Arumi
Arumi memasuki rumah dalam keadaan berantakan. Pakaiannya sangat kotor, dan kakinya terluka akibat gesekan rantai sepeda. Ia melemparkan sepeda tandem yang dikendarai berdua dengan Lara tadi dengan sembarangan. Lemparan Arumi cukup untuk menciptakan bunyi yang mengagetkan seluruh lingkungan rumah mereka.
“Arumi, kamu kenapa?” tanya Mama setelah melihat Arumi masuk rumah dalam keadaan berantakan. “Mana Lara?” lanjut Mama.
“Entah!” jawab Arumi ketus.
Mama memandang Arumi dengan heran. Lara menyusul masuk ke dalam rumah. Pakaian dan penampilan lara sama berantakannya dengan pakaian dan penampilan Arumi.
“Ada apa, Sayang?” tanya Mama.
“Sepeda kami jatuh, Ma,” jawab Lara meringis. Ada luka di siku kirinya, akibat beban menahan tubuhnya saat jatuh tadi.
“Siapa yang nyetir?” tanya Mama.
“Arumi, sih. Cuma, memang Lara gangguin. Habis, kesel sama dia,” seru Lara.
Mama menggeleng-gelengkan kepala. Tingkah laku dua anak gadisnya ini benar-benar harus diperbaiki.
“Lara tidak boleh begitu! Kamu harus minta maaf pada Arumi!” suruh Mama.
“Dia yang mulai duluan!” jawab Lara. Ia masih meringis kesakitan. Mama mengambil kotak obat dan mulai membersihkan luka di siku Lara.
“Kamu luka di mana lagi?” tanya Mama.
“Nggak ada, kayaknya. Ini saja,” jawab Lara.
“Habis ini mandi, ya!” suruh Mama. Lara menggangguk pasrah sambil berteriak kecil saat Mama mengoleskan salep luka di siku Lara.
Setelah Mama selesai mengobati Lara, ia pun segera ke kamar mandi. Mama menghampiri Arumi yang sedang duduk di meja belajarnya dengan pakaian kotor.
“Arumi, sini Mama obati lukamu. Mama lihat lututmu luka,” ajak Mama.
Arumi bergeming. Ia tak mengacuhkan ucapan Mama.
“Arumi, sini Mama obati luka kamu. Jangan biarkan lukamu terbuka dan kotor. Nanti jadi infeksi,” ajak Mama lagi.
“Berisik!” bentak Arumi. Mama terkesiap, lalu memutuskan meninggalkan kamar Arumi dan Lara.
“Arumi dan Lara sudah sampai?” tanya Ayah yang baru dari halaman samping.
“Lara sedang mandi, Arumi di kamar. Mereka kecelakaan tadi, jatuh. Badan mereka kotor semua, dan mereka luka-luka. Aku sudah mengobati Lara,” kata Mama.
“Arumi?” tanya Ayah lagi. Mama hanya tersenyum.
“ARUMI!” teriak Ayah. Arumi terkejut mendengar teriakan ayahnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya.
“Obati lukamu!” perintah Ayah.
Mata Arumi terbelalak. Ia belum pernah Ayah berteriak padanya sejak Ibu sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Arumi menebak-nebak penyebab kemarahan ayahnya. Di otak Arumi hanya ada satu jawaban, Mama Kirana penyebab semua ini.
“Arumi, obati dulu lukamu! Mama sudah berbaik hati menawarkan untuk mengobati lukamu, tapi kamu menolaknya,” kata Ayah Erza.
“Kapan Arumi nolak? Tolong, deh, jangan ngadi-ngadi. Bisanya cuma ngadu,” jawab Arumi kesal.
“Arumi yang sopan ngomong sama Ayah dan Mama!” kata Ayah marah.
“Arumi juga nggak ngomong nggak sopan, Ayah. Arumi nggak ngomong apa-apa, malah,” sahut Arumi kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMAT
Teen FictionLara yang tinggal bersama ibunya dan Arumi yang tinggal bersama ayahnya nyaman dengan kehidupan masing-masing sampai ayah Arumi menikah dengan ibu Lara dan mereka harus menjadi saudara tiri. Berbagai perselisihan menghiasi keluarga baru mereka, hing...