Bagian XXXIII

24 7 3
                                    

Lara

Lara baru selesai mengganti bajunya ketika Ayah mengetuk pintu kamar Lara.

“Lara, Ayah mau bicara sebentar,” kata Ayah dengan lembut.

“Iya, Ayah. Lara sebentar lagi keluar,” jawab Lara. Ia segera menyisir rambutnya dan membereskan handuk basah dari atas tempat tidur lalu keluar kamar untuk menjemur handuk itu.

Ayah sudah menunggu di ruang tamu. Lara mendekati Ayah dan duduk di kursi di samping Ayah.

“Lara, Ayah minta maaf atas perlakuan Arumi padamu, ya,” kata Ayah.

Dengan kebaikan Ayah padanya, Lara tak bisa berkata tidak. Kalau bukan karena Ayah, sudah sejak lama Lara akan menarik rambut Arumi. Hal yang membuat Lara diam hanyalah kebaikan Ayah padanya.

“Ayah tahu, nggak seharusnya Ayah minta Lara memahami Arumi. Karena Ayah tahu persis Lara mengalami hal yang sama dengan Arumi. Tapi tidak apa-apa, ya, kalau Ayah meminta pengertian Lara?” pinta Ayah. Lara masih terdiam.

“Arumi kehilangan ibunya tahun lalu. Mungkin tak seharusnya Ayah terburu-buru mencari ibu pengganti buat Arumi. Namun  yang jadi pertimbangan Ayah adalah Ayah mungkin tidak akan sanggup mendidik Arumi sendirian.

“Ayah bersyukur dikenalkan dengan Mama Kirana dan Lara. Kalian berdua adalah penolong keluarga kami. Ayah berharap banyak pada Mama Kirana dan Lara,” kata Ayah Erza.

Mata Lara mulai berkaca-kaca. Ia kesal pada Arumi, namun ucapan Ayah Erza malah membuatnya merasa bersalah.

“Tapi kan Arumi nggak seharusnya gitu sama Lara, Ayah,” kata Lara.

“Ayah tahu. Karena itu Ayah minta maaf atas nama Arumi. Ayah janji, Ayah akan terus bicara pada Arumi. Ayah bertekad, Arumi harus memperbaiki dirinya,” jawab Ayah.

“Kenapa Ayah menikahi Mama secepat itu? Ayah kan tahu ada Lara?” tanya Lara. Pertanyaan ini sebenarnya sudah lama bercokol di benak Lara, namun ia takut mengutarakannya. Ia merasa saat ini adalah saat yang tepat untuknya bertanya.

“Ayah tahu ada Lara di sebelah Mama. Karena itu Ayah ingin menikahi Mama Kirana secepatnya. Ayah ingin memberikan ibu dan saudara untuk Arumi, juga ingin melindungi Lara secepat mungkin,” jawab Ayah.

“Ayah…” kata Lara tercekat.

“Ayah tahu mungkin ini menyakiti harga diri Lara. Tapi, melihat Lara tanpa pelindung juga membuat Ayah sakit hati. Ayah tahu Ayah tidak akan pernah bisa menggantikan papa Lara. Tapi, biarkan Ayah menjadi ayah buat Lara, ya. Saat ini, Papa tidak bisa melindungi Lara, karena itu, biarkan Ayah menggantikan perannya melindungi Lara. Ayah tidak mengenal papa Lara, tapi dari diri Lara, Ayah bisa menebak bahwa Papa adalah orang yang hebat dan baik budi. Karena Lara adalah anak yang baik budi,” kata Ayah. Lara semakin menangis terharu. Ia merasa beruntung dipertemukan dengan Ayah Erza dan Arumi. Walau Arumi menyebalkan, Lara yakin ia bisa berteman baik dengan Arumi.

“Apa Lara masih boleh menyimpan foto Papa?” tanya Lara.

“Boleh. Pilih foto terbaik Papa dan pajang di situ,” kata Ayah seraya menunjuk dinding ruang tamu yang masih kosong.

“Ah, nggak, cukup di kamar Lara saja,” kata Lara lirih.

“Kenapa? Tidak apa-apa. Biar semua orang tahu kalau Lara punya Papa yang hebat, dan Ayah yang kuat,” kata Ayah tersenyum.

“Kalau ditempel di dinding, nanti Lara nggak bisa peluk foto Papa lagi,” jawab Lara polos. Ayah tertawa kecil mendengar ucapan Lara.

“Kalau begitu, pajang foto Papa di kamar Lara, tidak apa-apa. Mau Ayah bantu cetakkan foto yang bagus?” tawar Ayah. Lara tersenyum.

“Ayah, boleh Lara peluk Ayah?” pinta Lara. Ayah segera merentangkan tangannya bersiap menyambut pelukan. Lara menghambur ke pelukan Ayah yang balik memeluknya dengan erat. Lara merindukan pelukan papanya, dan Ayah cukup menggantikan itu. Lara bersyukur Tuhan mengirimkan Ayah Erza pada keluarga mereka.

Lara melepas pelukan Ayah Erza.

“Ayah bangga sekali jadi ayahnya Lara,” kata Ayah Erza yang membuat Lara tersipu. “Ayah bersyukur sekali dikenalkan dengan Mama Kirana dan Lara,” lanjutnya.

“Terima kasih, Ayah,” jawab Lara, “Lara akan berusaha memahami Arumi dengan baik. Lara harap kami bisa berteman.”

“Terima kasih, ya, atas pengertian Lara. Ayah juga akan berusaha bicara dengan Arumi supaya dia lebih cepat membuka hatinya,” kata Ayah Erza.

Lara izin ke kamarnya lagi. Di sepanjang perjalanan ke kamarnya, Lara berpikir bagaimana cara memulai percakapan dengan Arumi. Ia harus berbaikan dengan Arumi, demi Mama dan Ayah Erza yang telah sangat baik padanya dan Mama.

Lara masuk ke kamarnya. Ia duduk di sisi tempat tidurnya. Lara menarik sebuah boneka Hello Kitty berwarna merah muda yang penampilannya tak baru lagi. Boneka ini adalah boneka kesayangan Lara. Papa membelinya sebagai hadiah kelulusan Lara dari Sekolah Dasar. Lara sangat menyayangi boneka ini. Tak hanya karena karakternya adalah Hello Kitty atau warnanya merah muda, namun boneka ini adalah boneka terakhir yang Papa belikan untuk Lara. Boneka ini yang Lara bawa ke mana-mana saat kejadian nahas itu terjadi.

Lara memeluk boneka Hello Kitty itu erat-erat. Hatinya sedang sedih dan kacau sekarang. Lara bahkan bingung dengan suasana hatinya sendiri. Kadang-kadang ia merasa harus berbaikan dengan Arumi karena berterima kasih pada Ayah, kadang-kadang ia merasa sangat kesal pada Arumi karena perlakua Arumi pada Lara. Lara memeluk erat bonekanya. Jika Lara sedang seperti itu, setiap yang mengenal Lara pasti akan tahu bagaimana suasana hatinya saat ini.

Lara memutuskan sesuatu, ia mengambil ponsel pintarnya dan memutar sebuah lagu dari spotify. Kali ini Lara memutar lagu I&Credible yang dinyanyikan anak-anak I-land di episode 6.

Tonight

Geoul sok eojewaneun dalla

Nae ane ganjikhae-on starlight

Don't worry ‘bout tomorrow anymore

Tonight

Saeropge pyeolchyeojil nae drama

Gomindo burando da geuman

Just gimme time, I’ll make it go away

Now listen to the beating of my heart

Nan nae an gipeun got sindaeryugui balgyeonja

Su-eopsi buseojigo budichyeo

Geochin doreun boseogi dwaesseo

Oechyeo sangsangeun hyeonsiri dwae

Jeo wie seungni-ui gitbareul kkoja

I will fight I'll blow your mind

Deonjyeo yeoljeongui bulkkocheul da

Nae anui gangnyeolhan hwaksineul da

I will fight I'll blow your mind

I might even blow your mind

Blow your mind

Blow your mind

Blow your mind

It gon’ blow your mind

Blow your mind

Blow your mind

Blow your mind

(I will fight) It might even blow your mind

I will fight! Kata Lara dalam hatinya. Lara menarik napas panjang. Menyusun kata-kata yang tepat untuk menyapa Arumi. Dan ketika keberanian itu terkumpul, tiba-tiba Arumi masuk ke dalam kamar. Keberanian Lara langsung menciut. Lara bingung harus bagaimana. Apalagi ketika Arumi memandanginya dengan penuh keheranan. Ada apa? Apa yang harus kulakukan? Kenapa dia memandangku? batin Lara tak keruan.

Arumi tak berkata apa-apa dan berbaring di tempat tidurnya. Lara pun kelu tak mampu memulai percakapan. Hari ini kamar mereka kembali sepi. Dan mereka tidur dalam diam.

-bersambung

Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang