Part 21

4 1 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu, sedari pagi Sea sibuk mempersiapkan outfit apa yang akan ia kenakan untuk jalan dengan Leo nanti malam.

“Sea, buruan keluar, nak.”

Mamanya mengetuk pintu kamar Sea.

“Kenapa, Ma? Kok panik gitu?”

“Sekarang Sea buruan ganti baju, kita ke rumah Dimas.”

“Lah ngapain, Ma? Tumben dadakan?”

“Tante Rosa.”

“Tante Rosa? Tante Rosa kenapa, Ma?”

“Baru aja meninggal jam 14:28 tadi.”

Seketika pikiran Sea hanya tertuju tentang bagaimana perasaan Dimas saat ini, ia menyesal yidak menemui Dimas tadi malam. Saat tengah dalam perjalanan menuju rumah Dimas, Sea baru menyadari bahwa handphone-nya tertinggal. Tidak mungkin jika Sea harus putar arahhanya untuk mengambil handphone-nya.

Sesampainya di rumah Dimas, Sea melihat Dimas tengah menangis sesegukan di taman sebelah rumahnya. Dimas berusaha menyembunyikan tangisnya dari siapa pun. Sea segera mendatangi Dimas.

“Dimas, maafin gue.”

Sea memeluk tubuh Dimas dari belakang yang kini tengah rapuh, Dimas terkejut dan berbalik badan ke arah Sea. Ia membalas pelukan Sea dan menangis sejadi-jadinya.

“Maaf gue nggak bisa temuin lo tadi malam.”

Dimas perlahan melepaskan pelukan itu saat pamannya memanggil.

“Dimas, buruan. Pemakaman mama kamu udah mau dilaksanain.”

Sea setia menemani Dimas sejak ia datang ke rumah Dimas hingga acara pemakaman selesai.

Setelah acara pemakaman itu barulah Dimas menceritakan yang sebenarnya kepada Sea.

“Pa, Sea pulangnya agak nantian, ya?”

“Ya udah, tapi jangan kemalaman.”

“Nanti saya yang antar pulang, Om.”

“Terima kasih ya, nak Dimas. Sekali lagi Om sekeluarga turut berduka cita.”

“Terima Kasih, Om.”

Sea memang sengaja tidak pulang bersama orang tuanya, ia masih ingin menemani Dimas.

“Dim, kenapa?”

“Lo janji ya, Se? Jangan ceritain ini ke Tata. Bahkan nyokap gue meninggal pun gue nggak kabarin dia. Gua emang sengaja nggak mau kasih tau siapa pun, termasuk teman-teman gue.”

“Kenapa?”

Sorry, Se, gue nggak pernah cerita ke lo. Lo tahu alasan kenapa gue nggak pernah mau ajak lo atau nge-bolehin lo ke rumah gue?”

Sea menggelengkan kepalanya.

“Karena gue nggak mau lo tahu kesedihan gue. Nyokap gue tau kalo bokap gue punya pacar simpanan, dan ternyata bokap gue juga ketahuan korupsi di kantor tempat dia kerja. Bokap gue di penjara selama 5 tahun. Akhirnya nyokap jadi depresi dan butiknya bangkrut karena nggak keurus. Makin hari keadaannya makin parah, gue periksain ke dokter ternyata nyokap gue mengidap penyakit alzheimer karena depresi yang dia alami. Si brengs*k itu harusnya dihukum seumur hidup, Se.”

“Dimas, lo nggak boleh kayak gitu. Mau gimanapun juga dia tetep bokap lo.”

“Nggak, gue nggak sudi punya bokap kayak dia. Di penjara cuma 5 tahun, setelah 5 tahun dia bebas dan bisa kembali lagi sama pacarnya itu. Sedangkan nyokap gue? Nyokap gue depresi dan terkena alzheimer yang sampai detik ini belum ada obatnya. Dan justru sekarang nyokap gue pergi buat selamanya.”

Sea bingung harus menanggapi apa perkataan Dimas, alih-alih salah berbicara akhirnya ia hanya diam dan terus mendengarkan cerita Dimas.

Sorry ya, Se. Gue jadi curhat panjang lebar ke lo.”

“Dimas, lo nggak sendiri. Kalau lo ada apa-apa lo bisa cerita sama gue kapan pun.”

“Gue cuma nggak mau bebanin orang lain, Se.”

“Selama ini gue selalu lihat hidup lo fine-fine aja, ternyata di balik itu semua lo nyimpan semua kesedihan lo sendirian. Sekarang gue iri, Dim. Lo bisa sekuat itu sampai titik saat ini.”

“Mama, mama satu-satunya penguat gue. Setelah mama pergi, sekarang nggak ada lagi alasan buat gue untuk terus tegar.”

“Mungkin lo sekarang rapuh, tapi satu hal yang perlu lo tahu. Gue ada di sini buat lo. Lo boleh anggap orang tua gue sebagai orang tua lo juga.”

“Iya. Thanks, ya? Udah mau jadi adik gue yang selalu ada buat gue. Oh iya udah malam, nih. Gue antarin lo pulang, nggak enak sama om tante kalo kemalaman.”

“Tapi lo harus janji, lo nggak boleh sedih terus. Hidup dan mati adalah kehendak Tuhan, kita nggak bisa mengendalikan semau kita.”

“Iya, Se. Gue beruntung bisa kenal sama lo.”

“Gue juga.”

Dimas mengantarkan Sea sampai ke depan rumahnya. Sea yang saat itu tengah sibuk menemani Dimas sampai lupa bahwa ia memiliki janji untuk pergi dengan Leo. Sesampainya di rumah, Sea segera membersihkan diri dan pergi tidur karena kelelahan.

SEA AND LION (COMPLETE)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang