Bagian V

70 12 2
                                    

Lara

“Om Editor yang mau menikah sama Mama itu, dia seperti apa?” tanya Lara.

Mama tersenyum mendengar pertanyaan Lara. Mama mengerlingkan mata ke arah kursi di hadapannya, menyuruh Lara untuk duduk.

“Lara mau ketemu dia?” tanya Mama.

“Iya, Lara mau kenalan dulu. Lara mau lihat, apa dia cocok jadi suami Mama,” jawab Lara jujur. Mama tersenyum membalas.

“Mama tanya dulu ke orangnya ya, kapan bisa ketemu sama Lara,” kata Mama.

“Memangnya Mama nggak bisa cerita ke Lara orangnya seperti apa? Terus, kenapa mau menikahi Mama, terus ke mana istrinya yang lama,” cerocos Lara.

“Bisa, kenapa nggak? Lara mau mendengarkan Mama cerita?” kata Mama. Lara mengangguk antusias. Mama tersenyum melihat tingkah anak gadisnya yang sudah tujuh belas tahun ini.

“Oke. Om Editor bernama Erza Faisal. Orangnya tinggi, kulitnya putih, matanya hitam, rambutnya agak coklat sedikit.” Mama memperkenalkan calon suaminya pada Lara.

“Lara bisa membayangkan,” jawab Lara.

“Istrinya meninggal setahun yang lalu. Dia mencari istri dan ibu baru untuk anak gadisnya, seusia kamu,” kata Mama.

“Dia sudah punya anak?” tanya Lara.

“Iya, seusia Lara. Mama yakin, kalian akan jadi saudara yang baik,” kata Mama. “Lagipula, Lara, selain jadi suami Mama, Om Erza mama cari untuk jadi papa Lara,” lanjut Mama.

“Lara mau ketemu Om Erza,” kata Lara sambil meninggalkan meja makan. Mama tertawa lalu mengambil ponsel pintar di atas meja. Mama mengetik sesuatu di ponsel pintar itu.

***

Sabtu pagi ini tak seperti Sabtu lainnya. Mama membangunkan Lara lebih pagi. Hari ini Lara ada janji bertemu dengan Om Erza, calon suami Mama sekaligus calon papa baru Lara. Ia bertekad akan menguji Om Erza agar ia tahu apakah Om Erza cocok menjadi pendamping Mama.

“Kita akan ke mana, Ma?” tanya Lara.

“Kita akan ke Jogja Bay Waterpark,” jawab Mama.

Pupil mata Lara melebar. Jogja Bay Waterpark adalah wahana permainan air terbesar di Yogyakarta. Sejak ke Dufan enam tahun yang lalu, Lara belum pernah lagi ke tempat wahana permainan seperti itu.

“Bawa baju renang, ya?” tanya Lara antusias.

“Iya, bawa baju ganti juga,” jawab Mama.

Lara segera membuka lemarinya. Ia mengambil baju renang lengan panjang yang biasa ia pakai di sekolah saat pelajaran berenang. Baju renang itu modelnya seperti burkini. Lara tak mau kulitnya belang-belang karena sinar matahari. Karena itu, ia lebih suka memakai baju renang model burkini daripada baju renang biasa.

Lara juga mengambil sebuah celana jins berwarna biru tua, sebuah kaus lengan panjang berwarna merah muda dengan motif hello kitty di bagian bawahnya, dan sebuah kardigan hitam. Dengan hati-hati ia melipat rapi baju-baju itu. Diturunkannya tas ransel berwarna abu-abu yang dibelikan Tante Titi tahun lalu sebagai hadiah ulang tahunnya. Dengan urut dan rata, Lara memasukkan baju-bajunya, baju ganti dan baju renang.

Dengan berlari kecil, Lara menuju ke kamar mandi. Lara segera mandi, kemudian membawa sebagian perlengkapan mandinya ke dalam kamar. Ia menata dengan rapi seluruh perlengkapannya ke dalam tas ransel abu-abu itu.

“Tas itu masih bagus?” tanya Mama.

“Masih, Lara jarang membawanya ke sekolah. Sayang! Nanti cepat rusak,” jawab Lara.

“Barang itu untuk dipakai, Sayang. Bukan untuk disimpan,” kata Mama lembut.

Lara tak menanggapi kata-kata Mama. Ia kembali menata barang-barang perlengkapan mandi ke dalam tas ransel itu.

“Habis ini sarapan, ya! Sebentar lagi Om Erza akan menjemput kita,” ujar Mama.

“Oh, baiklah,” sahut Lara. Mama membalas mengangguk sembari tersenyum.

“Mama mandi dulu, ya,” kata Mama memberi tahu.

***

Pukul delapan pagi, mobil Om Erza tiba di depan rumah. Om Erza disambut oleh Eyang Putri dan Eyang Kakung. Mama sudah bercerita tentang Om Erza pada Eyang. Sembari menunggu Mama dan Lara siap, Om Erza berbincang dengan Eyang Kakung di ruang tamu.

Setelah beberapa lama, Mama dan Lara keluar dari ruang dalam.

“Halo, Lara,” sapa Om Erza. Lara hanya mengangguk.

“Kenalan, yuk! Saya Erza.” Om Erza menjulurkan tangannyaa.

“Lara,” balas Lara menjabat tangan Om Erza. Mama menyenggol Lara, mengingatkan apa yang seharusnya Lara lakukan, mencium tangan Om Erza. Seakan tahu, Om Erza segera menarik tangannya. Dia tak mau memaksa Lara mencium tangannya seperti yang dilakukan anak kepada orang tua.

“Ayo, kita berangkat,” ajak Om Erza, “Pak, kami berangkat dulu,” pamit Om Erza pada Eyang Kakung.

“Iya, hati-hati, ya!” balas Eyang Kakung.

Lara mencium tangan Eyang Kakung dan Eyang Putri, kemudian pergi lebih dulu menuju mobil. Ia membuka pintu samping dan memosisikan diri dengan nyaman di dalam mobil. Tak lama kemudian, Mama dan Om Erza juga tiba di mobil.

“Kita ke Jogja Bay, ya,” kata Om Erza. Lara mengangguk senang.

Om Erza sudah membeli tiket masuk Jogja Bay Waterpark secara daaring, sehingga ketika sampai di sana, mereka bisa langsung masuk dan menuju ruang ganti. Tak perlu waktu lama, Lara sudah siap dengan pakaian renangnya.

Om Erza mengajak Lara mencoba seluruh wahana. Mama yang penakut, hanya duduk di kursi istirahat yang tersedia sambil menjaga barang-barang. Lara dan Om Erza sudah berkelana mengelilingi Jogja Bay Waterpark.

Pertama, Om Erza mengajak Lara mencoba wahana Memo Racer, sebuah wahana di mana pengunjung dapat meluncur dalam posisi tengkurap dari tempat yang sangat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Ada delapan lintasan di sana, Lara mencoba lintasan berwarma hijau muda di bagian tengah. Om Erza mencoba lintasan berwarna kuning, dua lintasan di sebelah kiri Lara. Mereka tertawa bahagia, dan Lara mengajak Om Erza mencoba wahana itu lagi.

Setelah itu, Lara dan Om Erza mencoba wahana Bekti Adventures. Nama wahana ini diambil dari pemimpin pasukan keraton. Di wahana ini, pengunjung diajak menaiki sebuah ban apung dan diajak meliuk-liuk mengelilingi Jogaj Bay Waterpark melalui slider. Karena harus berempat dalam sekali naik, Lara dan Om Erza mengajak pasangan yang mengantre di belakang mereka untuk turun bersama, dan mereka setuju. Lara mencoba wahana ini sekali saja. Mencari dua orang untuk melengkapi pasukan mereka bukan lah yang mudah.

Kemudian mereka menaiki wahana Timo-Timo Rider. Lintasannya tidak terlallu panjang, namun lintasan itu meliuk-liuk sehingga yang mencobanya akan merasa seperti diombang-ambing di lautan lepas. Lara menyukai wahana ini dan mengulang mencobanya beberapa kali. Setelah itu, Lara dan Om Erza mencoba wahana-wahana lain sehingga tak ada satu pun wahana di Jogja Bay Waterpark yang belum mereka coba.

Lara merasa bahagia. Ia membayangkan dirinya akan menaiki wahana Bekti Adventures berkali-kali bersama anak Om Erza bila Mama dan Om Erza menikah. Sejak ke Dufan enam tahun lalu, Lara memang tak pernah berlibur ke wahana permainan seperti ini. Om Erza membuat Lara mengalami kembali kebahagiaannya enam tahun yang lalu.

Lara tertidur di mobil saat perjalanan pulang. Untung saja esoknya masih hari Minggu, sehingga Lara tak perlu menyiapkan perlengkapan sekolah untuk besok. Mama membangunkan Lara ketika mereka sampai di rumah. Setelah berbincang sedikit, Om Erza pun pamit pulang dan Mama mengajak Lara masuk rumah.

“Ma,” kata Lara memotong gerakan Mama.

“Ada apa, Lara?” jawab Mama lembut.

“Lara setuju Mama menikah dengan Om Erza,” ujar Lara mantap.

-Bersambung-

Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang