Sebuah mobil Camry hitam metalik tepat berhenti di depan pintu masuk rumah sakit tempat Rose di rawat. Seorang laki-laki dengan pakaian resmi dan tas mengkilat turun dari mobil mewah tersebut. Tanpa ada keraguan sama sekali, laki-laki tersebut menuju lantai 6 ruangan tempat pasien VVIP di rawat.
Sejenak laki-laki itu berhenti di depan pintu kamar 601, sebelum membuka pintu kamar tersebut, diperhatikan sekeliling. Laki-laki itu hanya mendapati petugas keamanan yang berjaga di depan dan tiga orang perawat yang berjaga di posnya masing-masing. Setelah merasa cukup aman, laki-laki tersebut melangkahkan kaki memasuki kamar 601.
"Dokumennya sudah Pak Rudi siapkan?" tanya Evita pada laki-laki yang tersebut.
"Sudah, Bu. Semuanya sudah sesuai dengan rencana Ibu," jawab laki-laki itu sambil membuka tas dan mengeluarkan sebuah kertas yang diluarnya tertulis Akta Perjanjian.
Evita membaca dokumen itu dengan teliti. Diperhatikannya baris demi baris, kata demi kata. Setelah yakin dengan apa yang di bacanya, Evita tersenyum puas.
"Maafkan aku, Abang. Harus ini yang aku lakukan agar aku bisa mendapatkan mu," gumam Evita.
Laki-laki yang dengan setia menunggu Evita selesai membaca dokumen tersebut tersenyum puas ketika Evita berterimakasih atas pekerjaannya.
"Kirimkan salinan dokumen ini pada Pak Theo Presdir PT. Anugrah Jaya. Pastikan dokumen ini langsung sampai ke tangan beliau tanpa ada perantara," perintah Evita.
"Baik, Bu. Saya sendiri nanti yang akan menyerahkannya."
"Satu lagi. Aku minta Bapak bisa menjaga rahasia ini. Hanya kita berdua yang mengetahui bahwa dokumen ini tidak asli. Jika sampai ini bocor, Bapak akan tahu resiko yang harus Bapak pikul."
Kali ini Evita berkata dengan nada yang mengancam. Tidak ada kelembutan seperti biasanya. Saat ini yang berkata seperti itu adalah Evita dalam peran yang berbeda. Tegas dan berwibawa.
Laki-laki itu mengangguk tanda setuju. Sebagai pengacara yang ditunjuk oleh Evita dengan bayaran fantastis untuk menyelesaikan masalah ini, ia tidak menginginkan melakukan sebuah kesalahan yang akan membuat Evita marah dan kecewa. Tarif yang dibayarkan Evita lima kali lebih banyak dari tarif normalnya sebagai pengacara senior, karena itu pekerjaannya kali ini tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun.
Sepeninggal pengacara tersebut. Evita membelai Ibunya yang masih terbaring diam. Hari ini tepat dua minggu Rose dalam keadaan koma. Berbagai usaha sudah dilakukan oleh tim dokter, namun Rose masih belum sadarkan diri.
"Ma, Abang Robi akan menjadi milikku seperti yang Mama mau. Semua sudah ku urus dengan baik." Evita berbisik ditelinga Ibunya yang diam tak bergeming.
"Sebentar lagi, impian Mama akan terkabulkan." Senyum kepuasan tergambar nyata pada paras rupawan tersebut. Keadaan Mama yang membuat Evita harus sedikit keras untuk mendapatkan Robi. Awalnya gadis ini ingin semua berjalan seperti biasa, normal dan membiarkan takdir Tuhan bekerja untuknya. Namun, yang didapatinya Robi semakin menjauh dan tidak ingin menjalin hubungan seperti yang diharapkan oleh orangtuanya.
Sebuah dokumen yang ditemukan Evita ketika mencari surat wasiat Mama, akhirnya membuka ide baru bagi gadis tersebut. Dokumen itu menceritakan tentang sejumlah pinjaman uang dan penjaminan aset dari perusahaan yang dikelola oleh Ayah Robi, dimana didalamnya disebutkan pembayaran pinjaman dan penjaminan aset tersebut adalah dengan menjodohkan dirinya dan Robi.
Rencana tersebut bisa dibatalkan jika dalam kurun waktu lima tahun pihak Robi bisa mengembalikan pinjaman tersebut. Pasal inilah yang dihilangkan oleh Evita dengan melibatkan Rudi Gunawan pengacara senior dari perusahaan milik Papa. Sekarang pasal baru berbunyi rencana itu mutlak harus dilaksanakan, jika tidak maka perusahaan PT. Jaya Mandiri akan mengakuisisi PT. Anugrah Jaya sekaligus semua pemilik saham harus menyerahkan saham mereka kepada Rose - Ibu Evita. Sebuah jebakan yang sempurna untuk mendapatkan Robi. Dan ini harus dilakukan Evita bukan untuk dirinya tapi untuk Mama.
***
Ditempat lain, wajah tua Theo semakin di penuhi kerutan. Iya masih ingat akan surat perjanjian itu. Namun, sejak sahabatnya Aron dan Daniel meninggal dunia, ia beranggapan bahwa surat perjanjian itu sudah tidak diperlukan lagi. Namun, sekarang keadaan berbeda, pengacara dari pihak Evita mengantarkan surat tersebut dengan tujuan untuk segera dilaksanakan.Theo terlihat berpikir keras dan akhirnya hanya mampu memohon sebuah permintaan, "Beri kami waktu untuk mempelajari ini dulu."
Rudi Gunawan yang diutus Evita menyetujuinya, "Kami rasa satu minggu waktu yang cukup panjang untuk mempelajarinya. Karena dari pihak kami sudah terlalu lama menanti niat baik dari pihak anda."
Setelah pengacara Evita berlalu, Theo langsung memerintahkan Luna untuk memanggil Robi. Ini harus dijelaskan, sebuah keputusan harus diambil agar nasib orang banyak tidak terabaikan. Theo merasa sebagai hakim yang akan menentukan nasib anaknya dan karyawan lainnya.
Selang setengah jam, akhirnya Robi muncul dengan tergopoh-gopoh. Luna sekretarisnya tidak mengatakan apapun, hanya perintah dari Amang Theo untuk segera menjumpainya. Dokumen yang harus ditanda tangani, rapat dengan devisi pengembangan yang sedang berlangsung semuanya terpaksa ditunda terlebih dahulu. Titah Amang adalah nomor satu untuk didahulukan.
"Ada apa Amang memanggilku?" tanya Robi. Laki-laki tua yang sudah memasuki usia kepala tujuh ini terlihat tertunduk lesu. Belum pernah Robi melihat kondisi Amang seperti ini.
Tanpa berani menatap Robi, laki-laki itu menyodorkan sebuah dokumen yang terdapat dalam map berwarna biru yang barusan diantar oleh pengacara dari pihak Evita. Robi menerima dokumen itu dengan seribu tanya. Dan ketika Robi membuka dan membaca dokumen tersebut, ribuan pertanyaan tadi menjadi berlipat ganda jumlahnya.
"Kenapa ini bisa muncul, Amang?" tanya Robi heran.
"Aku pun tidak tahu. Aku pikir tiga tahun yang lalu ketika Rose menemukan dokumen ini semua sudah diikhlaskannya karena Aron dan Daniel sudah meninggal. Kalaulah sekarang ia ingin melamarmu untuk Evita, ku rasa bukan dengan cara penekanan seperti ini," jelas Amang bingung. Laki-laki tua itu merasa ini sebuah jebakan yang sudah disiapkan mereka dengan baik.
"Kalau begitu kita lunasi semua hutang termasuk juga segala aset yang dipinjamkan pihak sana kepada kita Amang," usul Robi.
"Kau tidak baca, kita sudah kehabisan waktu. Itu bisa dilakukan 5 tahun setelah perjanjian pinjaman. Ini sudah puluhan tahun sekarang." Amang kembali terduduk. Walau cara sederhana yang bisa dilakukan adalah pernikahan Robi dan Evita, namun baginya ini sebuah konspirasi yang diatur dan niat yang dipaksakan. Dan ia tidak.
menghendaki anaknya menghabiskan sisa umur dengan penyesalan."Kata Amang, ketika waktu itu Ayah ingin melunasi, Daniel yang menolak. Itukan bisa dijadikan alasan Amang."
"Kita tidak ada bukti tertulis. Pernyataan itu hanya keluar secara lisan dari mulut Daniel dan hanya disaksikan oleh Aron. Kemana kita harus mencari buktinya? Mereka berdua sudah tidak bersama kita lagi."
Satu jam menemukan solusi, bagi Robi dan Theo tetap tidak mendapat sebuah pencerahan. Yang ada kembali dihadapkan oleh jalan panjang yang ujungnya buntu, sehingga memaksa mereka kembali ke titik semula.
"Sepertinya tidak ada alternatif yang lain, Nak. Kita harus melaksanakan apa yang dituangkan dalam surat ini. Tidak akan mungkin kita hancurkan hidup ratusan orang kalau kita bisa berkorban untuk menyelamatkan mereka."
Robi tidak mampu meresapi apa yang diusulkan Amang. Saat ini ia merasa seperti hewan buruan yang sudah masuk kedalam perangkap pemburu. Ia hanya bisa pasrah terhadap nasibnya, apakah akan dikorbankan, atau dipelihara. Semua tergantung keinginan sang pemburu.
"Aku harus berjumpa dengan Evita. Jika dia bisa mengikatku dengan cara seperti ini. Diapun harus tahu inginku seperti apa," ucap Robi sebelum meninggal Amang.
Laki-laki itu hanya melihat luka dari mata anaknya. Belum pernah ia melihat Robi dengan tatapan kebencian seperti itu. Namun, untuk menahannya ia tidak punya kuasa. Bagaimanapun seperti apa jebakan yang dibuat oleh pihak Evita, gadis itu juga harus tahu resiko apa yang akan dihadapinya nanti dengan ikatan keterpaksaan seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA
Любовные романыPertemuan Rara dan Robi membuka sebuah kisah dan rahasia kehidupan mereka masing-masing. Cinta yang hadir di antara mereka, tidak mengurangi permasalahan yang mereka hadapi dalam detak kehidupan yang merek jalani. Mampukah Rara dan Robi keluar dari...