6.5. Yang Tidak Awan Katakan

2.8K 445 158
                                    

1.

"Kamu kenapa, sih, Wan? Kamu suka ya sama Lora?"

Sepasang mata milik Rafka dan Okan memicing memandangi Awan. Mereka bertiga tengah berdiri di bawah terik matahari, menunggu nona muda Gelora keluar dari rumahnya.

Perjumpaan ini berawal dari Awan yang tadinya hendak ke rumah Gelora, meminta maaf setelah semalam berdebat dengan Gelora perihal perubahan perempuan-sok-mandiri itu. Tetapi langkahnya terhenti melihat dua orang laki-laki bermotor yang parkir di depan gerbang rumah Gelora.

"Mau ke rumah Luna latihan, ntar malam kami mau manggung di Notasi untuk pertama kalinya. Gokil nggak? Si Lora tuh yang ngajak, keren banget," adalah jawaban Okan saat Awan bertanya maksud dan tujuan mereka bertandang ke rumah teman baiknya.

Mendengar puja-puji dari mulut Okan, dihiasi mata berbinarnya yang penuh kagum, sontak membuat Awan mengernyit tak senang. Ada jiwa kompetitif yang ingin keluar dari dalam dirinya tanpa alasan yang jelas.

"Dia memang keren, aku sadar itu dari lama, makanya aku yang saranin dia buat manggung di Notasi dulu."

Kekanakan sekali. Memalukan sekali. Tidak nyambung dan Awan menyadarinya kemudian. Tetapi apa hendak dikata, kalimat tersebut sudah meluncur dan menciptakan atmosfer canggung di antara mereka.

"Ow-okey," jawab Okan acuh tak acuh.

Awan yang telanjur kesal saat ini, karena gagal menemui Lora setelah kejadian hujan-hujanan sepulang les tadi malam, semakin kesal karena menemukan Gelora benar-benar akan ke Notasi tanpa dirinya lagi, dan lebih parah karena ditemani dua laki-laki lain.

"Biasanya aku yang nganter Lora ke Notasi." Awan berkata dengan wajah dibuat senormal mungkin, walau sangat tak jelas intensinya apa mengucapkan hal itu, membuat Okan dan Rafka berpandangan kikuk.

Hingga akhirnya Rafka tak tahan dan menanyakan hal yang selama ini mengganjal di pikirannya. Ada banyak pelajaran sekolah yang mestinya ia pikirkan, lebih penting dari pada perasaan dua anak manusia yang katanya bersahabat, tapi rasanya Rafka bisa mati penasaran jika tidak mendapatkan jawabannya sekarang juga.

"Kamu kenapa, sih, Wan? Kamu suka ya sama Lora?"

"Aku suka Lora?" Awan memaksa tawa menanggapi pertanyaan Rafka. "Kami itu cuma teman."

"Aku tanya soal perasaan kamu kali, Wan, bukan hubungan kalian," sahut Rafka tepat sasaran.

Dan Awan tak sempat lagi menjawab (ia mensyukurinya) sebab Gelora sudah tampak berlari dari dalam rumahnya dan ia mesti bergegas kembali ke teras rumahnya.

Selanjutnya, Awan hanya bisa melambai kepada mereka sambil mengucapkan, "Hati-hati!"




2.

"Kak Awan suka Kak Lora, kan?"

Ada senyum di bibir Tania ketika menanyakan hal itu tetapi Awan sadar betul akan luka yang tampak di mata kekasihnya.

Jauh dari ingar bingar pengunjung di dalam Notasi, Awan dan Tania duduk berhadapan di area taman yang terbuka. Daerah khusus untuk mereka yang ingin suasana tenang dan sedikit romantis. Bukan Awan yang berinisiatif untuk berdua, jika boleh memilih ia lebih ingin bersama Gelora dan teman-temannya, apalagi Gelora sedang luka kakinya, bukan tak mungkin temannya itu butuh bantuannya nanti.

Tetapi ucapan Tania, "Aku mau ngomong penting berdua," membuat Awan mengikuti perempuan yang masih menjadi kekasihnya itu.

Detoksifikasi Dopamin dalam Lima BabakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang