Setelah 5 hari berada di Malaysia, kini Alena dan Liam sudah kembali ke tanah air. Liam tidak bisa terlalu lama meninggalkan kantor karena banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Andai tugas kantor tidak menanti, sudah pasti mereka lebih lama lagi di Malaysia. Alena senang, ia bisa pergi ke Malaysia, dan berlibur berdua bersama Liam, ada banyak pengalaman yang Indah yang tidak akan Alena lupakan dan yang pasti, ia akan selalu ingat orang-orang baik yang ia jumpa, sampai-sampai mereka bertukar nomer telpon untuk bisa menyambung tali silaturahmi.
Malam tadi, mereka sampai Indonesia, sekitar jam 11 malam baru sampai rumah. Itu membuat Alena yang sampai sekarang masih terlelap tidur, sedangkan Liam? Ia sudah bangun, karena ia harus kembali bekerja.
Tok ... tok ... tok ...
"Kak Alena, uuyy Kak Alena." Suara teriakan di depan pintu kamar mengusik tidur Alena.
Ceklek
Aliya membuka pintu kamar sang kakak dan mantap Alena yang masih tertidur, padahal, hari sudah menjelang siang.
"Allahuakbar, jam segini masih tidur? Kak Alena, bangun!"
"Kak Alena." Aliya duduk di atas kasur sambil menatap sang Kakak.
"Pulas banget tidur. Tidur apa mati ya? Kak Alena ... bangun Kak!"
"Huah ... Astaghfirullah, Liya?"
"Akhirnya bangun juga."
"Kakak capek Liy, ini pun masih ngantuk. Kamu ganggu aku aja. Suamiku mana?"
"Lah, mana Liya tau. Mungkin kerja."
"Huah ... ngapain pagi-pagi ke sini?"
"Pagi Kakak bilang? Ini sudah siang Kak, sudah jam 11, tuh matahari sudah cerah, secerah wajah Liya. Pasti Kak Alena belum sholat kan?"
"Eh, sudahlah, setelah sholat subuh Kakak lanjut tidur, malam tadi jam 11 baru sampai rumah, badan pegal-pegal, mata ngantuk. Nih ngapain ke sini?"
"Oleh-oleh?"
"Ya Allah, tanya kabar dulu kek, ini nanya oleh-oleh."
"Gak perlu nanya kabar karena Liya tau Kakak itu sehat. Oleh-olehnya mana?"
"Yah gak ada, lupa Liy."
"Ish ... Kakak jangan bohongin Liya!"
Alena terkekeh melihat ekspresi wajah Liya yang cemberut.
"Ada kok. Dah sana keluar. Aku mau mandi dulu. Tunggu di ruang tamu, mau makan kek, tidur atau nonton TV."
"Gpl gak pakai lama!"
"Iya-iya, dah sana keluar," ucap Alena.
Aliya langsung pergi meninggalkan kamar Alena, dan Alena melangkah menuju kamar mandi.
Sesampainya di lantai bawah, Aliya langsung duduk di kursi ruang tamu, menunggu Alena mandi.
"Neng, Nyonya Alena sudah bangun?"
"Sudah Bi, dia lagi mandi."
"Neng Liya mau minum apa?"
"Air putih aja deh, Bi."
"Baik, Neng tunggu sebentar ya."
"Makasih, Bi," ucap Aliya.
Lina pergi menuju dapur, mengambilkan segelas air untuk Aliya dan Aliya menyalakan TV sebagai pengobat jenuh menunggu Alena mandi.
"Ini calon istriku"
"Oh ternyata dia Mas calon istri kamu? Berani ya kamu bawa dia bertemu denganku. Hei perampas, gak malu merampas suami orang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General Fiction15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...