Benar, kehadiran Luna dalam kehidupan Alena dan Liam pelengkap kebahagiaan mereka berdua. Alena dan Liam merasa benar-benar sudah menjadi orang tua, melalui Luna lah mereka belajar menjadi orang tua yang baik. Selama ini, Luna tidak pernah membuat Alena atau Liam marah, anak itu pintar dan tidak nakal, dia sangat baik dan patuh kepada mereka. Alena merasa sangat bersyukur memiliki Luna, kala kesepian, Luna selalu ada menemani Alena dan anak itu juga bisa di ajak bercanda. Sungguh, Alena merasa sangat-sangat bahagia, kehadiran Luna hal yang sangat Alena syukuri dan tanpa terasa, sudah satu bulan Luna tinggal bersama Alena dan juga Liam.
Alena sedang berdiri di depan TK, menunggu Luna pulang, karena sebentar lagi mereka akan pulang. Itulah kegiatan Luna, pagi dia mengantar Luna dan pukul sepuluh ia menjemputnya.
"Bunda." Suara teriakan itu mengejutkan Alena.
"Anak Bunda sudah boleh pulang."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Eh Bu guru."
"Beruntung kamu mempunyai anak seperti Luna, dia anak yang baik, semua doa pendek dia hafal, hebat loh."
"Alhamdulillah, Bu. Tapi Luna gak nakal kan Bu?"
"Gak, tapi kadang dia suka jahil."
"Nah ... Luna suka jahil ya?"
"Gak suka kok, Bun tapi kadang-kadang hehe," jawabnya sambil terkekeh.
"Biasa Bu, anak-anak memang suka bercanda," ucap Ibu guru Luna
"Kalau dia nakal kasih tau saya ya Bu."
"Luna gak nakal kok Bun, janji."
"In syaa Allah dia gak akan nakal. Terus belajar ya Luna, ditingkatkan lagi."
"Siap Bu guru".
"Kalau gitu saya permisi dulu ya."
"Iya Bu. Hati-hati," ucap Alena.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Ayo sayang kita pulang."
"Ayo Bun." Luna memegang tangan Alena menuju mobil.
"Tadi belajar apa?"
"Mengenal huruf."
"Luna bisa? Dan sudah hafal?"
"Hafal dong Bun, tapi Luna belum bisa nulis."
"Semua butuh proses Luna, nanti Luna bisa kok, yang penting Luna terus belajar ya, jangan malas."
"Oke Bunda."
Alena dan Luna masuk ke dalam mobil, setelah mereka masuk, Alena pergi meninggalkan kawasan itu.
Sepuluh menit diperjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di rumah.
"Mang, nanti sore cucikan mobil ya."
"Siap Nya," jawab Agus
Alena dan Luna melangkah memasuki rumah. Alena menatap Alina yang tengah duduk bersantai di depan TV. Wanita itu masih ada di rumah Alena dan selama ini, ada perubahan yang terjadi pada Alina. Yang pasti Alina sudah berubah, beda dengan Alina dulu. Alina selalu sholat bahkan tidak pernah ketinggalan, meskipun kadang ia terlambat sholat karena sering ketiduran, namun Alena merasa bahagia, sang Adik sudah ada perubahan, ia juga sudah tidak sekasar dulu. Kadang Alina diajak Luna membaca Al-qur'an, kadang juga Luna memberikan nasehat dan semangat untuk Alina. Sedikit demi sedikit terbuka hati Alina untuk bertobat, untuk mendekatkan diri pada Allah.
"Alina Wijaya, tontonannya sekarang ceramah? Hebat ... terus gali Lin, terus cari tau dan belajar."
Alina mengubah posisinya dan menatap Alena dan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
Genel Kurgu15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...