Setelah jenazah Bapak Wijaya dikebumikan, para tamu satu persatu mulai meninggalkan tempat pemakaman. Kini hanya tersisa Sea, Leo, Tata, Dimas, dan mamanya.
“Kak, aku minta tolong antarin mama pulang, ya? Nanti aku pulang naik gr*b aja.”
“Yakin kamu nggak pa-pa?”
“Iya.”
“Ya udah saya sama tante pulang duluan, kamu hati-hati.”
“Iya, titip mama, ya, Kak?”
Leo mengangguk, lantas pergi meninggalkan pemakaman. Mamanya yang masih sangat syok hanya diam saja sejak berangkat ke pemakaman.
“Dimas, Tata, kalian pulang aja. Gue masih pengin di sini sama papa.”
“Ya udah, kita duluan, ya, Se? Lo jangan kemalaman pulangnya.”
“Iya. Thanks, ya?”
Dimas dan Tata pun pergi meninggalkan Sea sendirian.
“Pa, terima kasih, ya? Papa udah nepatin janji kalo Papa bakal pulang waktu ulang tahun Sea. Dan hari ini Papa pulang ke rumah kita, sekaligus ke rumah terakhir Papa. Hari ini Sea genap 19 tahun, Pa. Sembilan belas tahun yang amat luar biasa. Papa mengajarkan banyak hal sama Sea. Salah satunya mengajarkan bagaimana kita harus ikhlas dan kuat di waktu yang bersamaan. Sekarang Sea ikhlas Papa pergi, dan semoga Tuhan terus kasih kekuatan buat Sea sama mama. Papa yang tenang, ya, di sana? Sea nggak akan pernah lupa doain Papa sama Kak Alex. Sea sayang Papa.”
Sea lantas pergi meninggalkan pemakaman lantaran waktu sudah menunjukkan pukul 17:18. Berat untuk melangkahkan kakinya, namun ia selalu ingat bahwa kita sebagai manusia tidak akan mampu melawan takdir-Nya.
Saat Sea memasuki gerbang rumahnya, ia terkejut melihat Leo ada di kursi depan rumahnya. Ia pikir Leo sudah pulang sejak tadi.
“Kakak belum pulang?”
“Iya, saya takut mau tinggalin tante sendirian. Soalnya masih kelihatan syok banget, jadi saya tungguin sampai kamu pulang.”
“Terima kasih, ya, Ka? Kakak udah banyak bantu hari ini, aku nggak tahu harus balas dengan apa kebaikan Kakak.”
“Sea, I’m your boyfriend. Kamu bisa kapan aja minta saya datang kalau kamu butuh sesuatu. Sekarang kamu istirahat dan jaga tante, ya? Jangan nangis terus.”
“Iya, Kakak hati-hati di jalan.”
Baru saja Leo pergi, tiba-tiba Dimas datang menghampiri Sea dengan membawa box berwarna tosca yang dilengkapi dengan pita berwarna putih.
“Sea. Gue mau ngomong sama lo.”
“Iya udah, di taman aja.”
Dimas menyodorkan box itu, “Nih, buat lo.”
“Ini apa?”
“Buka aja.”
Sea membuka box itu dan membaca surat yang ada di dalamnya. Ternyata itu adalah hadiah dari papanya. Dalam surat itu papanya mengucapakan happy birthday pada Sea, dan meminta maaf apabila ia tidak bisa memberinya langsung hadiah itu. Papanya memberinya sebuah hadiah pesawat replika berukuran sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEA AND LION (COMPLETE)✓
Подростковая литератураSea merasa bahwa dirinya telah stuck dengan Leo. Tapi sampai detik ini pun ia tidak pernah tahu apa alasannya. Dia yakin bahwa suatu saat nanti Leo-lah rumahnya. Rumah di mana tempat ia meneduh, berkeluh kesah, mengukir kisah, dan tempat di mana ia...