Hari-hari pun berlalu. Perlahan, Dimas mulai mampu memahami perasaan Sea. Perasaan yang seharusnya tidak muncul di tengah-tengah ‘persahabatan’.
Sesungguhnya musuh terberat kita adalah diri kita sendiri, berdamai dengan kegagalan terasa amat sulit karena egoisnya diri ini.
“Sea, gue mau ngomong sama lo.” Tata menarik tangan Sea.
“Ya nggak usah tarik-tarik bisa, kan?”
“Lo udah lihat papan pengumuman depan kelas lo?”
“Nggak, belum. Kenapa?”
“Masa essay lo kalah sama essay punya Seren?”
“Serius lo?”
“Gue bohong nggak dapat duit, Se.”
“Padahal gue-“
“Gue tanya sama Pak Adi kenapa lo kalah. Beliau bilang essay lo jauh dari ekspetasi, perbandingan essay lo sama essay Seren itu 1:8!”
Sea terdiam.
“Pak Adi juga bilang, nilai-nilai lo nggak sedikit yang anjlok. Gue nggak tau kenapa ya kok ngerasa sekarang lo itu berubah. Lo jarang main sama gue sama Dimas, lo lebih sering sama Kak Leo.”
“Sorry, Ta. Tapi gue juga nggak bisa ninggalin Kak Leo gitu aja.”
“Kenapa? Kenapa nggak bisa? Karena dia pacar lo? Se, gue kasih tau ya ke lo. Hidup nggak selalu tentang pacar.”
“Maafin gue, Ta.”
“Nggak usah minta maaf kalau lo masih ngulang kesalahan yang sama.”
Tata lantas pergi meninggalkan Sea.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEA AND LION (COMPLETE)✓
Teen FictionSea merasa bahwa dirinya telah stuck dengan Leo. Tapi sampai detik ini pun ia tidak pernah tahu apa alasannya. Dia yakin bahwa suatu saat nanti Leo-lah rumahnya. Rumah di mana tempat ia meneduh, berkeluh kesah, mengukir kisah, dan tempat di mana ia...