Bagian XIII

39 10 1
                                    

Lara

Mama dan Om Erza menikah hari ini. Mereka sepakat tidak merayakan pernikahan mereka dengan resepsi. Hanya foto bersama yang mereka lakukan. Lara dan Arumi beserta seluruh keluarga Mama dan Om Erza yang tinggal di Yogyakarta diajak ke studio foto dan berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Kemudian, Mama dan Lara pulang ke rumah Eyang untuk membereskan barang-barang. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di rumah baru.

“Ciee, yang mau pindah rumah,” Tante Titi menggoda Lara.

“Nggak tahu, tuh, Lara. Eyang Kakung ditinggal,” timpal Eyang Kakung.

“Ih, apa sih, Eyang? Kan Lara masih bisa main ke sini. Nanti telepon aja Lara kalo Eyang Puteri masak kepiting saus tiram, ya!” kelakar Lara.

“Wah, nggak janji. Eyang Kakung akan habiskan duluan,” goda Eyang Kakung.

“Nggak boleh, Eyang! Nanti kolesterolnya naik, loh,” kelakar Lara.

Tante Titi dan Tante Dian yang mendengar percakapan Lara dan Eyang Kakung tertawa terbahak-bahak. Mereka sudah terbiasa mendengar pertengkaran canda antara Eyang Kakung dan Lara. Eyang Kakung memang suka menggoda cucu-cucunya sedang Lara tak mau kalah. Adik-adik sepupu Lara jadi belajar dari kakaknya, untuk tidak mengalah pada Eyang Kakung. Suasana di rumah Eyang selalu ramai bila semua berkumpul seperti ini.

“Lara, semua barang sudah masuk ke dalam koper?” tanya Tante Tari dari ruang keluarga.

“Sepertinya sudah, Tante. Barang-barang Lara kan nggak banyak, ya,” jawab Lara.

“Barang-barang kamu dimasukkan ke mobil Tante Dian saja. Tidak cukup kalau semua dimasukkan ke mobil papa kamu,” kata Tante Dian. Lara sedikit bergidik. Namun ia menyesalinya, berharap tak ada satu orang pun yang menyadari ia bergidik tadi. Sebutan “Papa” untuk orang lain masih terasa aneh di telinganya.

“Tante Dian mau nganterin Mama dan Lara?” tanya Lara.

“Kayaknya semuanya mau nganterin, deh,” jawab Tante Dian tertawa.

Lara mengedarkan pandangannya. Benar, semua tantenya seperti tengah bersiap mengantar Mama dan Lara ke rumah baru. Hanya Eyang Kakung dan Eyang Puteri yang sepertinya tidak ikut serta. Mereka kelelahan setelah sesi berfoto di studio foto tadi.

Suara mobil metik milik Erza terdengar di depan pagar rumah Eyang. Erza dan Arumi turun dari mobil itu dan masuk ke dalam rumah. Tante-tante Lara berdiri menyambut abang ipar baru mereka. Masing-masing bersalaman dengan Erza.

“Om Erza, Arumi,” sapa Lara.

“Eh, kok Om Erza, sih. ‘Papa’ dong!” tegur Tante Tari.

Lara tersipu mendengarnya.

“Panggil Ayah saja, biar sama dengan Arumi,” saran Erza.

“Ayah,” sahut Lara lirih. Ia masih belum terbiasa memanggil Erza dengan sebutan “Ayah”.

“Ciee, yang sudah punya ayah. Malu, ya?” goda Tante Dian.

“Duduk dulu, Mas. Temani Bapak di dalam. Mungkin Mbak Kirana sedang bersiap-siap,” Kata Tante Titi menyilakan Erza duduk di ruang tamu.

“Halo Arumi, cantik banget, sih,” puji Tante Tari. Arumi juga tersipu mendengat pujian itu.

 Lara malu-malu menyapa Arumi. Mereka memang belum sedekat itu sampai bisa berpelukan saat bertemu.

“Lara, ajak Arumi ke kamar kamu!” suruh Tante Tari.

“Yuk, Arumi,” ajak Lara pendek. Ia menggandeng tangan Arumi seakan Arumi akan tersesat di rumah Eyang yang mungil.

Karena Kita adalah Keluarga (KKaK) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang