Part 23

2 0 0
                                    

Sea pulang ke rumah dengan perasaan kesal, ia merasa sangat down dengan kejadian kemarin dan hari ini. Saat memasuki gerbang rumahnya, ia melihat papanya sedang merapikan tanaman di taman. Sea segera menyusulnya.

“Hai, Pa.”

“Eh anak Papa udah pulang. Itu kenapa tuh muka kusut banget?”

“Huftt, Sea kesel banget nih, Pa.”

“Cerita coba sama Papa.”

“Jadi gini, Pa. Sea tadi bawain Kak Leo bekal sebagai tanda permintaan maaf Sea karena kejadian tadi malam. Tapi Kak Leo malah salah paham, dia kira Sea cuma main-main aja di rumah Dimas. Padahal Sea kan cuma mau nemanin Dimas, pasti dia butuh banget teman. Sea salah ya, Pa?”

“Sea berani minta maaf aja udah termasuk point plus, karena nggak semua orang berani mengakui kesalahannya dan minta maaf.”

“Menurut Papa Sea harus apa sekarang?”

“Coba nanti malam Sea ke rumah Leo, bicarakan baik-baik, jelaskan pelan-pelan. Papa yakin dia bakal ngerti kok, tadi dia cuma kebawa emosi aja.”

“Iya, Pa. Nanti malam Sea ke sana.”

Malam ini Sea akan pergi ke rumah Leo sesuai dengan saran dari papanya.
Ia harus bisa menjelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Leo, agar tidak terus terjadi salah paham.
Saat tiba di rumah Leo, ia mengetuk pintu rumahnya dan yang keluar adalah pembantunya. Bi Sri namanya.

“Cari Leo, ya?”

“Iya, Bi. Ada?”

“Ada, sebentar ya Bibi panggilin.”

“Terima kasih, Bi.”

Awalnya Leo tidak ingin menemui Sea, tapi karena paksaan dari pembantunya akhirnya Leo mau menemui Sea. Tak heran jika Leo sangat akrab dengan Bi Sri, karena memang sejak bayi Bi Sri-lah yang mengurus Leo.

“Mau ngomong apa lagi?”

“Aku mau jelasin soal kemarin, Kak. Biar kita nggak terus salah paham.”

“Saya nggak ada waktu, capek banget mau istirahat.”

Leo meninggalkan Sea begitu saja, mau tidak mau Sea harus pulang padahal cuaca saat itu sedang hujan.
Sea menangis di pinggir jalan tepat di depan gerbang rumah Leo. Menangis bersamaan dengan derasnya hujan yang turun ke bumi. Menangis bersama hujan sedikit melegakan perasaan Sea. Dia merasa bukan hanya dia yang sedang sedih, namun langit juga.
Leo yang melihat Sea seperti itu, segera pergi menyusul Sea. Mana mungkin ia setega itu dengan gadis yang amat ia sayangi. Ia memeluk tubuh Sea yang kini telah basah kuyup.

“Maafin saya, Sea.”

Tangis Sea semakin menjadi-jadi saat Leo mendekap erat tubuhnya.

“Menangislah, menangislah sepuasmu.”

Keduanya hanyut dalam pelukan hangat di tengah hujan. Saling memberikan ruang untuk bernafas. Tak lama kemudian, Bi Sri datang membawakan payung untuk mereka berdua dan mengajaknya masuk ke rumah.

“Bentar, ya? Bibi buatin teh hangat dulu.”

“Terima kasih, Bi.” Jawab Sea dengan sopan.

“Sea, maafin saya.”

“Aku yang harusnya minta maaf, Kak. Kemarin mamanya Dimas meninggal, dia butuh teman jadi aku harus temanin dia. Maaf aku nggak kabarin Kakak, handphone aku ketinggalan di rumah karena panik dengar kabar mamanya Dimas meninggal. Pulang dari rumah Dimas, aku nggak cek handphone sama sekali. Aku capek, habis bersih-bersih aku langsung tidur.”

“Maaf, maaf kalau perasaan saya ke kamu berlebihan.”

“Nggak pa-pa, Kak. Itu tandanya Kakak khawatir kan sama aku?”

“Jelaslah. By the way, sandwich-nya enak.”

“Kakak ambil?”

“Iya saya ambil tadi.”

“Padahal udah mau aku buang, tapi sayang mubadzir. Jadi aku taruh aja di kursi, siapa tahu ada yang ambil.”

Thanks, ya, Se?”

“Buat?”

“Kesabaran kamu ke saya.”

“Iya. Sama-sama.”

“Ya udah kamu minum dulu tehnya, habis itu saya antarin pulang. Udah malam soalnya.”

“Iya, Kak.”

Selesailah sudah kesalahpahaman di antara mereka berdua, kini tugas Sea adalah meminta maaf kepada Tata.

SEA AND LION (COMPLETE)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang