Jangan lupa kasih vote, biar saya tambah semangat untuk melanjutkan cerita ini.
.
.
.
.
.
.Aliya menyenderkan kepalanya di bahu Afif yang sedang asik menonton pertandingan bola di tv. Afif yang meminta Aliya untuk menemaninya, padahal Aliya saja tidak suka nonton pertandingan bola, ia terpaksa karena Afif yang menyuruhnya.
"Huah ... lama gak lagi selesainya Bang? Aliya dah ngantuk".
"Ngantuk ya?"
"Iya, ngantuk banget. Kalau Liya tidur di sini, Abang mau angkat Liya ke atas?"
"Tidurlah, nanti aku angkat kamu."
Aliya melingkarkan tangannya di perut Afif, lalu memejamkan matanya yang terasa ngantuk. Ia masih bersandar di bahu Afif, karena bahu Afif tempat yang paling nyaman bagi Aliya untuk bersandar.
"GOL ... YES GOL!" Afif berteriak keras
"Abang ... ish ... jangan teriak!" ucap Aliya
"Cup ... cup... tidur lagi sayangku." Afif mengusap-usap kepala Aliya.
Aliya kembali memanjakan matanya, merasakan kepalanya di usap, membuat Aliya semakin merasa ngantuk, dan akhirnya wanita itu tertidur.
"Huah..."
Afif sudah mulai mengantuk. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 malam. Ia mematikan TV, karena sudah waktunya ia tidur. Sedangkan Aliya, wanita itu sudah lama terlelap tidur.
Afif menatap wajah Aliya. Setelah puas menatap Aliya. Afif mengangkat tubuh mungil Aliya menuju kamar mereka, gara-gara ia, Aliya jadi tertidur di kursi.
Sesampainya di kamar, Afif merebahkan tubuh Aliya secara pelan, ia tidak ingin menganggu tidur pulas sang istri, oleh sebab itu, ia merebahkannya dengan sangat hati-hati. Setelah Aliya berhasil ia rebahkan, Afif ikut berbaring di samping Aliya lalu kemudian ia menyelimuti tubuhnya dan juga tubuh Aliya.
Cup
"Semoga mimpi Indah," ucap Afif sambil berbisik di telinga Aliya. Setelah itu, Afif memejamkan matanya.
🍃
"Allahuakbar... Allahuakbar..." seruan umat islam untuk menunaikan sholat subuh sudah berkumandang. Aliya baru saja terbangun ketika mendengar suara adzan itu.
"Huah ... " Aliya menguap sambil mengangkat kedua tangannya.
"Bang bangun!"
"Bangun, sudah subuh." Aliya berusaha membangunkan Afif. Namun Afif tidak merespon ucapan Aliya. Pria itu terlalu pulas, sehingga tidak mendengar suara Aliya.
"BANGUN! SHOLAT UY SHOLAT."
"Ish ... berisik!"
"Bangun! Tuh sudah adzan."
"Hem."
"Bangun."
"5 menit lagi. Aku ngantuk!"
"Tidak ada tawar menawar. Cepat bangun! Atau mau mandi di kasur?"
"Sebentar lagi, aku masih ngantuk"
"Siapa suruh begadang?"
"Berikan waktu lima menit aja," ucap Afif memohon
"Oke. Aliya mandi duluan," ucap Aliya beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
Afif kembali melanjutkan mimpi indahnya setelah suara Aliya sudah tidak terdengar lagi. Gara-gara ia tidur lambat, membuatnya merasa masih mengantuk, dan tidak cukup tidur. Biasanya jam setengah sepuluh pasti mereka sudah tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General Fiction15+ Pernikahan yang Alena mimpikan, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Perjodohan yang konyol merusak harapan Alena untuk hidup bahagia bersama sang suami. Kedua orang tuanya bersepakat untuk menjodohkannya dengan anak teman sang ayah, yang akh...