Bab 27 : Rindu

1 0 0
                                    

Setelah berpikir cara terbaik untuk membujuk Rara. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang hadir di benaknya. Robi segera mengambil gawainya yang terletak di atas meja. Ditekannya beberapa angka dan ditunggunya nada sambung di seberang dengan ditemani irama jantung yang tidak teratur.

Tidak terlalu lama ia menunggu, belum sempat ia menenangkan gelisah di dalam diri, sebuah sapaan lembut dari gadis yang dirindukannya terdengar syahdu di telinga dan menyejukkan hati yang gersang karena tadi disiram oleh magma yang keluar dari kegusaran hati.

"Apa kabarmu?"

"Baik. Kau bagaimana?"

"Alhamdulillah aku sehat."

"Syukurlah ..."

"Aku minta maaf ya Ra? Kemaren tidak bisa memenuhi undanganmu."

Terdengar tarikan napas berat di seberang sana. Ada kegelisahan yang di rasakan Robi ketika lawan bicaramya tidak mengatakan apa-apa ketika ia sudah meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya.

"Kau di mana sekarang?" pertanyaan yang sengaja dialihkan. Robi coba memahami dan tidak memaksa Rara untuk mau memaafkannya.

"Kau sibuk? Bisa kita ketemu?"

"Ada apa?"

"Aku rindu."

Deg... terasa ringan beban yang dialami, ketika Robi mengucapkan kata rindu tersebut. Walau ia tidak bisa memastikan seperti apa perasaan yang ada dengan Rara sekarang, yang pasti ia sudah lega karena sudah jujur terhadap rasa yang ada di hatinya sekarang ini.

"Bagaimana?"

Sejenak di seberang hening tak bersuara. Mungkin ia sedang berpikir atau juga bisa di sana Rara sedang mencari alasan untuk menolaknya.

"Baiklah! Kau jemput aku atau aku yang mendatangimu?" tanya Robi, tidak memaksa.

"Aku yang ke sana." Sebuah keputusan sudah di ambil Rara. Gadis itu memutuskan untuk berjumpa dengan Robi di tempat yang sudah dipilihnya. Robi tinggal mengikuti arahan Rara. Tidak ada keraguan sama sekali, meskipun banyak juga tanya yang bergelantung dihatinya.

"Kenapa Rara tidak bersedia jika mereka bertemu di rumah?" Sebuah tanya yang seharusnya nanti bisa.ia temukan jawabannya. Untuk kali ini biarlah Rara yang mengaturnya.

Robi tersenyum bahagia, ini senyum pertamanya untuk hari ini. Dan Robi bersyukur akan hal itu. Sekarang semuanya terasa ringan. Setelah menerima share lokasi yang dikirimkan Rara padanya, bergegas Robi meninggalkan rumah.

Robi memacu Pajero sport putihnya membelah selatan kota, menuju sebuah tempat yang sudah ditentukan Rara. Tidak terlalu sulit menemukan tempat itu, share lokasi dengan bantuan google map membuat Robi sampai tujuan cepat.

Setelah mencari lahan parkir yang masih kosong, Robi memasuki sebuah bangunan unik yang merupakan galeri seni sekaligus rumah tinggal dari seseorang.

Memasuki galeri seni dengan keindahan arsitektur bangunan dan tata letak barang seni yang unik dan menarik membuat Robi terpukau menyaksikannya. Tapi, Robi kemari bukan untuk itu. Bagi Robi saat ini keindahan yang hakiki bukan terletak pada maha karya hebat yang dipamerkan di galeri ini. Keindahan itu ada pada gadis yang bernama Rara, yang sampai saat itu menyaksikan beberapa karya seni ini tidak juga terlihat. Ada apa?

"Bapak ingin menjumpai Nona Rara?" Seorang pemuda berusia awal dua puluhan dengan penampilan feminim menghentikan pandangan Robi yang sedang menatap berkeliling.

Robi menganggukkan kepala. Ternyata di tempat ini, selain dirinya ada juga yang mengenal Rara.

"Iya. Di mana Rara?" tanya Robi tidak sabaran.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang