4.4. Gelora dan Awan yang Berada di Konser

1.4K 472 60
                                    

Jenuh menjalari otakku yang menekuri rumus Fisika. Sepulang sekolah, usia melahap habis ujian Matematika di jam terakhir, begitu sampai di rumah aku sudah berkutat dengan bahan ajar Fisika untuk bekal ujian besok. Aku berencana menghabiskan malam nanti mempelajari Biologi. Jadi siang adalah waktunya Fisika.

Namun, hingga hari menjelang sore, aku masih saja kesulitan. Kisi-kisi yang diberi guru memang membantu agar aku fokus di poin penting, tapi tetap saja aku kesulitan memahami beberapa konsep dan rumus.

Lelah berlatih soal, aku beranjak bangun dan menuju kamar Nolan, mengetuk pintu sebelum membuka.

"Nolan?" Aku melihat Nolan yang sedang berganti baju. "Mau kemana?"

"Sepedaan sama anak komplek," sahut Nolan yang tampak sibuk mencari celana santai untuk bersepeda. Aku masuk dan membantunya memilih celana pendek yang nyaman.

"Oh, nggak main PS lagi?" tanyaku.

"Nggak ada lawan, temen komplek nggak ada yang jago."

Aku mengulum bibir, canggung. "Emang Awan nggak ada?"

Nolan mengangkat bahunya. "Nggak tahu, Kak Awan nggak ada main ke rumah. Tadinya aku mau ajak Kak Lora, tapi Kak Lora kayak stres belajar jadi nggak aku ajak." Nolan menampilkan senyum tengilnya. "Aku baik kan?"

Aku hanya mendengus lalu menyodorkan padanya celana pendek pilihanku. Tanpa malu-malu, Nolan langsung meraih celana itu dan berganti di hadapanku. Beruntung ia masih cukup sadar untuk memunggungiku dulu sebelum mengganti celana.

"Oh iya, ada apa ke kamarku, Kak?" tanya Nolan begitu selesai bercelana.

Aku menggeleng kikuk. "Nggak ada, tadinya pengen nyuruh kamu fotocopy sesuatu, tapi nggak jadi."

Nolan mengangguk paham lalu berlari keluar kamar begitu saja, meninggalkanku. Aku menyusulnya keluar kamar, menuruni tangga untuk ke dapur. Aku butuh minum.

"Lora," panggil Mama saat melihatku memasuki dapur. "Itu Nolan mau ke mana? Buru-buru amat sampai nggak lihat Mama."

Mama tampak baru pulang dari komunitas. Pakaiannya masih rapi dan belum diganti. Aku melihat Mama tengah sibuk melakukan sesuatu di wastafel.

"Mau sepedaan," jawabku setelah meneguk minum lalu menghampiri Mama.

"Ya udah, Mama minta tolong ke kamu aja. Tolong bawain ini ke rumahnya Awan." Mama menyerahkan padaku sebuah wadah yang di dalamnya ada kantong plastik hitam.

"Ini apa?" tanyaku penasaran.

"Udang mentah, temen Mama kasih udang banyak banget tadi." Mama mencuci tangannya di wastafel. "Kasih ke bundanya Kaisar, ya. Mama mau mandi dulu."

Aku tersenyum cerah, mengangguk dan tanpa menunda, segera ke rumah seberang untuk memberikan udang, yang kebetulan adalah makanan kesukaan Awan.

Tanpa mengetuk pintu, aku masuk begitu saja ke dalam rumah Awan dan menemukan bunda Awan tengah bersantai di ruang keluarga, membaca buku.

"Tante," panggilku.

Bunda Awan menoleh padaku kemudian menampakkan ekspresi semringah. "Eh Gelora, lama banget nggak main ke sini."

Aku hanya tersenyum tak enak dan menghampiri bunda Awan yang sudah berdiri. "Aku bawa ini, Tante, dari Mama."

"Wah, makasih banyak." Bunda Awan menerima udang dengan wajah bahagia. "Ini apa?"

"Udang, Tante."

"Wah, makanan kesukaan Awan," ujar bundanya Awan. "Kamu tunggu sebentar, ya, Tante pindahan dulu wadahnya."

Detoksifikasi Dopamin dalam Lima BabakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang