Part 24

5K 672 85
                                    

"Lalice-ssi!"

Langkah kaki gontai Lalice seketika berhenti. Gadis berponi itu menolehkan kepalanya ke sumber suara. Sudah lama sekali dia tidak mendengar suara yang penuh semangat itu.

"Annyeong!" Sapa Jungkook dengan riang. Jangan lupakan senyuman manis yang selalu terpampang di wajah laki-laki tersebut.

"Annyeong, Jungkook-ssi." Balas Lalice pelan, mengulas senyum sangat tipis. Mungkin Jungkook tidak memyadari jika Lalice tengah tersenyum kepadanya.

Hari ini suasana hati gadis berponi itu memburuk. Hal tersebut dikarenakan oleh peristiwa kecelakaan sepuluh tahun silam yang merenggut nyawa Kim Junwo dan Shin Yenna.

Lalice tidak tahu pasti apakah dia benar-benar Kim Lalisa, cucu keempat Kim Raejun yang menghilang setelah mengalami kecelakaan tersebut. Semuanya masih abu-abu.

Dan tanpa dia sadari, hal tersebut berhasil mempengaruhi suasana hatinya.

"Saengil chukhahae, Lalice-ssi. Maaf aku baru mengucapkannya sekarang. Akhir-akhir ini aku sibuk membuat lagu untuk tugas kuliahku."

Lalice menggelengkan kepalanya singkat. "Aniya, gwenchana. Gomawo, Jungkook-ssi."

Jungkook menelan ludahnya kasar saat mendapat balasan dari Lalice yang terkesan begitu datar dan dingin. Namun, perhatiannya langsung teralihkan oleh wajah pucat Lalice. Bahkan kantung mata gadis berponi itu terlihat sedikit menghitam.

"Lalice-ssi, gwenchana? Apa kau sakit? Wajahmu nampak pucat."

Lalice langsung refleks bergerak mundur saat Jungkook hendak mendekatinya. Seketika tatapannya menajam, tangannya terangkat. Kapan pun dia siap melayangkan pukulan kepada Jungkook.

Jungkook terdiam, lalu kembali melangkah mundur. Tersadar jika sikapnya membuat Lalice merasa tidak nyaman.

"M-mianhae, aku... Aku hanya terlalu khawatir." Jungkook menundukkan kepalanya.

Lalice tersentak sadar, mengeluh tertahan menatap Jungkook yang menunduk di depannya. Berita-berita itu berhasil mempengaruhi pikirannya, sehingga dia tidak bisa berpikir jernih.

"A-aniya, Jungkook-ssi. Kau tidak perlu meminta maaf, ini salahku. Aku tidak bermaksud untuk melakukannya, hanya saja... Hari ini aku sedang banyak pikiran. Sekali lagi maaf dan terima kasih karena telah mengkhawatirkanku."

"Gwenchana, aku baik-baik saja. Hanya sedikit kelelahan dan kurang tidur." Sambung Lalice, tersenyum untuk menyakinkan Jungkook.

Kepala laki-laki bermarga Jeon tersebut akhirnya terangkat. Melihat Lalice yang tersenyum kepadanya, membuat Jungkook ikut tersenyum. Bahkan dua kali lebih lebar dibandingkan Lalice.

Dan entah kenapa saat melihat senyuman Jungkook kembali, Lalice merasa sedikit senang. Suasana hatinya juga sedikit membaik.

"Ng... Lalice-ssi." Jungkook kembali mengeluarkan suaranya setelah terdiam sejenak. Laki-laki tersebut mengusap tengkuknya.

"Ne?" Sahut Lalice singkat.

"A-aku ingin mengajakmu menonton bioskop setelah pulang kuliah nanti, sebagai kado ulang tahunmu. Apa kau mau?"

Jujur, Lalice ingin menertawakan wajah kaku Jungkook saat ini. Raut wajahnya sangat berbeda ketika laki-laki itu mengajaknya untuk tampil di festival kampus.

Gadis berponi itu diam. Selain mencoba meredam tawanya, dia juga mempertimbangkan ajakan Jungkook. Menonton bioskop? Rasanya sudah lama sekali gadis berponi itu tidak pergi kesana. Mungkin terakhir saat dia berada di sekolah menengah atas, ketika itu dia diajak oleh Minnie.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang