Lara.
“Aku dapat photocard Soobin,” kata Arumi.
“Ih, itu biasku nomor dua, setelah Hyuka,” ujar Lara.
“Mau tukeran?” tanya Arumi.
“Enak saja!” jawab Lara. Keduanya tertawa terbahak-bahak.
“Wah, lagi seru rupanya? Ayo, kita berangkat!” Ayah Erza berdiri di pintu kamar, memanggil Lara, Arumi, dan Mama.
“Ayo!” ajak Mama juga.
Lara dan Arumi seperti baru tersadar setelah mendengar suara Ayah dan Mama. Rupanya pembicaraan tentang poster anggota TXT ini menyita seluruh perhatian mereka. Siapa pun yang melihat tak akan meragukan bahwa mereka benar-benar MOA sejati, penggemar TXT.
“Poster ini aku tinggal di sini. Kemarin aku mencoba membukanya, tapi tidak bisa. Akan ada yang rusak jika dilepas,” kata Lara memberi tahu Arumi, bahkan tanpa ada yang bertanya.
“Ah, pantas saja. Sayang, ya. Padahal bisa menghiasi dinding kamar kita,” sahut Arumi.
Lara tersenyum. Ia teringat bahwa mereka akan jadi teman sekamar.
“Anggap saja kamu sedang tinggal di asrama. Di sana kamu harus sekamar dengan orang yang sama sekali tidak kamu kenal,” ujar Mama beberapa waktu lalu, saat Lara mengungkapkan kekhawatirannya sekamar dengan Arumi yang sama sekali tidak Lara kenal.
“Iya, benar juga. Sayang sekali. Tapi nanti kita akan menghiasi kamar kita dengan poster-poster baru. Aku akan berusaha memenangkan poster Hyuka lagi di Weverse,” ujar Lara yakin.
“Ish! Pede banget, yak, bisa beruntung dua kali,” seloroh Arumi.
“Harus, lah! Siapa tahu beneran beruntung,” ujar Lara.
Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Mama dan menuju ruang tamu. Tempat di mana Eyang Kakung, Eyang Puteri, dan seluruh Om dan Tante serta adik-adik sepupu menunggu.
“Bapak, Ibu, Kirana pamit dulu, ya.” Mama mencium tangan Eyang Kakung dan Eyang Puteri. Eyang Kakung bersikap canggung dan Eyang Puteri berusaha tegar. Walaupun Mama anak pertama, namun lima tahun terakhir, Mama adalah anak yang tinggal bersama mereka. Bahkan Tante Dian yang anak bungsu dan belum menikah saja tidak tinggal bersama Eyang Kakung dan Eyang Puteri.
“Erza, Bapak titip Kirana dan Lara, ya. Terutama Lara. Dia anak yatim. Tolong jaga dia seperti kamu menjaga anakmu,” pesan Eyang Kakung pada Ayah.
Mama menangis mendengar nasihat Eyang Kakung. Lara menundukkan kepalanya. Eyang Kakung berkata benar, Lara adalah anak yatim, dan selama ini Lara nyaris melupakannya. Mendengar perkataan itu dari Eyang Kakung, entah bagaimana, membuat seperti ada sesuatu yang mengiris dada Lara.
“Baik-baik jadi ibu untuk anak orang, Kirana! Hati-hati bersikap. Akan lebih sulit menjadi ibu Arumi ketimbang ibunya Lara,” pesan Eyang Puteri pada Mama.
“Aku akan berusaha, Bu,” jawab Mama.
Lara melirik Arumi yang tersenyum padanya. Arumi tegar sekali, batin Lara. Mulai saat itu, Lara bertekad untuk menyayangi Arumi seperti adiknya sendiri.
“Lara sama Arumi naik mobil Ayah, ya! Om dan Tante akan mengikuti mobil kalian dari belakang,” ujar Tante Titi.
“Tante-tanteku akan mengantar kita ke rumah baru. Barang-barangku sebagian ada di mobil mereka,” bisik Lara pada Arumi yang kebingungan.
“Oh, baiklah. Barang-barangku diantar jasa pindah rumah,” jawab Arumi tanpa ditanya. Lara menganggung-angguk mendengar jawaban Arumi.
“Berarti mobil kita kosong, donk?” bisik Lara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMAT
Teen FictionLara yang tinggal bersama ibunya dan Arumi yang tinggal bersama ayahnya nyaman dengan kehidupan masing-masing sampai ayah Arumi menikah dengan ibu Lara dan mereka harus menjadi saudara tiri. Berbagai perselisihan menghiasi keluarga baru mereka, hing...