Bab 11 : Rasa Yang Beda

3 0 0
                                    

Kringgggggggg

Bunyi alarm di gawai pintar milik Rara memecahkan keheningan pagi. Sebelum berbunyi untuk ke dua kalinya, Rara duduk dan segera menonaktifkannya.

Pukul 05.15 jam digital yang terpampang di layar gawainya menandakan ia harus segera bersiap-siap. Hari ini ia dan Robi punya banyak rencana. Rencana yang sudah mereka susun bersama, rencana yang akan mereka kerjakan sebelum mereka kembali ke Solo.

"Pagi cantik," sapa Robi ketika menjumpai Rara di restoran hotel tempat mereka menginap.

"Ambilah dulu sarapanmu," usul Rara.

"Aku ingin kau yang melayani." katanya sambil tersenyum nakal dan menghempaskan badannya di kursi tepat dihadapan Rara.

"Akupun butuh kau layani?" kekeh Rara sambil tersenyum.

"Pagi ini kau yang layani aku." pinta Robi sambil mengedipkan mata.

"Baiklah Tuan. Jangan kau sesali nanti hasil dari pelayananku." ucap Rara sambil berlalu ke meja hidang.

Sepotong roti bakar dengan selai kacang dan telur mata sapi yang dimasak setengah matang serta segelas penuh susu beraroma vanila menjadi pilihan Rara.

Ketika hidangan itu terletak dihadapan Robi, seketika itu juga ia tertawa ringan. Melihat respon itu, Rara cemberut, ia merasa apa yang sudah dilakukannya tidak dihargai serta tidak diterima dengan baik oleh Robi.

"Laki-laki tidak tahu terimakasih," gumamnya jengkel.

"Hai, jangan marah." bujuk Robi

"Kau tertawa," ucap Rara jengkel.

"Aku menertawai diriku sendiri. Seumur hidup baru kali ini aku sarapan dengan menu sehat seperti yang kau ambilkan ini," jelas Robi

"Terimakasih, kau telah pilihkan yang terbaik buatku," ucap Robi sambil menggenggam tangan Rara dengan lembut.

"Sudahlah, cepat kau makan. Waktu kita tidak banyak," ajak Rara sambil menyelesaikan sarapannya yang tertunda karena permintaan Robi tadi. Sambil menetralisir warna merah muda yang sudah terbias dengan jelas pada wajahnya.

Robi mengikuti Rara, dinikmatinya hidangan pertama yang hadir dihadapannya dari pilihan Rara. Ada rasa bahagia menyeruak ke dalam kalbunya. Menggelitik, menghentak dan menyadarkannya bahwa rasa ini sudah lama tidak pernah singgah dalam hatinya.

Sikap yang ditunjukkan Rara pagi ini menggambarkan ketulusan dan keikhlasan.  Tidak ada keterpaksaan, bahkan gadis ini mampu memberikan hal yang sederhana tapi menghasilkan sesuatu yang luar biasa di hati Robi.

Semua mengalir dengan sempurna, tidak ada rekayasa sama sekali, Robi menikmati rasa itu seperti ia menikmati sarapan paginya dengan nikmatnya, serta berharap rasa yang mulai tumbuh dihatinya kali ini tetap ada dan tidak akan pernah hilang.

Matahari pagi menyambut keceriaan yang dipancarkan dari wajah dua anak manusia yang tengah berbahagia ini. Perjalanan hari ini akan sama-sama mereka torehkan dalam lembar kenangan dalam biografi kehidupan mereka kelak. Kesempurnaan ingin mereka raih, sehingga tidak ada celah untuk bersedih atau sejenak saja mengingat kembali masalah yang sebenarnya masih belum tuntas dan selesai.

Tapi hari ini mereka sepakat untuk menutup kotak masalah tersebut, menyegelnya dengan rapat dan menyimpannya dengan rapi terlebih dahulu. Bukan untuk hari ini di buka, tapi hari ini untuk bahagia bersama.

"Capek?" tanya Robi sambil melirik gadis disebelahnya yang sedang meluruskan kaki sambil melepas alas kakinya.

Gadis itu tersenyum. Jelas tergambar kelelahan pada wajahnya. Tapi ia tetap tersenyum dan mengatakan, "Nggak kok. Mau kemana lagi kita?" tantangnya dengan penuh keyakinan.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang