Alena sedang duduk di gubuk kecil yang ada di depan rumah, ia duduk bersama anak-anak, sambil menemani mereka bermain. Mereka semua menganggap Alena sebagai kakak mereka, begitu juga dengan Alena. Alena memberikan kasih sayang kepada mereka semua, kasih sayang dari seorang kakak walaupun mereka bukan adik kandungnya, tapi Alena sudah menganggap mereka semua adik-adiknya.
"Len."
"Eh Kak Ainun?"
"Anak-anak suka banget main sama kamu, coba sama kakak, mungkin mereka bosan ya main sama kakak?"
"Kalian bosan gak main sama Kak Ainun?" tanya Alena
"Bosan?"
"Jujur banget sih," ucap Ainun
"Anak-anak, masuk dulu, Kak Ais bikin kue."
"Horee!" ucap mereka segera beranjak meninggalkan gubuk itu.
"Soal makanan nomor satu," ucap Ainun
Alena tersenyum menatap mereka. Mereka selalu terlihat bahagia dan semangat, seperti tidak ada waktu untuk bersedih, Alena iri dengan mereka, kekuatan dan ketegaran mereka membuat Alena iri, anak seusia mereka bisa kuat dan tegar menjalani kehidupan ini.
"Hei, mikirin apa?" tanya Ainun
"Gapapa kok, Kak."
"Astaghfirullah, tadi kakak disuruh ke warung. Ikut gak?"
"Gak deh."
"Ya udah, aku pergi dulu."
"Iya Kak."
Setelah Ainun pergi, Alena melangkah pergi menuju rumah.
"Alena."
Langkah Alena terhenti ketika ia mendengar suara itu. Jantungnya seketika berdetak lebih kencang. Alena terdiam bahkan ia takut untuk membalikkan tubuhnya untuk memastikan apakah itu orang yang ia kira.
"Alena." Suara itu semakin dekat.
Perlahan, Alena membalikkan badannya dan.
"Astaghfirullah." Alena terkejut melihat orang yang ada di depannya.
Orang itu mendekati Alena. Lalu kemudian ia memeluk Alena. Sungguh hal itu membuat Alena terkejut, ini pertama kalinya ia dipeluk oleh orang itu.
Tanpa Alena sadari, tangannya membalas pelukannya. Alena merasakan ada sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Maafkan saya Alena, maafkan saya," ucapnya. "Maafkan saya yang sudah menyakitimu, maafkan atas segala kesalahan saya, saya menyesal sudah melakukan itu pada orang sebaik kamu. Maafkan saya!"
Alena tidak bergeming mendengar ucapannya.
"Maafkan saya Alena, maafkan saya," ucapnya lagi.
Orang itu adalah Liam. Alena tidak menyangka, akhirnya Liam sampai juga di desa itu, Alena tidak menyangka, Liam mengetahui bahwa ia masih hidup dan Liam menemuinya.
Liam sangat merindukan wanita itu, sangat merindukannya, saat ia tahu bahwa Alena masih hidup, Liam merasa sangat-sangat bahagia, itu artinya masih ada kesempatan untuk meminta maaf dengan Alena.
"Maaf? Luka kemarin belum sembuh, haruskah aku memaafkannya?"
"Seburuk apa pun kesalahan orang itu, kita harus bisa memaafkannya, Allah saja maha pemaaf, lantas kenapa kita hambaNya tidak bisa memaafkan?" ucapan Laila terngiang-ngiang di telinganya.
"Maafkan saya Alena," ucap Liam sambil terisak pelan. Pria itu menangis di pelukan Alena.
"Untuk apa Bapak ke sini? Mau menyakiti saya lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
Fiction générale15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...