Bagian XXXVI

27 7 0
                                    

Arumi

Oh my God!” seru Arumi sembari mundur menjauh dari laptop Lara.

 “Kenapa kamu, Rum?” tanya Lara heran.

“Itu, itu mobil aku, Ra,” ujar Arumi gemetar sambil menunjuk ke arah mobil putih yang diduga menabrak mobil hitam di sebelah kanannya.

“Mobil kamu? Yang mana?” tanya Lara.

“Yang putih, yang menabrak mobil hitam itu,” tunjuk Arumi. 

“Dan mobil hitam yang ditabrak itu… mobil Papa,” seru Lara lirih.

“Oh Tuhan… Oh,” seru Arumi lemas. Ia terduduk di tempat tidurnya dengan gemetar dan menangis.

Pikiran Arumi kalut. Semua pikiran berkecamuk di dalam kepalanya. Perasaan takut, ngeri, rasa bersalah, semua menjadi satu sampai-sampai Arumi sendiri tak tahu yang mana yang harus ia ungkapkan lebih dulu.

“Mobilku menabrak mobil papa kamu, Ra. Berarti benar, kamu yang kulihat di rumah sakit waktu itu. kamu yang menggendong boneka itu,” kata Arumi seraya menunjuk boneka Hello Kitty merah muda di atas tempat tidur Lara.

“Aku tidak mengerti, Rum,” jawab Lara.

Arumi bangkit dan keluar dari kamarnya. Ia berkeliling rumah mencari Ayah. Namun ia hanya menemukan Mama sedang menyirami bunga di halaman.

“Ayah mana, Ma?” tanya Arumi.

“Oh, keluar sebentar. Katanya lupa isi bensin,” jawab Mama masih sibuk menyiram bunga.

“Mama, apa Mama masih sayang sama papa Lara?” tanya Arumi. Mama langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar pertanyaan Arumi.

“Maksud Arumi?” tanya Mama heran.

“Iya, kalau ternyata sekarang Mama tahu kalau dulu ada yang mencelakakan papa Lara, apa Mama akan marah sama orang itu sekarang?” kata Arumi. Ia kebingungan dengan ucapannya sendiri.

“Arumi ngomong apa, sih?” kata Mama tertawa. Mama melanjutkan kegiatannya menyiram tanaman.

“Iya, Ma. Kalau Arumi yang mencelakakan papa Lara, Mama marah, nggak, sama Arumi?” tanya Arumi.

“Arumi, papa Lara kan sudah meninggal. Bagaimana Arumi bisa mencelakakan beliau?” tanya Mama balik.

“Bukan sekarang, Ma. Tapi lima tahun yang lalu,” kata Arumi.

“Memangnya Arumi pernah ketemu papa Lara?” tanya Mama lagi.

“Belum, sih,” jawab Arumi lirih.

“Ketemu saja belum pernah, bagaimana bisa mencelakakan?” kata Mama masih sambil sibuk menyurus tanaman di halaman.

Arumi menunduk. Bagaimana caranya memberi tahu Mama? pikirnya.

“Kalau misal Ayah yang mencelakakan papa Lara, apa Mama masih sayang sama Ayah?” tanya Arumi lagi.

“Arumi kok akhir-akhir ini jadi aneh, ya? Hahaha. Ayah kan belum pernah bertemu papa Lara, bagaimana bisa Ayah mencelakakan papa Lara?” tanya Mama.

“Ya.. kan misalnya saja, Ma,” kata Arumi lirih.

“Mendingan Arumi mandi, deh. Masa sudah jam segini anak gadis belum mandi?” suruh Mama. 

Tak lama kemudian, deru mesin mobil terdengar mendekat. Arumi langsung berdiri dan menyambut mobil itu. Ayah sudah pulang.

“Ayah, Arumi ingin bertanya sesuatu,” kata Arumi segera setelah Ayah turun dari mobil.

Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang