I-D-C (1)

15.8K 704 30
                                    

JENNIE POV

"Aku akan membayarnya sesegera mungkin, setelah eommaku melakukan pengobatannya, aku berjanji."

"Ya nona! Sudah beberapa puluh kali aku kendengarmu mengucapkan janji untuk membayar semuanya, tapi...baiklah aku akan menunggumu, tetapi jika bos besar tahu maka semua akan berakibat fatal."

Ucapan kedua insan yang berbeda di siang itu, antara aku dan lelaki berjas hitam didepan supermarket dekat lokasi kujuruanku. Aku terus berfikir darimana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu untuk membayar semua hutangku.


Aku jennie kim, Umurku 23 tahun dan sudah bertahun-tahun lamanya aku berjuang seorang diri demi kesembuhan eommaku yang semakin hari semakin memburuk keadaannya, eommaku mengalami keadaan...yang memerlukan banyak biaya untuk kesembuhannya sedangkan aku hanya seorang mahasiswi yang tidak mempunyai penghasilan tetap.

selama bertahun-tahun ini pula aku berhutang kepada satu-satunya orang terpandang dan paling berpengaruh dikorea demi pengobatan eomma, karena gaji yang ku punya dalam kerja paruh waktu hanya mencukupi kebutuhan sehari hari, yang eomma tahu semua biaya pengobatan berasal dari kerja paruh waktuku, bukan tanpa alasan yang jelas aku hanya tidak ingin eomma khawatir dengan semua keadaan yang mendesak ku.

Dulu aku adalah seorang anak beasiswa yang berprestasi disalah satu kampus dikota ku, aku mengambil jurusan ekonomi tapi entah mengapa di semester ketiga, semua beasiswa yang ku punya telah dicabut yang mengharuskan aku untuk membayar semua administrasi agar aku tetap bisa melanjutkan kuliahku.

Aku anak tunggal, Ayahku meninggalkanku dan eomma ketika aku berumur 12 tahun, ia pergi karena tak ingin merawat eomma yang sakit sakitan dan akhirnya ia pergi bersama selingkuhannya.

Aku bekerja direstoran milik orang tua sahabatku, Irene. Aku sangat berterima kasih karena mamanya mengizinkan aku untuk bekerja paruh waktu ditempatnya, karena semestinya pegawai disana harus bekerja full time. Saat aku duduk di bangku SMA aku bertemu Irene, ia 2 tahun diatasku dan semenjak itu pula Irene menjadi sahabatku sampai hari ini, kami selalu bersama dan ia tahu situasi yang aku alami, tetapi satu hal yang tidak pernah aku ceritakan kepadanya, yaitu hutang-hutangku kepada satu-satunya orang yang berpengaruh dinegaraku ini, katakan aku gila karena sudah mencari mati dengan meminjam uang kepadanya tetapi aku benar-benar tidak tahu lagi harus pergi kemana untuk membiayai semua pengobatan eomma ku, dan aku juga tidak yakin untuk meminjam uang kepada orangtua Irene karena orangtuanya hanya memiliki restoran biasa.



"Jam berapa kamu akan datang kerestoranku hari ini?" Tanya irene seraya menyusun buku-bukunya kedalam tas kecil yang ia bawa.

"Emm, sekitar jam 7 malam unnie...aku harus kerumah sakit dulu untuk menebus obat-obat eomma." Aku menatapnya sambil tersenyum kecil lalu kembali memfokuskan diriku kepada buku yang sedang ku pegang.

"Hari ini aku yang akan menjaga restoran, mamaku akan pergi malam ini bersama papa, huft..mereka benar-benar masih menganggap diri mereka adalah anak remaja, pergi berkencan lalu meninggalkanku untuk menjaga restoran...orang tua macam apa mereka." Aku menatap Irene yang terlihat sangat kesal, aku terkekeh karena kelakuannya saat ini, Bagaimana tidak... ia mendumel seraya membantingkan buku-bukunya yang sudah tersusun rapih didalam tasnya tadi.

"Kau juga seperti menganggap dirimu adalah anak tunggal padahal kau kan masih punya somi."

"Haish, bocah tengil itu mana perduli! Yang ia pentingkan hanya pergi ke kencan buta setiap hari, dia persis seperti kucing liar."

"Dia benar-benar masih menikmati masa kebebasannya, tunggu saja sampai kau menikah maka ia akan berubah menjadi anak penurut hahaha."

"Seulgi-yaa, nikahi aku...nikahi aku...palli palli palli!" Irene benar-benar orang yang bisa membuat mood ku kembali membaik, walaupun terkadang dia membuat dirinya menjadi orang yang memalukan ekeke.

I Don't Care ( jl )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang