I-D-C (8)

5.3K 457 12
                                    

"Sudah selesai meminum air pegununganmu daddy?" Lalisa yang baru saja bangun terkejut mendengar suara seseorang didepan pintu kamar. Ia melepas kulumannya dari dada jennie yang sedari malam belum ia lepas juga.

Lalisa memincingkan matanya. "apakah sopan untuk memasuki apartemen seseorang tanpa izin sehun-ssi?"

Sehun tergelak menahan tawa melihat wajah lalisa yang terlihat kesal. Begitu lucu melihat wajah bangun tidur lalisa ditambah wajah kesalnya yang tercetak jelas.

Rambut lalisa yang berantakan, dan lagi sepatu yang belum terlepas sejak semalam? Sehun berdecak gemas melihat tingkah lalisa.

Diumurnya yang sudah menginjak 26 tahun, lalisa masih saja bersikap kekanakan kepada dirinya sendiri, namun begitu bersikap bossy dihadapan orang lain.

Jika saja lalisa adalah wanita straight, sudah dipastikan bahwa ia akan dengan senang hati berselingkuh dengan lalisa, pikir Sehun. Namun jangan salah, Sehun hanya menganggap lalisa sebagai adik kecilnya selama ini, karena Sehun sudah jatuh terlalu dalam kepada jisoo.

"Kami sudah memencet bel berulang kali asal kau tahu, untungnya Wendy datang karena dia satu-satunya orang yang tahu password apartemenmu ini."

Wendy adalah teman masa kecil lalisa sampai mereka tumbuh sebesar ini, orang tua Wendy adalah sahabat dari orang tuanya juga, jadi jangan heran jika orang-orang berfikir bahwa mereka adalah kakak beradik.

Ia yang tahu segala sesuatu tentang lalisa hingga sampai terincinya. Bahkan password disemua rumah dan apartement lalisa, wendypun mengetahui nya.

Dan dengan Sehun, mereka bertiga memulai pertemanan ketika berada di junior high school.

Lalisa tidak menghiraukan ucapan sehun, ia kembali memejamkan mata lalu menyesap payudara Jennie.

"Manusia sialan satu ini pagi-pagi sudah membuat mataku menjadi haram." Celoteh Sehun.

Mendengar suara berisik dipagi ini membuat Jennie membuka matanya. Ia melihat lalisa yang masih menggulum dadanya lalu mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan. Mata Jennie bertemu dengan Sehun, seringai menggoda tercetak jelas diwajah sehun. Jennie gelagapan lalu segera melepas kuluman lalisa dan mengambil selimut yang berada dikakinya untuk menutupi dada telanjangnya.

"Apa yang kau—" ketika lalisa hendak memerotes Sehun sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Tatto didadamu sangat indah bukan, jennie-ssi?" Tanya sehun masih memasang wajah menggodanya. Ia tahu tatto-tatto kemerahan itu pasti perbuatan dari lalisa. Pipi Jennie terlihat memerah karena malu, ia dibuat gugup oleh pertanyaan ambigu dari seseorang yang masih setia bersender didinding pintu kamar itu.

"Diam kau Sehun! Cepat keluar atau aku akan mencekikmu disini Keparat sialan!" Umpat lalisa melempar satu buah bantal tepat mengenai kepala sehun. Sehun tertawa dengan sangat kencang sambil menuruni satu persatu anak tangga.

Lalisa menatap wajah Jennie yang terlihat masih malu karena tertangkap basah oleh Sehun. Ia mengambil blazernya dan memberikannya kepada Jennie.

"Pakailah, setelah itu turun kebawah. Mereka sudah menunggu kita." Lalisa turun dari kasur dan melangkah terlebih dahulu keluar kamar untuk menemui teman-temannya.

"Siapa yang menyuruh kalian datang sepagi ini ke apartment ku?" Tanya lalisa, ia melipat kedua kakinya diatas sofa sambil meminum lemon tea yang berada ditangannya.

"Awalnya aku dan sehun kerumahmu untuk meminta kau menandatangani surat kerjasama dengan perusahaan AES Company tetapi ternyata kau tidak ada dirumah, jadi kami memutuskan untuk ke apartemenmu tetapi kami tidak mendapat jawaban, itu sebabnya aku menelpon Wendy untuk membukakan pintu apartement ini." Jelas Mark.

I Don't Care ( jl )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang