Part 6 (Flashback)

5.4K 648 76
                                    

10 yeas ago...

Sebenarnya Raejun telah mewariskan perusahaannya kepada Junwo lima tahun yang lalu. Dengan begitu Raejun bisa menikmati masa-masa pensiunnya, sekaligus menghabiskan waktu bersama keempat cucunya. Jisoo, Jennie, Chaeyoung, dan Lisa.

Tetapi hari ini dia harus kembali ke perusahaan tersebut untuk menggantikan posisi putranya untuk sementara waktu. Jam delapan malam tadi Junwo menelpon Raejun, dia bilang jika Lisa terkena demam tinggi. Jadi dia harus pulang ke rumah dan segera membawa Lisa ke rumah sakit.

Demi kesembuhan cucu kesayangannya, Raejun rela meninggalkan liburannya sejenak dan memilih untuk mengambil alih pekerjaan Junwo. Bahkan dia tetap berada di perusahaan itu sampai larut malam, menyelesaikan hal-hal yang penting disana agar fokus Junwo tidak terbagi.

"Hah... kenapa mereka berdua belum menghubungiku." Raejun menghela napas gelisah sambil membereskan semua berkas yang telah dia kerjakan.

Kemudian mata raejun melirik ke arah jam dinding. "Sekarang sudah larut malam. Bagaimana keadaan Lisa? Apa mereka sudah sampai di rumah sakit?"

Diluar badai semakin mengamuk. Angin kencang terus menerpa tiada hentinya. Petir saling sambar-menyambar di berbagai tempat. Membuat Raejun semakin merasa gelisah.

Untuk menghilangkan rasa gelisahnya, Raejun segera mengambil ponselnya, hendak menghubungi Junwo. Namun, telepon yang berada diatas meja berdering terlebih dahulu. Menghentikan gerakan Raejun.

Dengan terpaksa Raejun memilih untuk mengangkat telepon tersebut. Siapa tahu panggilan tersebut sangat penting.

"Yeoboseyo?" Ujar Raejun setelah meletakkan gagang telepon di dekat telinganya.

"Ini saya Hwang Jinsuk, Sajangnim" Sahut orang yang menelpon Raejun saat ini.

Begitu mendengar namanya Raejun langsung tahu jika itu adalah sequrity yang menjaga di lobby depan. Mungkin telepon yang berada di meja resepsionis berdering, karena semua karyawan telah pulang, maka sequrity lah yang mengangkat telepon tersebut.

"Eoh... waeyo, Jinsuk-ssi?"

"Tadi saya baru saja menerima telepon dari pihak kepolisian. Mereka hendak berbicara dengan Anda, Sajangnim." Jelas sequrity tersebut yang mampu membuat dahi Raejun mengkerut bingung.

"Polisi?" Ucap Raejun kepada dirinya sendiri tapi dapat terdengar oleh sequrity tersebut.

"Ne, Sajangnim."

Raejun terdiam sejenak. Kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan. Kenapa polisi menelponnya malam-malam seperti ini? Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa ada karyawan perusahaan ini yang terlibat tindak kriminal?

"Arasseo, tolong sambungkan aku dengan polisi tersebut." Ucap Raejun setelahnya sambil terus berdoa, semoga tidak ada kejadian buruk yang terjadi.

"Dengan Tuan Kim Raejun?" Tanya polisi tersebut setelah tersambung ke telepon yang berada di ruangan Raejun saat ini.

"N-ne, dengan saya sendiri. Ada apa menelponku malam-malam seperti ini, Pak Polisi?" Tanpa Raejun sadari, suara yang dikeluarkannya terdengar bergetar.

"Kami ingin mengabarkan kepada Anda, bahwasannya..." Polisi tersebut menghela napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. Sedangkan Raejun menahan napasnya, bahkan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Mobil yang dikendarai oleh Kim Junwo-ssi, putra Anda, mengalami kecelakaan beberapa jam yang lalu."

Ctarr!

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang