Lara
“Kamu MOA?” tanya Arumi berbinar setelah Lara selesai menerima telepon.
“Iya,” kata Lara. Ia tersadar, ponselnya dihiasi gambar wajah-wajah anggota TXT, idol dari Korea Selatan. “Kamu tahu TXT?” tanya Lara balik kepada Arumi.
“Aku juga MOA,” sahut Arumi antusias.
“Benarkah? Wah, bias-mu siapa? Aku Huening Kai,” tutur Lara.
“Sama! Aku juga suka Hyuka,” kata Arumi membalas Lara.
“Serius?” tanya Lara memastikan. Arumi mengangguk penuh semangat.
Lara senang sekali. Ternyata calon saudaranya ini sama-sama MOA seperti dirinya. Lara merasa hidupnya akan menyenangkan karena dia punya teman dengan minat yang sama dengannya.
Mereka berbincang tentang banyak hal terutama kesukaan mereka pada K-Pop. Tentang minat mereka pada survival show I-Land. Siapa yang mereka dukung di acara itu, dan lain-lain. Lara merasa, Arumi memang saudaranya yang terpisah sebelum dilahirkan. Mereka bahkan berjanji akan menonton konser TXT bersama jika TXT mengadakan konser di Indonesia.
Om Erza dan Arumi mengantar Mama dan Lara pulang. Om Erza tidak mampir karena harus mengantar Arumi kerja kelompok di rumah temannya. Mereka pun berpisah di depan rumah Eyang.
“Bagaimana pendapatmu tentang Arumi?” tanya Mama sembari berjalan masuk rumah.
“Anaknya menyenangkan, Ma. Lara suka. Katanya Arumi itu lebih muda dari Lara, ya?” kata Lara.
“Iya, empat bulan lebih muda. Anggap saja kalian sebaya, ya,” anjur Mama.
“Iya, ngapain juga panggil kakak segala, cuma empat bulan ini,” balas Lara.
“Oh ya, kalo Lara ada waktu, Sabtu depan kita lihat rumah baru, yuk,” ajak Mama.
“Rumahnya sudah dibeli?” tanya Lara terkejut.
“Mama ralat, deh. Calon rumah. Ada dua kandidat rumah yang ingin dipilih. Tapi Mama masih bingung. Om Erza menyerahkan pada Mama. Toh harganya tak jauh beda,” kata Mama.
“Mama minta pendapat Lara?” tanya Lara tak percaya. Mama hanya mengangkat alisnya.
“Arumi bagaimana?” tanya Lara lagi.
“Arumi urusan papanya,” kata Mama sambil menutup mulutnya dan tertawa. Lara memahaminya dan ikut tertawa.
“Oke, Lara ikut milih rumah sama Mama,” kata Lara setuju.
***
“Mama, kita jadi liat rumah hari ini?” tanya Lara. Hari ini memang sangat ditunggu Lara. Selain akhir pekan, hari ini Mama akan mengajak Lara melihat rumah baru yang akan merek tempati setelah Mama menikah dengan Om Erza.
“Jadi, donk,” jawab Mama yang tengah berdandan.
“Kita naik apa?” tanya Lara.
“Taksi saja, ya,” jawab Mama. Lara mengangguk dan bersiap-siap juga.
Mama memakai rok lebar panjang biru dongker dengan atasan blus berwarna krem. Aksen pita di lengan baju Mama mempermanis penampilan Mama. Lara memilih pakaiannya. Ia memutuskan untuk memakai celana jins biru muda dengan kaus merah muda bermotif unicorn. Tampilan feminin memang melekat pada diri Lara. Jika tidak mengenalnya dengan dekat, orang tak akan tahu bahwa Lara adalah pemengan sabuk Kombinasi Satu (tingkat 5) di perguruan silat Merpati Putih.
Lara sudah siap dengan tas kecil yang ia silangkan di bahunya. Mama akhirnya keluar dari kamar dan pamit pada Eyang.
“Ibu, Kirana pergi dulu, ya. Sama Lara,” pamit Mama.
“Mau lihat rumah?” tanya Eyang Puteri.
“Inggih, Bu,” jawab Mama sopan.
“Lara berangkat, ya, Eyang,” pamit Lara.
“Hati-hati, ya!” kata Eyang Puteri. Lara mengangguk dan meraih tangan Eyang Puteri untuk dicium. Dicarinya Eyang Kakung di teras. Eyang Kakung sedang membaca buku karangan Buya HAMKA yang sama sekali tak membuat Lara tertarik membacanya.
“Eyang, Lara sama Mama mau jalan-jalan,” kata Lara berpamitan.
“Berdua saja? Eyang kok nggak diajak?” kata Eyang Kakung merajuk.
“Nggak, Eyang. Kalau Eyang Kakung ikut, Yang Puteri sama siapa? Kan Kasihan,” elak Lara. Walau tahu Eyangnya suka bercanda, tetap saja Lara merasa ia tak boleh kalah dengan Eyangnya ini.
“Oh, ya sudah. Nanti Eyang Kakung minta Eyang Puteri masak kepiting saus tiram, terus Eyang habiskan. Lara nggak kebagian,” goda Eyang Kakung.
“Eyang Puteri, kepitingnya sisain buat Lara, ya!” teriak Lara ke dalam rumah. Eyang Puteri berjalan ke luar rumah sambil tertawa.
“Iya, nanti kalau Eyang jadi masak kepiting, Lara dibagi, kok. Kalau jadi, ya,” kata Eyang Puteri.
“Ya, sudah, Pak, Bu, Kami berangkat,” ajak Mama.
Lara mengikuti Mama dari belakang. Taksi yang mereka pesan sudah menunggu di depan pagar. Mama da Lara masuk ke dalam mobil dan menuju rumah baru mereka nanti.
Perjalanan ke rumah baru mereka hanya memakan waktu sekitar lima belas menit. Rumah itu tidak terletak di perumahan, namun di perkampungan penduduk. Bentuknya memanjang ke samping dengan halaman yang cukup lebar.
Terdapat tiga kamar di sana. Sebuah kamar besar dengan kamar mandi dalam, yang sepertinya untuk digunakan sebagai kamar utama, dan dua buah kamar yang lebih kecil tanpa kamar mandi di dalamnya. Salah satu kamar itu lebih besar dari yang lain.
“Ini kamar Lara dan Arumi,” kata Mama menunjuk ke kamar yang lebih besar di samping dapur.
Kamar ini lebar, muat untuk dimasuki dua tempat tidur, dua lemari pakaian, dan dua meja belajar. Letaknya juga tak jauh dari kamar mandi di dekat dapur. Pintu kamar langsung menuju ruang keluarga. Jendela kamar menuju halaman depan. Sirkulasi udaranya sangat bagus. Lara suka kamar ini, terutama karena letaknya di tengah rumah. Dekat baik dari pintu masuk utama maupun pintu masuk dari garasi.
“Nanti kamarnya dihias merah muda, ya?” tanya Lara memastikan. Warna kesukaan Lara adalah merah muda.
“Kata Om Erza, Arumi suka warna hijau. Tapi Mama sudah bilang kalau mau suka warna merah muda. Nanti kamar in dicat perpaduan antara merah muda dan hijau,” jelas Mama. Lara mengangguk puas.
Lara berkeliling rumah itu. Dari pagar, Lara melihar pintu masuk utama yang langsung ke ruang tamu. Namun ada pagar lain di sebelah kanan rumah sebagai akses masuknya mobil ke carport. Dari sana Lara juga bisa langsung masuk rumah, lewat gudang.
Di sebelah kanan ruang tamu, ada kamar utama yang dilengkapi dengan kamar mandi dalam. Di sebelahnya ada kamar tidur yang lebih kecil, kata Mama itu untuk kamar tamu. Om Erza berasal dari Surabaya, mungkin akan banyak saudara Om Erza yang menginap di sini karena rumah Om Erza sudah biasa dijadikan persinggahan.
Baik kamar utama maupun kamar tamu menghadap ke ruang keluarga yang bentuknya memanjang. Kamar Lara dan Arumi terletak di sebelah kiri ruang tamu, persis di sebelah dapur. Ada juga ruang makan di depan dapur, dan ruang mencuci dan menjemur yang bersebelahan dengan gudang. Rumah ini terasa lapang. Lara suka rumah ini.
Lara memasuki kamar yang akan jadi kamarnya dan Arumi. Pandangannya berkeliling seakan memindai ruangan kosong itu.
“Mama, Lara suka rumah ini. Lara ingin tempat tidur Lara di sebelah sini, ya,” kata Lara sambil menunjuk sisi kanan kamar.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMAT
Teen FictionLara yang tinggal bersama ibunya dan Arumi yang tinggal bersama ayahnya nyaman dengan kehidupan masing-masing sampai ayah Arumi menikah dengan ibu Lara dan mereka harus menjadi saudara tiri. Berbagai perselisihan menghiasi keluarga baru mereka, hing...