Bagian IV

86 15 4
                                    

Arumi

Erza sedikit terperanjat oleh getaran ponsel yang entah sejak kapan ia memegangnya. Terdapat satu pesan Whatsapp dari kontak telepon bernama Kirana.

[Aku sudah berbicara dengan Lara tentang rencana pernikahan kita] Pesan dari Kirana muncul di ponsel Erza. Raut muka Erza terlihat lebih serius setelah melihat pesan itu. Ia penasaran dengan respon putri calon istrinya.

[Apa putrimu merespon dengan baik?] balas Erza cepat.

[Masih terlihat ragu-ragu, tapi dia ingin bertemu denganmu terlebih dahulu] balas Kirana.

Erza menghela napas sejenak, lalu kembali menekan-nekan ponselnya dengan cepat.

[Baiklah, coba kamu atur jadwal pertemuan kita.] balas Erza lagi.

Setelah ditunggunya beberapa menit, ternyata tidak ada lagi pesan balasan. Erza menghela napas panjang, kemudian menyesap cairan hitam pekat itu sekali lagi. Aku juga harus segera membicarakannya dengan Arumi, pikirnya.

....

"Baunya harum sekali, Ayah sedang masak apa?" tanya Arumi sambil melompat duduk ke bar stool merah di sebelahnya.

"Seperti biasa. Nasi goreng," jawab Erza tanpa menoleh sebab sibuk memasukkan potongan jamur kancing, sosis, dan bahan makanan lainnya ke dalam wajan anti lengket yang sudah mengeluarkan banyak asap.

"Baunya tidak seperti biasanya," kata Arumi.

"Oh, ya?" Erza balik bertanya pada putrinya tersebut.

"Sepertinya Ayah mencampurinya dengan minyak wijen, iya, kan?" tebak Arumi yang tengah mengendus bau masakan ayahnya yang memenuhi kafe mini dalam rumah mereka.

"Benar sekali. Rekan ayah bilang, nasi goreng akan terasa lebih enak bila dicampuri sedikit minyak wijen," jawab Erza dengan semangat.

Beberapa saat ruangan dipenuhi dengan ramai suara sudip yang berbenturan dengan wajan anti lengket. Arumi mengambil ponsel dari saku piyamanya, dan lagi-lagi memainkan gim memindah-mindahkan bentuk untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

"Taraaa... nasi goreng capcai dah siap," ujar Erza sambil meletakkan sepiring penuh nasi goreng untuk Arumi dan sepiring lagi untuknya.

"Hmmm," ucap Arumi sambil menghirup dalam-dalam uap panas yang masih berkepul-kepul dari makanan favoritnya itu.

"Pilihan menu baru, nih. Meski tetap saja menunya nasi goreng," sindir Arumi pada ayahnya yang sehari-hari selalu memasak menu nasi goreng untuknya. Sambil tergelak, mereka beradu cepat menghabiskan sarapan masing-masing. Dalam sekejap saja, piring keduanya telah tandas.

"Ah kenyangnya, Arumi kasih nilai 9 untuk nasi goreng Ayah kali ini," ujar Arumi sambil mengacungkan kesembilan jarinya.

"Hanya 9? Kenapa enggak 10?" tanya Erza sambil berpura-pura sedih.

"Karena nilai 10 hanya untuk masakan Ibu. Ayah tetap enggak bisa mengalahkan masakan Ibu," goda Arumi pada ayahnya.

"Oh ya, ngomong-ngomong soal Ibu, Ayah hendak meminta pendapatmu. Menurut Arumi, apakah Ayah harus menikah lagi?"

Arumi melihat ayahnya sebentar, kemudian menuangkan air putih dari dalam cerek berwarna perak ke dalam gelas, lalu meneguknya perlahan hingga habis.

"Tidak harus, sih," jawab Arumi datar.

"Apa kamu tidak ingin punya teman baru di rumah? Biar kamu tidak kesepian ketika Ayah kerja," ucap Erza setengah ragu.

"Ayah kali, yang ingin punya teman baru," Arumi asal menjawab. Erza menjadi salah tingkah meskipun tahu bahwa putrinya itu tidak sedang menanggapinya dengan serius.

Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang