Nona Kim menggeser tirai tinggi dan panjang berwarna caramel, menutupi jendela kaca besar yang sebelumnya menampakkan aliran sungai Han dan untaian pohon-pohon berdaun orange di sisi-sisinya.
Kakinya melangkah kembali menuju meja dapur, mengambil selembar kain lembut khusus dan mengelap-ngelap beberapa gelas bertungkai tinggi di atas meja. Gelas-gelas wine yang dibeli secara tidak murah oleh-'nya', laki-laki yang saat ini duduk di atas kursi sofa panjang tak jauh dari ia berdiri.
Dia mengingat bagaimana mereka –ia dan kekasihnya- mulai mengoleksi gelas champagne setahun belakangan ini dan jangan panggil laki-laki itu G-Dragon jika yang dikoleksinya bukan barang branded nan mahal.
Berawal dari nona Kim yang gemar membeli gelas wine dengan desain dan komposisi bahan yang unik, kemudian kekasihnya membelikannya berpasang-pasang selanjutnya.
2.500.000won untuk sepasang flute, 4.500.000won untuk sepasang yang lain dan masih beberapa tungkai lagi yang nona Kim hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika mengetahui harganya. Harga yang fantastis hanya untuk sepasang gelas wine.
'wae? kau menyukainya, dan menurutku itu tidak terlalu mahal', selalu begitu jawaban yang didapat jika ia melarang pemudanya menghamburkan uang untuk hal-hal yang tak begitu urgent seperti itu.
.
Pemuda itu –Kwon Jiyong- menyelonjorkan kaki ber-kaos-nya keatas meja yang penuh lembaran-lembaran kertas, satu tangannya terlipat di perut sedang tangan lainnya memegang bolpoin dan hanya memainkannya.
Alisnya sedikit tertekuk, dengan iris yang mengekori pergerakan si gadis yang sedari tadi sibuk sendiri.
"waeyo? Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya nona Kim sembari memindahkan sepasang gelas pada rak kaca.
Kakinya yang berbalut sandal berbulu sedikit berjinjit, dan dengan hati-hati menata benda jutaan won itu bersisian.
Kwon Jiyong sejenak bergeming, tangannya masih memainkan pena.
"Aku sedang berpikir bagaimana caranya agar kau tetap diam", ujarnya datar.
Mendengarnya si gadis menoleh sebentar, "mwo?"
"__diam?" nona Kim mengulum senyum, sedikit menaikkan bahu dan meletakkan gelas terakhir.
Jiyong menurunkan kakinya kemudian bangkit dari kursi panjang, "lihatlah akibat kelakuanmu, Jiwonie."
Dengan pelan Jiyong melangkah mendekati gadis berkaos hitam dengan tulisan PEACEMINUSONE di bagian punggung dan dihiasi sebuah bunga daisy kecil yang khas diatasnya.
"—kau membuatku pening!" Menyimpan tangan di saku, mendekati gadisnya.
"Oh ya? Baiklah aku pulang saja", bungwu Kim pura-pura merajuk, membalikkan badan dan tersentak melihat Jiyong sudah berdiri di belakangnya.
"no no.. ti-dak a-kan per-nah bi-sa!" Jiyong menggeleng-gelengkan kepala tegas.
Jiwon kembali membalikkan badan memunggungi sang pemuda, tangannya membenarkan posisi jejeran botol kristal besar dengan cairan berwarna merah di dalamnya.
"Katakan padaku harus ku apakan kau?" Bersedekap tangan dan menyenderkan sebelah bahunya pada rak kaca, "—atau bocah itu harus ku beri pelajaran??"
Jiwon menahan tawa. "Kau seharusnya bersyukur juniormu sangat bertalenta, kenapa malah pusing? Artinya, sebagai senior kau mengajarinya dengan baik."
Jiyong menghembus nafas kasar, "hhh.. yah kuakui memang berbakat, tapi berbicara jujur pada media bahwa seorang Kim Jiwon adalah muse-nya, apa itu tidak membuatku pusing?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours {G-Dragon x Kim Jiwon, 2020}
Aléatoire"bukankah sudah ku peringatkan padamu sejak awal, semua tidak mudah.." "tak masalah untukmu, tapi bagaimana dengannya?" "dunia kalian terlalu berbeda, leader!" Ketika seorang musisi kebanggaan negara dan seorang aktris papan atas menjalin hubungan...