Part 40

3 1 0
                                    

Tepat pada hari keberangkatan Leo ke Sydney, Sea bersiap untuk ikut mengantar Leo ke bandara.

“Ma, Sea boleh nggak ikut antar Kak Leo ke bandara?”

“Boleh dong. Tapi ingat, pulang sebelum malam.”

“Pasti, Ma. Ya udah Sea berangkat dulu ya, Ma?”

“Iya sayang, hati-hati ya, nak.”

“Dah, Ma.”

Sea segera pergi menuju bandara, tentu saja ia tidak ingin telat di hari terakhir ia bertemu Leo, sang kekasih.

Dalam perjalanan, ia terus memperhatikan jam arloji di pergelangan tangannya, takut jika terlambat.

Sesampainya di bandara, matanya tak henti menyusuri setiap sudut untuk mencari kebaradaan Leo.

“Sea!”

Sea segera berbalik badan saat ada yang memanggilnya dengan suara yang familiar.

“Kak Leo.”

Sea berlari ke arah Leo, memeluk tubuhnya dengan erat seakan tidak ingin lepas. Sea kini menangis, membendamkan wajahnya dalam pelukan hangat itu. Oh tidak, lebih tepatnya pelukan perpisahan.

“Kakak nggak bisa ditunda perginya?”

“Ya nggak bisa lah, sayang.”

“Tapi aku masih mau bareng sama Kakak.”

“Sea, saya ngerasa beruntung banget bisa kenal kamu. Terima kasih, ya? Kamu mengajarkan saya banyak hal tentang hidup yang nggak pernah saya temukan sebelumnya.”

“Kakak orang pertama yang mengajarkanku bagaimana cara mengikhlaskan sesuatu yang bukan milik.”

“Kita nggak berakhir sampai sini, kan?”

“Kak, kisah kita nggak akan pernah ada akhirnya.”

“Saya pasti pulang, Sea.”

“Sebelum Kakak pulang, aku yang bakal duluan ke sana jemput Kakak.”

“Dan kita pulang bersama?”

“Ya. Itu kalau Kakak mau.”

“Pasti.”

Saat mereka tengah asik berbicara dengan (sedikit) serius, tiba-tiba papa Leo datang menghampiri mereka berdua.

“Leo, ayo buruan. Lima menit lagi kamu take off.”

“Iya, Pa.”

“Kak, barang yang di list kemarin udah siap semua?”

“Siap, bos.”

“Nggak ada yang ketinggalan, kan?”

“Ada, kenangan saya sama kamu di sini.”

“Kakak ih, seriusan.”

Leo tertawa, “Iya, udah lengkap semua.”

“Leo, itu pesawat kamu udah waktunya take off.”

Leo lantas memeluk Sea sebagai tanda perpisahan.

“Sea jaga diri baik-baik, kalau ada apa-apa cerita.”

“Iya, Kak. Thank you so much, Kakak hati-hati di sana.”

“Pa, Leo berangkat, ya? Titip Sea di sini.”

“Iya. Anak Papa hati-hati, ya, di sana? Kuliah yang bener.”

Mereka bertiga saling melambaikan tangan, hingga tak lagi nampak Leo dalam pandangan Sea.

‘Aku, gadis yang 7 tahun lalu menyukaimu sejak pandangan pertama, mencintaimu, Kak.’ Ucap Sea dalam hatinya.

SEA AND LION (COMPLETE)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang