itu langsung masuk ke dalam ruangan Daniel. Sedangkan Alena? Ia kembali duduk sambil membuka buku jadwal Bosnya.
"KAMU BISA KERJA GAK SIH? KERJA ITU HARUS TELITI JANGAN ASAL-ASALAN!"
Alena sudah terbiasa mendengar sang Bos marah, bahkan ia sudah kebal dengan marahan dari Bos nya itu, jangan kira ia tidak pernah di marahi, bahkan sering, sampai-sampai Alena merasa muak dan bosan mendengar omelan dari bosnya itu.
Tidak lama kemudian, wanita yang masuk ke ruang Daniel tadi, keluar dengan ekspresi wajah cemberut.
"Mimpi apa aku malam tadi, apes banget deh, pagi-pagi sudah kena marah."
Alena terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Makanya, harus di teliti lagi kerjaan kamu."
"Huh ... Bos kamu itu memang suka marah-marah," keluhnya.
Alena mengerutkan keningnya. "Eh, bukan bos aku, bos kamu juga."
"Huft ... kalau saja ada lowongan pekerjaan diluar sana, sudah lama aku berhenti dari sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
Algemene fictie15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...